Pandangan dan Selira Remaja terhadap K-pop

Fathika Azzahra
Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Konten dari Pengguna
1 Januari 2023 15:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fathika Azzahra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Stereotip K-pop pada Remaja

Gambar penggemar Kpop. Sumber: Shutterstock.com
zoom-in-whitePerbesar
Gambar penggemar Kpop. Sumber: Shutterstock.com
ADVERTISEMENT
Merebaknya korean wave saat ini menjadi topik hangat yang sedang diperbincangkan oleh masyarakat terutama pada kalangan remaja. Korean wave merupakan istilah tersebarnya budaya pop Korea secara global. Peran media informasi dan komunikasi sangat terasa dalam penyebaran budaya Korea Selatan ke seluruh penjuru dunia. Pesatnya transformasi digital, kuatnya arus globalisasi, dan beragamnya jenis media sosial turut serta dalam menyebarluaskan fenomena korean wave terutama pada jenis musik. K-pop merupakan akronim dari korean pop, jenis musik pop di Korea Selatan yang kini masuk dalam kategori budaya populer. Budaya populer dapat didefinisikan sebagai ide, pandangan, tindakan, atau fenomena yang hadir dan berkembang di tengah masyarakat.
ADVERTISEMENT
Merebaknya K-pop di tengah masyarakat khususnya pada generasi muda turut memunculkan perbedaan persepsi. Sebagian dari mereka menganggap K-pop sebagai suatu hal yang negatif. Namun, tidak sedikit dari mereka juga menganggap K-pop sebagai hal yang positif. Adanya perbedaan tersebut didasarkan pada ketidaksesuaian dengan budaya yang mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari dan juga preferensi selira. Selira dapat didefinisikan sebagai kecenderungan seseorang dalam memilih sesuatu berdasarkan pertimbangan tertentu yang ada di dalam dirinya. Selira satu orang dengan orang lain pasti berbeda. Maka dari itu, memaksakan kesukaan kita kepada orang lain adalah hal yang mustahil dan penting bagi kita untuk menghargai perbedaan selira tersebut.
Selain itu, perbedaan persepsi membuat K-pop menjadi fenomena yang penuh pro dan kontra. Masyarakat khususnya para remaja yang menilai K-pop sebagai hal negatif biasanya datang dari mereka yang tidak suka dengan penampilan para penyanyi K-pop, seperti pakaian atau tampilan luarnya. Persepsi ini muncul dikarenakan sebagian masyarakat Indonesia yang masih memegang teguh etika berpakaian sopan dan tidak terbuka. Sementara itu, para penyanyi K-pop sering kali tampil dengan pakaian terbuka. Di sisi lain, tampilan luar seperti tato, tindik, dan make up bagi penyanyi laki-laki juga memunculkan persepsi negatif remaja terhadap K-pop.
ADVERTISEMENT
Selain itu, perilaku penggemar K-pop juga tak luput menjadi perhatian publik. Fenomena fan war atau konflik antar penggemar turut memunculkan persepsi negatif tentang K-pop. Fan war sering dijumpai di media sosial yang merujuk pada perilaku penggemar K-pop terutama kalangan remaja yang saling merendahkan, menghujat, bahkan menindas penggemar lain. Komentar-komentar negatif bernada kebencian sering kali ditemukan di media sosial yang turut memunculkan sifat Fanatisme. Fanatisme dapat diartikan sebagai rasa suka berlebih terhadap sesuatu yang biasanya berupa objek. Fanatisme juga menjadi alasan munculnya pandangan negatif masyarakat terutama para remaja terhadap K-pop.
Di sisi lain, pandangan positif terhadap K-pop muncul dari mereka yang menganggap kehadiran K-pop sebagai sarana hiburan layaknya jenis musik lainnya. Beberapa penggemar K-pop juga lebih memilih untuk mengapresiasi karya penyanyi dibandingkan dengan menjadikannya sebagai sosok yang diidam-idamkan. Layaknya penikmat seni musik lain, mereka hanya fokus dengan kesukaannya tanpa harus membenci seseorang yang memiliki selira musik berbeda. Mereka memberikan dukungan selayaknya penggemar yang kagum dengan karya penyanyi tersebut. Sebagian dari mereka juga menjadikan penyanyi K-pop yang disukai sebagai role model. Contohnya, beberapa idol K-pop sering melakukan donasi atau kegiatan kemanusiaan yang akan menjadi motivasi dan inspirasi bagi penggemarnya. Beberapa penggemar juga menerapkan sikap dan sifat idol K-pop yang patut diteladani, seperti tidak pantang menyerah, sopan, dan tekun dalam kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Merebaknya fenomena K-pop pada remaja memang tidak bisa dihindari. Namun, bisa kita kontrol dengan tetap memberi batasan dan pemahaman pada diri sendiri untuk mencegah hal-hal buruk yang timbul akibat adanya K-pop. Perbedaan pandangan mengenai K-pop pada remaja adalah sesuatu yang normal dan sangat mungkin jika sesama penggemar mempunyai selira yang berbeda. Hal tersebut tergantung dari bagaimana cara kita menyikapinya agar tujuan musik sebagai media hiburan yang diciptakan untuk dinikmati dapat tercapai, bukan menjadi alat untuk memecah belah masyarakat terutama di kalangan generasi muda.
Budaya luar tidak selamanya menimbulkan pengaruh buruk. Ada kalanya budaya luar tersebut memberikan pelajaran-pelajaran yang tidak kita sangka sebelumnya. Maka dari itu, sikap kita dalam memilih dan memilah budaya luar sangat penting agar hal-hal negatif dapat dihindari.
ADVERTISEMENT