Konten dari Pengguna

Peringati Hari Jantung Sedunia, AsDI Sumsel Ajak Masyarakat Ubah Pola Hidup

Nur Farida Rahmawati
Praktisi dan pegiat literasi kesehatan. ASN pada sebuah institusi kesehatan. Alumni S1-Profesi Gizi Kesehatan dan S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat.
26 September 2021 21:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nur Farida Rahmawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tanggal 29 September merupakan tanggal yang diperingati sebagai Hari Jantung Sedunia. Pada tahun ini, tema yang diambil adalah “Use Heart to Connect”. Penyakit kardiovaskuler atau penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Penyakit ini tidak bisa dianggap remeh, karena dapat menyerang siapa saja dengan tiba-tiba.
ADVERTISEMENT
Assosiasi Dietisien Indonesia (AsDI) DPD Sumatera Selatan selaku organisasi profesi dietisien yang concern terhadap gizi dan kesehatan, terutama dalam mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan kemandirian dietisien dalam menjalankan profesinya, tidak mau ketinggalan untuk mengambil peran dalam peringatan Hari Jantung Sedunia tersebut.
Salah satu hal yang dilakukan AsDI DPD Sumatera Selatan adalah dengan menyelenggarakan Webinar pada hari ini, Ahad, 26 September 2021. Tema yang diambil pada webinar tersebut adalah “Update Tata Laksana Diet dan Tindakan Medis Terkini Penyakit Kardiovaskuler Era New Normal”.
Pelaksanaan Webinar ASDI Sumsel Jilid 5 "Update Tata Laksana Diet dan Tindakan Medis Terkini Penyakit Kardiovaskuler Era New Normal (Dok. Pribadi)
Dalam sambutannya, Ketua AsDI DPD Sumatera Selatan, Yenita, DCN, MPH, RD menyatakan bahwa berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, penyakit kardiovaskuler atau penyakit jantung ini telah tersebar pada seluruh tingkatan umur. Gaya hidup dan pola makan yang sehat merupakan senjata utama dalam melawan masalah jantung.
ADVERTISEMENT
Yenita juga menyatakan bahwa pasien penyakit jantung membutuhkan pengaturan makan yang spesisfik yang berbeda dengan orang sehat. Pemberian terapi diet yang tepat dapat membantu mempercepat penyembuhan dan memperpendek lama rawat inap.
Atas dasar kepedulian tersebut, sebagai penyelenggara, AsDI DPD Sumsel yang bekerja sama dengan PT. Abbott dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya mengundang pembicara-pembicara yang kompeten dalam membahas perihal penyakit kardiovaskuler.
Narasumber yang dihadirkan dalam acara tersebut antara lain dr. Adrian Masno, Sp.JP (K), FIHA, FAsCC yang merupakan konsultan kardiologi pada RSUP Mohammad Hoesin Palembang, Ani Prasetyaningsih, DCN, M. Kes yang merupakan ahli gizi pada RS Jantung Harapan Kita sekaligus wakil dari AsDI DPD DKI Jakarta, serta Windi Indah Fajar Ningsih, S. Gz., MPH, AIFO yang merupakan dosen dari Program Studi Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya sekaligus wakil dari AsDI DPD Sumatera Selatan.
ADVERTISEMENT
Masing – masing pembicara memberikan materi secara menarik dan interaktif dengan peserta, terbukti dengan banyaknya pertanyaan yang dilayangkan oleh peserta saat sesi diskusi.
Dr. Adrian selaku pemateri pertama menyampaikan materi dari sisi medis. Berdasarkan pemaparan beliau, penyakit kardiovaskuler merupakan pembunuh nomor satu di dunia dengan lebih dari 18,6 juta kematian setiap tahun. Delapan puluh lima persennya disebabkan oleh penyakit jantung koroner, seperti serangan jantung dan penyakit cerebrovaskuler, seperti stroke, dan sebagian besar terjadi pada negara miskin dan berkembang.
Tentu saja dalam penentuan diagnosis, pasien harus berkonsultasi dengan dokter dan dilakukan pemeriksaan penunjang. Saat ini telah terdapat beberapa tindakan medis terkait penyakit jantung, seperti kateterisasi jantung dan primary percutaneous coronary intervention.
ADVERTISEMENT
Dalam pencegahan penyakit jantung, dr. Adrian menyampaikan rumus sederhana yaitu 0 – 3 – 5 – 140 – 5 – 3 – 0, yang artinya 0 = tidak merokok, 3 = 3 kali seminggu, 3 km, 30 menit jalan kaki, 5 = 5 porsi buah dan sayur, 140 = tekanan darah sistole kurang dari 140 mmHg, 5 = kolesterol total kurang dari 5 mmol (kurang dari 200 mg/dl), 3 = LDL kurang dari 3 mmol (kurang dari 130 mg/dl), dan 0 = tidak obesitas.
Ani Prasetyaningsih, selaku pemateri kedua, lebih menitikberatkan pada pemberian terapi diet yang tepat bagi pasien penyakit jantung yang mengalami malnutrisi. Kurangnya asupan zat gizi makro dan mikro pada pasien penyakit jantung dalam jangka waktu yang panjang akan mengakibatkan terjadinya malnutrisi.
ADVERTISEMENT
Status gizi yang buruk, khususnya kekurangan protein, dan kondisi penyakit jantung kronis atau menahun sering dikaitkan dengan memburuknya kegagalan atau disfungsi jantung, yang dapat bersifat progresif dan menyebabkan kematian. Hal ini tentu saja harus diatasi oleh dietisien dengan pemberian terapi diet yang tepat.
Pemberian terapi diet harus berdasarkan Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) pada masing-masing individu. Proses ini meliputi asesmen atau pengkajian gizi, penetapan diagnosis gizi, melakukan intervensi gizi, serta monitoring dan evaluasi atas pemberian terapi gizi. Ahli gizi juga perlu melakukan konseling dan edukasi gizi dalam membantu pasien dalam mengatur atau merencanakan kebiasaan makannya.
Panitia berpose setelah acara. (Dok. pribadi)
Berbeda dengan pemateri sebelumnya, Windi selaku pemateri ketiga memaparkan peran nutrisi dalam pencegahan penyakit kardiovaskuler. Windi menyampaikan bahwa dalam pencegahan penyakit kardiovaskuler, maka terdapat faktor risiko yang dapat dikontrol dan yang tidak dapat dikontrol.
ADVERTISEMENT
Gaya hidup yang sehat, seperti tidak merokok, rutin melakukan aktivitas fisik, pola makan yang sehat, serta menjaga Indeks Massa Tubuh (IMT) dalam rentang normal atau tidak obesitas, memiliki risiko 67 hingga 72% lebih rendah mengalami perkembangan gagal jantung.
Pola makan sehat yang dapat membantu dalam pencegahaan penyakit jantung adalah dengan mengkonsumsi asupan serat yang cukup dari sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, biji-bijian utuh, protein, serta membatasi asupan lemak trans, asupan natrium, makanan olahan, karbohidrat olahan, dan minuman manis.
Pada kasus kelebihan berat badan atau obesitas, maka direkomendasikan membatasi kalori yang masuk dan melakukan konseling gizi pada dokter maupun dietisien untuk mencapai atau menurunkan berat badan.
Aktitivitas fisik yang disarankan adalah latihan fisik intensitas sedang 150 menit per minggu atau latihan fisik intensitas tinggi 75 menit per minggu. Intervensi diet rendah lemak efektif hanya bila digabungkan dengan olahraga dan penurunan berat badan.
ADVERTISEMENT
Adapun pelaksanaan webinar tersebut dapat disaksikan melalui link youtube https://www.youtube.com/watch?v=OXT0iMJiDdQ&t=9872s