Konten dari Pengguna

Menyusuri Atmosfer Ranu Kumbolo di Tanah Sulawesi

Fatihah Jihan
post-graduate student KWTTI SKSG - University of Indonesia
8 Desember 2021 8:59 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fatihah Jihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Lembah Salimbongan (Sumber: Fatihah Jihan Syafrain)
zoom-in-whitePerbesar
Lembah Salimbongan (Sumber: Fatihah Jihan Syafrain)
ADVERTISEMENT
Perjalanan saya kali ini diselimuti awan mendung menuju Salimbongan, yang sering disebut-sebut oleh masyarakat sekitar sebagai Ranu Kumbolonya Sulawesi. Lokasinya terletak di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan.
ADVERTISEMENT
Jarak tempuh dari Polewali Mandar menuju lokasi kurang lebih 55 km. Sepanjang jalan menuju Lembah Salimbongan ini, mata akan dimanjakan dengan pepohonan, kesejukan alam, dan asrinya permukiman warga disertai bau hujan yang semakin menandai nuansa alam sepanjang perjalanan. Medannya terbilang cukup berat. Namun, dengan mengendarai mobil Jeep/hardtop, lumpur, gundukan tanah, dan jalan rusak menjadi mudah dilalui. Keberadaan masjid di atas bukit menandai dekatnya lokasi camping.
Keberangkatan kami hari itu terbilang lambat jika ingin mengejar suasana sunset. Tepat pukul 20.00 malam kami baru turun ke lokasi camp dan mulai memasang tenda, pencahayaan, dan api unggun. Sejauh mata memandang hanya kami yang camping hari itu. Setelah semuanya siap, semua orang duduk melingkar berbagi cerita dan canda tawa. Tidak adanya jaringan seluler menjadikan suasana camping lebih akrab karena tidak ada yang sibuk dengan ponselnya.
ADVERTISEMENT
Bintang menjadikan langit malam itu lebih indah. Namun, beberapa jam kemudian dengan terpaksa kegiatan dihentikan karena rintik hujan satu per satu mulai turun sehingga mengharuskan semuanya masuk ke dalam tenda masing-masing. Hingga pagi menjelang, hujan masih membersamai.
Pukul 06.00 hujan berhenti dan gumpalan awan tampak nyata melayang di hadapan kita. Kesejukan pagi itu melengkapi panorama alam yang akhirnya terlihat jelas. Berbeda dengan Ranu Kumbolo yang pengunjungnya akan dihadapkan dengan danau di sekeliling padang rumput, Lembah Salimbongan menyuguhkan padang rumput yang terbentang sepanjang Sungai Mamasa di sekitar kaki bukit yang disertai puluhan keledai sehingga menjadikan lokasi ini tepat dan menarik perhatian untuk refreshing. Sungai yang dimaksud merupakan bagian dari PLTA Bakaru, yakni pembangkit listrik utama Sulselbar. Meskipun berbeda, suasana Ranu Kumbolo dapat dirasakan di sini.
ADVERTISEMENT
Pagi itu hingga pukul 10.00 dihabiskan dengan sesi dokumentasi, sarapan, bermain dengan keledai, hingga memungut sampah di sekitar kemah sebelum pulang. Kurang dari 24 jam berada di Lembah Salimbongan sudah cukup memberi ruang untuk refresh diri sendiri sebelum akhirnya kembali sibuk dengan polemik duniawi.
Lembah Salimbongan ini merupakan tempat yang eksistensinya terbilang baru. Belum ada pungutan biaya maupun fasilitas yang disediakan selain panorama alam yang indah. Untuk toilet, biasanya pengunjung akan menuju ke toilet masjid di atas bukit. Maka tidak heran apabila persiapan bekal makanan dan perlengkapan camping pribadi diperlukan ketika hendak berkemah di lembah ini.