Konten dari Pengguna

Sapardi Djoko Damono, Tokoh Sastrawan Indonesia

Fathia Indah
Mahasiswa PBSI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
8 Juni 2022 19:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fathia Indah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
pixabay.com
ADVERTISEMENT
Siapa yang tidak mengenal Sapardi Djoko Damono? Seorang penyair yang terkenal di tanah air dengan segudang karyanya. Tak hanya sastrawan, beliau juga menggeluti berbagai bidang lainnya, seperti menjadi dosen, kritikus sastra, pakar sastra, dan pengamat sastra.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan perhitungan kalender Jawa, Sapardi lahir pada tanggal 10 di bulan Sapar. Beliau menempuh pendidikan dasar di SR (Sekolah Rakyat) Kraton “Kasatriyan”. Kemudian melanjutkan sekolah ke SMP Negeri II di wilayah Mangkunagaran. Setelah lulus SMP beliau melanjutkan pendidikannya di SMA II Margoyudan. Setelah menyelesaikan pendidikan sekolahnya, beliau berkuliah di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta dan mengambil Jurusan Sastra Inggris. Beliau juga pernah memperdalam pengetahuan mengenai humanities di University of Hawaii tahun 1970-1971.
Karena namanya terdiri dari tiga kata, orang-orang memiliki berbagai macam pilihan dalam memanggil namanya. Di kalangan pemuda Jakarta, beliau lebih sering dipanggil Sapardi. Berbeda di kalangan pengajar, beliau sering dipanggil Djoko. Sedangkan Rahmat Djoko Pradopo yang merupakan seorang guru besar sekaligus teman akrabnya cenderung memanggil Sapardi. Ada juga seorang perempuan yang merupakan sesama penulis memanggil dirinya Dam, yang merupakan singkatan dari Damono.
ADVERTISEMENT
Pada bulan November 1957, Sapardi mulai belajar menulis. Menulis yang dimaksud adalah dengan cara tidak mengutip ataupun menerjemahkan karya lain. Setelah belajar menulis selama sebulan, karya-karya yang berupa sajak mulai dimuat di berbagai majalah kebudayaan yang terbit di Semarang. Di tahun berikutnya, berbagai sajak karangannya mulai bermunculan di ruang-ruang kebudayaan berbagai penerbit.
Seperti halnya anak-anak yang menyukai buku petualangan, Sapardi sangat menyukai buku karangan Karl May. Selain itu, ia juga membaca Komedi Manusia yang merupakan karangan William Saroyan, kumpulan cerpen Amerika yang diterjemahkan oleh Mochtar Lubis.
Di Indonesia, Sapardi dikenal sebagai penyair yang selalu mendapatkan hadiah serta penghargaan. Sejak tahun 1957, Sapardi selalu menulis puisi. Sampai hari ini, karya-karya yang diciptakan oleh Sapardi terus mengalir.
ADVERTISEMENT
Sapardi sering berbicara mengenai sastrawan, terlebih penyair Indonesia yang memusatkan semuanya pada sastra Indonesia. Pencapaian Sapardi yang begitu tinggi dalam bidang puisi, tentu saja membantu jalan baginya untuk melanglang buana. Tak heran, bila Sapardi tidak hanya dikenal di Asia Tenggara, tetapi ia juga terkenal di kalangan sastra dunia.
Selama dua tahun, Sapardi pernah mengajar di Universitas Diponogoro dan menjabat sebagai Direktur pelaksana Yayasan Indonesia. Sambil bekerja di Majalah Horison, Sapardi juga mengajar di Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
Setelah lepas dari Horison, Sapardi mendirikan Yayasan Lontar yang lebih banyak mendirikan karya sastra Indonesia ke dalam bahasa Inggris, ia juga mempelopori berdirinya Yayasan Puisi dan menerbitkan Jurnal Puisi.
Sapardi telah menulis ratusan sajak, bahkan banyak yang telah dibukukan menjadi beberapa buku. Sapardi menyadari bahwa melalui sajak dan ceritanya ia tidak bisa menopang kehidupannya secara ekonomi. Namun, dengan karyanya yang begitu kreatif dan luar biasa, ia bisa melanglang buana.
ADVERTISEMENT
Sapardi dikenal luas sebagai seorang penerjemah sastra yang begitu pandai. Pada awalnya, kegiatan tersebut hanyalah sebuah kegemaran semata, tetapi kemudian berkembang menjadi sebuah profesi, walaupun ia juga menyadari bahwa upah sebagai penerjemah di Indonesia terlalu kecil. Beberapa karya hasil terjemahannya antara lain, Puisi Klasik Cina, Puisi Parsi Klasik, Puisi Brazilia Modern, Serpihan Sajak Australia, Lelaki Tua dan Laut, kumpulan cerita pendek karya Albert Wendt dari Samoa, Tiga sandiwara Ibsen, dan Shakuntala.
Sapardi juga mendapat berbagai penghargaan dari dalam maupun luar negeri, berikut merupakan penghargaan yang ia terima antara lain:
ADVERTISEMENT