Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Sengketa Amerika Serikat dan China di Kawasan Asia Timur
22 Januari 2023 8:39 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Nabel Awsath Fawrent tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Amerika Serikat merupakan negara superpower, hal ini dapat kita lihat dari eksistensinya dalam percaturan politik internasional, di mana setiap permasalahan atau konflik yang ada pada suatu negara, Amerika Serikat selalu ikut serta dalam permasalahan tersebut, hal ini biasa dikenal dengan sebutan negara dominan.
ADVERTISEMENT
Seperti yang telah kita ketahui bersama dengan segala potensi yang ada, Amerika Serikat dengan mudahnya dapat mempengaruhi negara lain. Pembahasan kali ini penulis akan mengulik mengenai peningkatan kekuatan militer China yang akan mempengaruhi kepentingan Amerika Serikat di Asia Timur.
Saat ini stabilitas ekonomi China tidak beda jauh dari kekuatan militernya, yang mana peningkatan ini dianggap akan mengancam keamanan dunia, terlebih Amerika Serikat sebagai negara berkuasa yang telah membawa dan menanamkan hegemoninya di berbagai wilayah di Dunia, salah satunya di kawasan Asia Timur. Tidak hanya itu meningkatnya stabilitas ekonomi dan militer China juga membuat Amerika Serikat resah, terlebih AS memiliki tanggung jawab terhadap keamanan negara-negara sekutu di Asia Timur, jika negara sekutunya terancam, maka berdampak pula pada Amerika Serikat. China dengan segala potensinya dianggap akan menyaingi Amerika Serikat di wilayah Asia Timur.
ADVERTISEMENT
Menurut Condoleezza Rice kekuatan militer China tidak sebanding dengan kehebatan Militer yang dimiliki Amerika Serikat, tetapi kondisi ini tidak akan berlangsung lama melihat China yang memiliki kepentingan terutama di Taiwan dan Laut China Selatan. China juga jengkel dengan kehadiran Amerika di kawasan Asia-Pasifik.
Hal ini tidak berarti sebagai kekuatan "status quo" tetapi ingin bertindak sebagai kekuatan penyeimbang di kawasan. Posisi ini telah menjadikan China sebagai pesaing strategis, bukan mitra strategis seperti yang pernah dilakukan pada pemerintahan Clinton.
Menurut konsep Balance of power munculnya China sebagai kekuatan global baru di kawasan diperkirakan akan memperlihatkan ketegasan akan kebijakan-kebijakan luar negeri dengan kekuatan militer dan ekonomi sebagai dukungannya. Dua kemungkinan utama muncul dari kondisi ini, yaitu negara-negara di kawasan bergabung dengan negara dominan atau membuat aliansi baru untuk mengimbangi kekuatan yang ada. Hal ini memicu persaingan antara Amerika Serikat dan China dalam menjadi security order di Asia Timur
ADVERTISEMENT
Seiring dengan adanya kekuatan baru di kawasan, keamanan kawasan juga menjadi semakin rumit. Hal ini dikarenakan keamanan saling mempengaruhi atau tidak dapat berdiri sendiri. Keamanan regional dipengaruhi oleh intervensi, interaksi, dan kesepahaman antara negara-negara di dalam kawasan tertentu dan negara-negara di luarnya.
Di kawasan Asia Timur, keamanan suatu negara tidak dapat dipisahkan dari keamanan negara lain, baik secara regional maupun global, karena kawasan merupakan arena di mana keamanan nasional dan keamanan global saling berhubungan dan saling mempengaruhi.
Maka oleh karena itu, keamanan nasional di kawasan Asia Timur tidak dapat dipisahkan dari keamanan global. Perang Dingin menunjukkan bahwa konflik antara Amerika Serikat dan Uni Soviet sangat berkontribusi terhadap ketegangan antara Korea Selatan dan Korea Utara di Semenanjung Korea.
ADVERTISEMENT
China memiliki upaya yang sangat besar untuk merebut posisi Amerika Serikat sebagai negara adidaya, namun dalam menghadapi Amerika Serikat, China harus mengembangkan akal sehat yang akan membuat negara-negara Asia Timur mengikuti kebijakannya.
Apalagi, ini memang revolusi yang akan membutuhkan waktu cukup lama. Pendekatan secara paksa yang digunakan China selama ini tidak dapat mendefinisikan China sebagai pemimpin regional karena hegemoni tidak terbatas pada kekuatan dominan.
Namun, jika China benar-benar ingin menjadi pemimpin keamanan di kawasan dalam waktu yang lebih singkat, China dapat mengambil langkah yang realistis, di mana China harus mengundang Amerika Serikat ke dalam perangkap Thucydides, yaitu kondisi di mana perang harus terjadi akibat bangkitnya kekuatan besar yang berusaha mengubah kekuatan yang ada.
ADVERTISEMENT
Namun, peperangan membutuhkan sumber daya yang besar dan juga menimbulkan kerugian yang besar. Selain itu, kedua belah pihak harus mempertimbangkan dengan hati-hati untuk mengambil langkah ini, terutama dalam kasus China. China harus dapat mengukur keuntungan dan kerugian yang diproyeksikan dengan kekuatan yang ada terhadap Amerika Serikat dan sekutunya. Singkatnya, seperti yang dikatakan Robert Cox, persaingan AS-China adalah situasi di mana yang lama mati dan yang baru tidak bisa dilahirkan.