Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.0
Konten dari Pengguna
Kebiasaan Ngaret yang Membudaya di Lingkungan Kampus
24 Mei 2023 17:05 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Fauzan Akbar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
![Ilustrasi. Foto: Lukas Blazek/Unsplash](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01h15m4pcwv8hevvem48etwvpn.jpg)
ADVERTISEMENT
Bayangkan apabila kamu janjian dengan seseorang pada jam 8, eh, orangnya baru datang jam 9. Bagaimana perasaanmu? Merasa tidak dihargai, kecewa, dan mungkin kesal banget.
ADVERTISEMENT
Ngaret. Fenomena itu biasa disebut dengan istilah ngaret. Tidak tepat waktu atau yang biasa dikenal ngaret, salah satu kebiasaan buruk dengan cara tidak menghargai waktu dan tentu merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Ya, tidak hanya merugikan orang lain, tapi juga merugikan diri sendiri. Misalnya, nih, kita sudah menjadwalkan beberapa agenda. Tapi, kita terbiasa datang ngaret, sehingga beberapa agenda yang telah kita jadwalkan pun ikut molor. Begitupun dampak yang merugikan bagi orang lain.
Seperti cerita Arifin, seorang kawan saya, ketika sedang melakukan pengawasan terhadap suatu program kerja organisasi kampus di bulan ramadhan lalu. Rencananya organisasi itu akan mengadakan acara jam 11.00 siang. Karena satu dan dua hal, dia akhirnya datang pukul 11.10.
ADVERTISEMENT
Awalnya, dia mengira sudah telat karena tidak datang pada jam yang telah ditentukan. Ternyata, eh, ternyata hingga pukul 11.10 pun acara belum dimulai. Penyebab belum dimulainya acara tersebut tak lain dan tak bukan karena terdapat beberapa anggota yang datang terlambat. Sampai akhirnya acara baru dimulai pukul 13.00 siang.
Hal tersebut tentu mengacaukan jadwal kegiatan Arifin. Sesuai jadwal, seharusnya dia bisa pulang jam 15.00 dan menikmati momennya santai menunggu waktu berbuka. Tapi, semua itu kacau karena adanya acara yang molor parah.
Selain Arifin, ada juga kawan saya seorang mahasiswa yang berasal dari Jakarta. Namanya Andhika. Dia juga memiliki pengalaman serupa, menghadapi agenda yang molor karena adanya beberapa temannya yang datang ngaret. Hal itu membuatnya terpaksa harus menjadwalkan ulang agenda yang telah dia susun sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Kejadian atau pengalaman tersebut tentunya membuat resah bagi Andhika dan Arifin. Dan, mungkin masih banyak yang lainnya. Karena jadwal yang telah disusun sebelumnya terpaksa harus berubah karena menyesuaikan jadwal teman yang ngaret.
Lalu, apa yang melatarbelakangi orang-orang ngaret? Mungkin, ya karena ada hal mendesak yang tak terencana sebelumnya dan tidak bisa ditinggal. Atau mungkin, karena lupa jadwal dan ketiduran. Tapi, di sisi lain, banyak juga yang suka ngaret karena terbiasa dengan kebiasaan ngaret yang telah diterapkan sejak dini.
Tidak heran jika mengadakan suatu acara, para panitia kerap menyiapkan susunan acara kampus—mungkin juga acara-acara di luar kampus—dengan versi ngaret. Sungguh ironis mengingat budaya ngaret pada lingkungan kampus yang sering terjadi.
ADVERTISEMENT
Kemudian, bagaimana cara meminimalisasi kebiasaan ngaret ini? Salah satunya yaitu dengan menghargai akan adanya waktu, khususnya waktu orang lain. Dengan begitu, kebiasaan ngaret bisa diminimalisasi. Dan, dengan adanya kesadaran akan menghargai waktu seseorang tentu dapat mendukung manajemen waktu yang baik sehingga dapat meminimalisasi kebiasaan ngaret ini.
Selain menghargai akan waktu seseorang, perlu juga adanya kesadaran untuk tepat waktu dan memiliki pemahaman bahwa waktu itu tidak dapat diulangi sehingga dengan adanya kesadaran tersebut maka kita bisa menghilangkan kebiasaan ngaret ini.
Terakhir, harapan bagi siapapun yang suka ngaret, agar kebiasaan ini dapat dihilangkan sehingga dapat menghargai waktu antar individu. Kalau kita tidak suka orang lain yang suka ngaret, maka kita juga jangan sampai melakukannya. Berkaca pada diri sendiri, dan mulailah dari diri sendiri juga.
ADVERTISEMENT