Konten dari Pengguna

Aktualisasi Kurikulum 2013 dari Kacamata Mahasiswa

Fathma Cita Zunurahma
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
23 November 2021 17:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fathma Cita Zunurahma tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kurikulum tiga belas merupakan suatu sistem pendidikan yang dirancang dan diterapkan pada awal tahun 2013 secara bertahap pada peserta didik. Kurikulum tiga belas merupakan tindak lanjut berkesinambungan dari kurikulum 2004, yakni Kurikulum Berbasis Kompetensi atau KBK. Dalam sistem ini, ditambahkan beberapa aspek penilaian sehingga penilaian peserta didik bukan hanya berdasar aspek kognitif atau pengetahuan saja, melainkan juga dari segi keterampilan dan sikap pada setiap jenjang pendidikan.
Dokumentasi penulis pada saat melaksanakan seminar pendidikan
zoom-in-whitePerbesar
Dokumentasi penulis pada saat melaksanakan seminar pendidikan
ADVERTISEMENT
Kurikulum tiga belas memiliki penekanan pada pembentukan karakter. Hal ini terlihat pada setiap tujuan pembelajaran yang mengedepankan akhlak, keterampilan, barulah kemampuan kognitif. Dari banyaknya aspek penilaian tersebut, tidak jarang membuat guru ataupun murid kelimpungan dalam melakukan proses belajar mengajar. Hal ini dapat terjadi karena banyaknya aspek yangperlu dinilai sehingga guru dirasaseubjektif dalam menilai siswa. Hal ini juga bisa disebabkan oleh banyaknya mata pelajaran yang dipelajari siswa, dengan pengelompokan mata pelajaran tertentu. Dalam pengimplementasiannya, kurikulum ini pernah mengalami masa pergantian ke kurikulum sebelumnya, yakni KTSP.
Mengapa kurtilas berganti menjadi KTSP?
Dalam penerapannya, kurikulum tiga belas dinilai belum mampu menyeimbangkan satuan pendidikan, stakeholder, dan SDM terkait. Dengan banyaknya mata pelajaran, siswa dinilai semakin kehilangan arah karena tidak memahami sebenarnya secara objektif di mana letak kemampuan khususnya. Guru juga dinilai tidak kooperatif, karena seakan hanya memberi tugas, tanpa menjelaskan—berdasar prinsipnya yakni sistem kurikulum ini siswa harus aktif, sehingga berakhir demikian. Pergantian sistem menjadi serba teknologi juga menjadi penghambat karena tenaga pendidik khususnya guru yang sudah lanjut usia atau menuju masa pensiun harus mempelajari dari awal terkait pengisian e-rapot di tengah keterbatasan kemampuan teknologi. Kurikulum tiga belas dinilai belum mampu memberi jawaban atas keresahan dan tantangan pendidikan di Indonesia saat itu.
ADVERTISEMENT
Lalu, apa kelebihan dan kekurangan kurikulum tiga belas?
Kurikulum tiga belas tidak dapat dipungkiri memiliki banyak kelebihan, di antaranya ialah sebagai berikut,
- Siswa mejadi lebih aktif.
- Siswa terlatih berbicara di depan publik.
- Siswa terlatih bekerja dalam tim.
- Penilaian tidak dalam satu aspek saja sehingga tdiak subjektif.
- Seluruh sistem terintegrasi dalam panel pemerintah sehingga data valid dan dapat diakses kapanpun.
Namun, di balik itu semua juga tentu banyak kekurangan kurikulum tiga belas, yakni sebagai berikut.
- Guru belum mampu adaptasi dengan perubahan
- SDM kurang memadai, khususnya bagi sekolah yang jauh dari ibu kota.
- Banyaknya aspek penilaian sehingga guru hanya memberi nilai saja dengan memberikan tugas, dan terkesan mengabaikan kewajiban mengajar.
ADVERTISEMENT
Bagaimana implementasi kurikulum tiga belas di satuan pendidikan?
Kurikulum tiga belas menjadi topik hangat yang selalu nikmat diperbincangkan bagi para penikmat topik pendidikan. Polemik dalam pengimplementasiannya menimbulkan banyak pro dan kontra. Bagi penulis sebagi mahasiswa, kurikulum tiga belas membantu penulis dalam mengembangkan diri karena segala hal terkait akademik harus dicari sendiri. Walaupun sering terseok dan buntu, namun tetap terbantu karena telah berkembangnya akses internet dan teknologi. Penulis juga merasa dapat bekerja sama dalam tim karena kurikulum tiga belas memiliki ciri khas mencolok pada kegiatan belajar mengajarnya yang berkelompok. Meski begitu, tidak jarang penulis merasa kesulitan karena terlalu banyak kelompok dalam belajar.
Sebagai guru, penulis pernah melakukan kurikulum tiga belas. Dalam pengimplementasiannya di kota, memang tidak begitu sulit karena atmosfer pendidikan di kota sudah terbiasa dengan kurikulum tiga belas sedari awal diberlakukan. Yang sulit adalah pengimplementasian kurikulum tiga belas di pelosok, karena tidak bisa membandingkan kemampuan siswa di pelosok dan kota. Dengan begitu, guru harus lebih ekstra dalam mengembangkan kurikulum secara otonom agar dapat dipahami peserta didik.
ADVERTISEMENT
DAFTAR PUSTAKA
Mulyasa, H.E. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Penerbit Rosda
Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.