Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
ASEAN Sebaiknya Mengubah Haluan ke Kekuatan Ekonomi Regional
4 November 2024 9:26 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Fauzia Latifah Aini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Penulis: Fauzia Latifah Aini
Instansi: Hubungan Internasional FISIP UNSRI
ADVERTISEMENT
Keberhasilan ASEAN dalam Integrasi Ekonomi Melalui RCEP
Vietnam, sebagai salah satu anggota ASEAN , telah memanfaatkan RCEP untuk menarik investasi besar di sektor manufaktur. Perusahaan seperti Samsung dan Intel telah menjadikan Vietnam sebagai pusat produksi elektronik, yang mendorong pertumbuhan ekonomi negara ini sekaligus mengurangi kemiskinan. Malaysia juga mengambil keuntungan dari integrasi ekonomi ASEAN dengan memperkuat sektor elektronik dan teknologi, memanfaatkan pasar regional yang lebih terbuka untuk memperluas ekspor (Primawanti et al., 2022 ).
ADVERTISEMENT
Dalam analisis ini penulis melihat bahwa ASEAN terbukti lebih baik dalam mengelola kolaborasi ekonomi di antara negara-negara anggotanya. Pencapaian seperti AFTA dan RCEP menunjukkan bahwa integrasi ekonomi ASEAN dengan PDB pada tahun 2024 dalam USD sekitar 13,914 yang dapat memproyeksi pencapaian berupa ekspor sekitar 5,01 miliar USD pada tahun 2040 (Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP), 2023) . Melalui kerja sama RCEP ini menunjukkan bagaimana kesuksesannya akan meningkatkan daya saing regional, memperkuat perdagangan intra-ASEAN, dan meningkatkan standar hidup bagi sebagian besar populasinya.
Tantangan ASEAN dalam Menangani Isu Keamanan Regional
Ketika beralih ke isu keamanan, ASEAN belum mampu menunjukkan kinerja yang sama seperti dalam ekonomi. Mekanisme keamanan yang ada, seperti ASEAN Regiobal Forum (ARF ) dan Treaty of Amity and Cooperation (TAC) , menunjukkan kelemahan dalam memberikan respons tegas terhadap ancaman besar seperti sengketa LCS. China terus meningkatkan klaim maritimnya di LCS, sementara beberapa negara ASEAN seperti Filipina dan Vietnam secara langsung terlibat dalam sengketa tersebut. Meskipun ada upaya untuk membentuk konsensus di antara negara-negara anggota ASEAN, perbedaan kepentingan, serta hubungan ekonomi yang erat dengan China, membuat ASEAN tidak dapat mengambil sikap yang kuat .
ADVERTISEMENT
Krisis politik di Myanmar setelah kudeta militer pada tahun 2021 juga memperlihatkan kelemahan ASEAN dalam menangani isu keamanan domestik di antara negara-negara anggotanya. ASEAN tidak memiliki mekanisme yang cukup kuat untuk menangani pelanggaran hak asasi manusia atau untuk mengambil tindakan koersif terhadap pemerintah militer Myanmar.Sejak terjadinya kudeta sudah ada lebih dari 50.000 orang telah terbunuh oleh junta militer dan lebih dari 18 juta orang membutuhkan bantuan kemanusiaan (Joint Statement Marking Three Years Since the Military Coup in Myanmar - United States Department of State, 2024) . Tanggapan ASEAN yang telah berusaha mengatasi krisis ini seperti pernyataan bersama dan dialog,tidak cukup untuk mengubah situasi di Myanmar. Situasi ini menimbulkan kritik terhadap prinsip non-interferensi yang dipegang kuat oleh ASEAN, yang sering kali membatasi tindakan nyata organisasi ini dalam situasi darurat.
ADVERTISEMENT
Dalam perspektif realisme hubungan internasional, negara dianggap sebagai aktor utama yang berdaulat, dengan kepentingan nasional dan keamanan sebagai prioritas utama (Lomia, 2020) . Di konteks ASEAN, banyak negara anggota lebih memilih untuk menempuh jalan bilateral atau multilateral di luar ASEAN dalam hal keamanan. Seperti halnya Filipina, yang bersekutu dengan Amerika Serikat melalui Perjanjian Pertahanan Bersama mencontohkan pendekatan realis ini. Dengan menyelaraskan diri dengan negara yang kuat, Filipina berusaha untuk meningkatkan keamanannya terhadap ancaman di Laut China Selatan, mencerminkan pilihan strategis untuk mengandalkan hubungan bilateral yang kuat daripada kerangka kerja ASEAN (Beeson & Lee-Brown, 2021). Pendekatan ini sejalan dengan logika realis, yang menunjukkan bahwa negara-negara harus bertindak secara independen untuk menjaga kedaulatan mereka, terutama ketika kerangka kerja keamanan multilateral dianggap lemah.
ADVERTISEMENT
Fokus ASEAN pada musyawarah dan mufakat (consensus building) sebagai prinsip dasar kerangka kerja keamanan justru menjadi kelemahan. Proses yang lambat dan kebutuhan akan konsensus di antara semua negara anggota sering kali menghambat kemampuan ASEAN untuk merespon krisis keamanan dengan tegas. Misalnya, dalam kasus sengketa Laut Cina Selatan, ASEAN tidak dapat menghasilkan respons yang kuat terhadap tindakan agresif Cina. Ketergantungan ekonomi beberapa anggota ASEAN dengan Cina memperumit situasi ini, karena negara-negara memprioritaskan hubungan ekonomi mereka daripada sikap keamanan yang bersatu.
Walaupun ASEAN telah membuktikan kinerja yang bagus dalam bidang ekonomi, organisasi ini harus melakukan beberapa perbaikan dalam pendekatan keamanan agar tetap relevan dan responsif terhadap tantangan keamanan yang makin kompleks di kawasan ini. Dari sini dapat dilihat ASEAN lebih baik dalam menangani kolaborasi ekonomi daripada isu keamanan regional dengan beberapa faktor yang masih dipertahankan. Prinsip-prinsip diplomasi ASEAN seperti non-interferensi, musyawarah dan mufakat, dan mekanisme bilateral lebih cocok untuk menciptakan stabilitas ekonomi dan perdagangan dengan kinerja ASEAN saat sekarang ini, namun tidak dalam menangani ancaman keamanan yang lebih kompleks. Di sini ASEAN memerlukan perbaikan pada kerangka keamanan jika tetap ingin mepertahankan prinsip awal terbentuknya, melalui penguatan kolaborasi dengan negara-negara anggota dan mekanisme mediasi,merupakan langkah yang bisa dilakukan agar ASEAN tetap relevan dalam menghadapi tantangan yang terus berkembang.
ADVERTISEMENT
Referensi:
Anwar, A. (2024). Economic Relations Between China and Asean: The Shadow of the South China Sea Issue. Köz-gazdaság, 19(1), 23–37. https://doi.org/10.14267/retp2024.01.03
Balancing Act: Assessing China’s Growing Economic Influence in ASEAN. (2023). Asia Society Policy Institute. https://asiasociety.org/policy-institute/balancing-act-assessing-chinas-growing-economic-influence-asean
Beeson, M., & Lee-Brown, T. (2021). Regionalism for Realists? The Evolution of the Indo-Pacific. Chinese Political Science Review, 6(2), 167–186. https://doi.org/10.1007/s41111-020-00163-0
Camarero, S., & Camarero, S. (2023, June 29). Electronics Manufacturing in Vietnam: An Introduction - ARC Group. ARC Group. https://arc-group.com/vietnam-electronics-manufacturing-sourcing/
Grahanusa Mediatama. (2024, September 23). Produksi OLED, Samsung akan Benamkan Investasi US$ 1,8 Miliar di Vietnam. kontan.co.id. https://internasional.kontan.co.id/news/produksi-oled-samsung-akan-benamkan-investasi-us-18-miliar-di-vietnam
Lomia, E. (2020). Political Realism in International Relations: Classical Realism, Neo-realism, and Neo-Classical Realism. International Journal of Social Political and Economic Research, 7(3), 591–600. https://doi.org/10.46291/ijospervol7iss3pp591-600
ADVERTISEMENT
Pemanfaatan Perjanjian RCEP untuk Peningkatan Daya Saing dan Menarik Investasi - Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia. (n.d.). https://ekon.go.id/publikasi/detail/3574/pemanfaatan-perjanjian-rcep-untuk-peningkatan-daya-saing-dan-menarik-investasi
Pertumbuhan ekonomi ASEAN tahun 2024 diperkirakan capai 4,5%. (n.d.). investor.id. https://investor.id/macroeconomy/375469/pertumbuhan-ekonomi-asean-tahun-2024-diperkirakan-capai-45
Primawanti, H., Subagyo, A., & Dermawan, W. (2022). ASEAN 4.0. ERA: DEVELOPMENT IN DIGITAL ECONOMY AND TRADE SECTOR. Jurnal Dinamika Global, 7(02), 329–345. https://doi.org/10.36859/jdg.v7i02.1279
Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). (n.d.). FTA Center. https://ftacenter.kemendag.go.id/regional-comprehensive-economic-partnership-rcep
Ma’arif, H. M. A., Rahmawati, B. U., & Kamil, M. (2023). ASEAN ECONOMIC DYNAMICS: ECONOMIC SOCIETY, OPPORTUNITY, AND CHALLENGE IN DISRUPTION ERA IN INDONESIA 2015-2020. Jurnal Politica Dinamika Masalah Politik Dalam Negeri Dan Hubungan Internasional, 14(1), 75–90. https://doi.org/10.22212/jp.v14i1.3397
Umbu Walangara Nau, N., Heyna Jekaisa, & Sherin Natasya Priscilla. (2023). PERAN ASEAN DALAM KRISIS KEMANUSIAAN PASCA KUDETA MILITER MYANMAR SELAMA COVID 19. In Program Studi Hubungan Internasional Universitas Kristen Satya Wacana, Program Studi Hubungan Internasional Universitas Kristen Satya Wacana, & Program Studi Hubungan Internasional Universitas Kristen Satya Wacana, VOL. 5 NO. 1.
ADVERTISEMENT