Jebakan Kesenangan Pengedar Narkoba di Media Sosial

Fathurrohman
Analis Kejahatan Narkotika, Penulis Cerita Perjalanan, ASN di BNN.
Konten dari Pengguna
10 Juli 2021 6:42 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fathurrohman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi jebakan media sosial: freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi jebakan media sosial: freepik.com
ADVERTISEMENT
Ada beberapa pesan masuk (DM) ke akun instagram saya. Akun-akun tersebut menawarkan saya beberapa varian narkoba ganja sintetis dan narkoba lainnya. Saya tidak begitu terkejut dengan tawaran tersebut. Saya juga mencoba merespon, walaupun kemudian mengabaikan kembali tawaran tersebut.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, sekitar tiga bulan lalu, saya bertemu dengan salah satu pasien rehabilitasi di BNNP DKI Jakarta. Saya memperhatikan betapa sulitnya komunikasi antara dokter yang menjadi asesor dengan pasien rehabilitasi tersebut. Bukan karena pasien menutup diri, tapi karena daya tangkap pasien atas pertanyaan-pertanyaan dari dokter tersebut bermasalah.
Pertanyaan yang diajukan sejatinya juga sederhana, terkait riwayat pemakaian seperti alasan memakai, konflik yang dialami, perasaan atau soal pergaulan sehari-hari. Pasien yang berumur sekitar 20-an tersebut tampak tampak kebingungan ketika merespon pertanyaan. Tepatnya, karyawati swasta ini sedang telmi (telat mikir) dan baru terjadi beberapa minggu sebelum ditangkap petugas.
Foto narkoba pil. (Dok pribadi)
Dia mengaku membeli ganja sintetis dari media sosial, tepatnya dari beberapa akun instagram. Ganja sintetis yang di pasaran disebut hanoman, joker, tembakau gorilla, atau nama-nama jalanan lainnya adalah sangat berbeda dengan ganja alami. Efek negatifnya jauh lebih mengkhawatirkan.
ADVERTISEMENT
CDC (Departemen Kesehatan AS) menyebutkan bahwa ganja sintetis memengaruhi saraf otak dengan dosis jauh lebih kuat daripada ganja alami. Dampak tersebut tidak dapat diduga mengingat kerasnya efek kandungan yang ada.
Bahkan, dalam beberapa kasus, efek ganja sintetis dapat mengancam jiwa. Maka, saat pasien terlihat seperti sedang berhalusinasi atau mungkin juga paranoia, itu adalah gejala yang wajar terjadi. Apalagi jika pasien tersebut mengaku sudah kecanduan dan sulit untuk melepasnya.
Peredaran narkoba di medsos
Menjamurnya pasar online produk legal juga dibarengi dengan tantangan yang muncul. Pelaku peredaran barang dengan pengawasan ketat dan barang ilegal seperti narkoba pun bermunculan di media sosial. Entah berapa akun yang beredar saat ini, mencari mangsa, terutama anak-anak muda.
ADVERTISEMENT
Saya lantas melongok anak pertama saya yang beranjak remaja. Dia sedang memainkan akun instagramnya, melongok postingan teman dan segenap akun yang dia follow. Ada perasaan khawatir kalau pengedar narkoba menjeratnya melalu media sosial.
Sementara adiknya dengan modal pinjaman hand phone dari saya, memainkan game online dengan teman mainnya. Saya memantau cukup keras karena pernah kedapatan bertukar nomor WA dengan pemilik akun game online lain yang tidak dikenal.
Media sosial memang bermuka dua, penuh kepuraan, dan berdampak negatif jika tanpa filter yang benar. Kisah pasien rehabilitasi narkoba yang berobat ke BNNP DKI Jakarta yang saya temui adalah bukti nyata jahatnya media sosial yang dijadikan ajang jual-beli narkoba.
Para pemilik akun tidak peduli dengan risiko yang akan dihadapi pelanggannya. Orientasi mereka hanya satu, mendapatkan keuntungan materi sebanyak-banyaknya. Sementara pelanggannya semakin jauh terjerat dalam halusinasi kesenangan.
ADVERTISEMENT
Imajinasi kesenangan yang saat ini berkembang dengan penuh kehedonan dan merosotnya nilai takar dan nalar generasi milenial adalah dua kombinasi yang terkonfigurasi secara sempurna. Kesenangan tanpa batas takaran akan merusak nalar. Jangankan kebaikan untuk orang lain, untuk dirinya pun dia abai.
Saat saya tanya kepada salah pasien rehabilitasi narkoba di BNNP DKI apakah tahu bahwa narkoba berbahaya, dia menjawab tahu. Ketika ditanya kenapa menggunakan narkoba padahal itu berbahaya, dia pun menjawab karena merasakan fantasi ketenangan saat pertama kali menggunakannya.
Betapa narkoba ganja sintetis sangat keras dampaknya sehingga para pemakai langsung merasakan fantasi ketenangan saat pertama kali menggunakannya. Penggunaan coba-coba pada fase awal kemudian berubah menjadi motivasi untuk kembali menggunakan di lain waktu.
ADVERTISEMENT
Benar seperti yang CDC sebutkan bahwa efek ganja sintetis sangat berbeda dibandingkan dengan ganja alami. Serangan kimiawinya dapat mencapai puluhan atau bahkan ratusan kali lipat. Sangat mengerikan.
Padahal, ganja sintetis atau synthetic cannabinoid dicipta pertama kalinya adalah dengan cara meniru struktur ikatan kimia yang ada di dalam ganja alami itu sendiri. Saat ini, varian synthetic cannabinoid mencapai ratusan jenis yang dibuat dari berbagai struktur ikatan ganja sintetis tersebut.
Para pengguna umumnya tidak faham atau bahkan tidak peduli atas dampak yang sangat buruk dari ganja sintetis tersebut. Ada juga yang memahaminya bahwa ganja sintetis dan ganja alami sejatinya sama.
Sulit membendung pergerakan para pengedar di media sosial karena mengganti akun sangat mudah dilakukan. Apalagi, pasar narkoba di media sosial sudah terbentuk.
ADVERTISEMENT
Dua hal yang dapat dilakukan adalah menutup akun penjual narkoba tersebut dan mengungkap jaringan pengedarnya. Penegak hukum harus terlebih dahulu memetakan jaringan pengedar narkoba via media sosial tersebut, kemudian tutup dan tangkap penjualnya. Tantangan terberat penegak hukum adalah melacak pemilik akun-akun tersebut.
Imajinasi kesenangan
David Cartwright, profesor di University of North Florida, AS, dengan penuh semangat memberikan penjelasan keterkaitan antara kesenangan, kecanduan, dan persoalan negatif yang muncul setelahnya, terutama persoalan kesehatan.
Saat penulis buku The Age of Addiction ini berbicara di acara seminar yang diselesenggarakan di University of Kentucky, AS, saya hanya diam termenung di barisan depan hall utama kampus tersebut. Saya membayangkan wajah masa depan anak-anak saya dan anak-anak generasinya. Ada sederet kekhawatiran dengan tantangan zaman mereka.
ADVERTISEMENT
Generasi ini adalah generasi yang cenderung instan, termasuk upaya instan mendapatkan kesenangan. Narkoba adalah bagian dari pilihan untuk meraih segala imajinasi kesenangan.
Imajinasi kesenangan inilah pangkal masalah generasi material saat ini. Kesenangan, seperti yang disebut seorang penulis kenamaan Amerika Serikat, Mark Manson, adalah sumber masalah itu sendiri. Menjadi kompleks karena makna kesenangan semakin absurd.
Karena itu, makna kesenangan sangat tergantung bagaimana Anda memvisualisasi kesenangan itu sendiri. Ruang dramaturgi media sosial akan menjerat Anda jauh ke lubang kerusakan jika tanpa kontrol yang kuat.
Tawaran-tawaran kesenangan palsu seperti narkoba, prostitusi, atau tawaran amoral lainnya yang beredar secara acak di media sosial harus dilawan oleh Anda sendiri, oleh kita sendiri. Jika tidak, maka cerita pasien rehabilitasi narkoba di atas akan terjadi pada Anda atau keluarga Anda.
ADVERTISEMENT