Konten dari Pengguna

Diperas Dunia Kapitalis, Apakah Sandwich Generation Masih Sehat?

Fazlar Olin
Mahasiswa semester 5 jurusan Sosiologi FISIP Universitas Brawijaya
17 Desember 2024 11:24 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fazlar Olin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Sandwich Generation. Sumber: Dokumen Pribadi Penulis
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Sandwich Generation. Sumber: Dokumen Pribadi Penulis
ADVERTISEMENT
Gaji tak seberapa, tetapi harus biayai orang tua, adik, dan anak sendiri juga, siapa lagi kalau bukan generasi roti lapis atau yang biasa dikenal sebagai sandwich generation.
ADVERTISEMENT
Nama yang tampak lezat, namun realitanya tidak seenak roti lapis yang disajikan Subway ataupun Jiwa Toast. Miller (1981, dalam DeRigne & Ferrante, 2012) mendefinisikan sandwich generation sebagai para tulang punggung keluarga yang menafkahi dua generasi, yaitu generasi yang lebih tua darinya serta generasi yang lebih muda darinya.
Tidak ada generasi spesifik yang dapat digolongkan sebagai sandwich generation karena peran sebagai multiple caregivers dapat diemban oleh siapapun tanpa memandang tahun kelahiran mereka. Baik Milenial maupun Gen Z, banyak dari mereka yang dikaruniai kekuatan untuk menanggung beban seperti kepala keluarga.

Angka sandwich generation di Indonesia

Merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2020, Indonesia memiliki 71 juta penduduk yang termasuk dalam golongan sandwich generation.
ADVERTISEMENT
Selain itu, dalam jajak pendapat Kompas pada 2022 juga diketahui bahwa terdapat 56 juta penduduk yang termasuk dalam golongan yang sama. Jajak pendapat tersebut juga mengungkap bahwa mayoritas responden tergolong sebagai masyarakat kelas menengah bawah dengan persentase senilai 44,8 persen.
Jika dilihat dari kelompok usia, sebanyak 43,6 persen responden mengaku sebagai Gen Y atau Milenial (24-39 tahun). Sedangkan, Gen X (40-55 tahun) dan Gen Z (< 24 tahun) masing-masing hanya meliputi 32,5 persen dan 16,3 persen responden saja. Angka ini memperkuat pernyataan yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya (Yuniarto, 2024).

Perkelahian antara para pencari nafkah dengan dunia kapitalis

Keberadaan sandwich generation di Indonesia pun diabadikan dalam film bertajuk Home Sweet Loan yang dirilis pada 26 September 2024 lalu. Kaluna sebagai karakter utama di film tersebut dihadapkan oleh dilema antara membeli rumah impiannya dan membebaskan keluarganya dari lilitan hutang.
ADVERTISEMENT
Fenomena tersebut pun tidak asing dengan realitas sosial yang kita temui sehari-hari. Di balik para pekerja kantoran yang berpenampilan rapi tiap paginya, terdapat beban keluarga yang diam-diam ia tanggung setiap harinya.
Tanggungan tersebut pun semakin parah apabila mereka hanya mendapatkan penghasilan yang tidak jauh dari angka Upah Minimum Provinsi (UMP) tanpa tunjangan. Bayangkan seorang pekerja di Jawa Tengah dengan UMP senilai Rp2.057.495 yang masih harus membiayai dua generasi diantaranya. Bisa jadi hanya Tuhan yang dapat menyelamatkannya.
Oleh karena itu, banyak dari mereka yang menggunakan pinjaman online (pinjol). Hal tersebut dilakukan agar mereka tetap dapat memenuhi kebutuhan hidup dan membeli barang-barang yang mereka inginkan di saat yang sama. Tren tersebut pun merajalela di Indonesia hingga hutang pinjol warga tembus Rp74,48 triliun per September 2024 (Aprilia, 2024).
ADVERTISEMENT

Kondisi kesehatan sandwich generation dari perspektif Marxist

Demi sesuap nasi bagi tiap anggota keluarga di rumahnya, para sandwich generation bekerja tanpa lelah. Kerja keras yang mereka lakukan pun dapat berdampak buruk terhadap kondisi kesehatan mereka, baik fisik maupun mental. Beberapa penyakit yang beresiko mereka miliki meliputi stres, depresi dan gangguan kecemasan atau anxiety disorder.
Dalam pandangan kaum Marxist, resiko-resiko penyakit tersebut dapat timbul karena adanya perbedaan kesempatan hidup antara kelas yang berkuasa dan kelas pekerja. Navarro (1995, dalam Barry & Yuill, 2002) mengemukakan bahwa terdapat aliansi antara para penguasa dengan orang-orang yang bekerja di bidang kesehatan.
Kerja sama tersebut dijalin melalui penjaminan oleh layanan kesehatan untuk para pekerja agar kesehatan mereka tetap terjaga dan dapat bekerja dengan maksimal. Meski mengidap penyakit, layanan kesehatan akan menyembuhkan mereka hingga tingkat tertentu agar mereka dapat bekerja kembali. Dengan demikian, para penguasa pun diuntungkan karena para pekerja bisa kembali produktif dan menghasilkan profit bagi mereka.
ADVERTISEMENT

Daftar Rujukan

Aprilia, Z. (2024, November 1). Utang Pinjol RI Tembus Rp 74,48 T per September 2024. CNBC Indonesia. Retrieved December 16, 2024, from https://www.cnbcindonesia.com/market/20241101143122-17-584901/utang-pinjol-ri-tembus-rp-7448-t-per-september-2024
Barry, A.-M., & Yuill, C. (2002). Understanding Health: A Sociological Introduction (A.-M. Barry & C. Yuill, Eds.). SAGE Publications.
DeRigne, L., & Ferrante, S. (2012). The Sandwich Generation: A Review of the Literature. Florida Public Health Review, 9(12), 95-104.
Yuniarto, T. (2024, May 22). Generasi “Sandwich”: Definisi, Beban, dan Tantangan – Kompaspedia. Kompaspedia. Retrieved December 16, 2024, from https://kompaspedia.kompas.id/baca/paparan-topik/generasi-sandwich-definisi-beban-dan-tantangan