Konten dari Pengguna

Kenkyo: Rahasia Keharmonisan Dalam Bersosial di Masyarakat Jepang

Febriyan Ibrahim
Bahasa dan Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga
10 Oktober 2024 9:05 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Febriyan Ibrahim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber: <a href="https://pixabay.com/id/users/anthr_photoblog-13017730/?utm_source=link-attribution&utm_medium=referral&utm_campaign=image&utm_content=4335235">Christian</a> dari <a href="https://pixabay.com/id//?utm_source=link-attribution&utm_medium=referral&utm_campaign=image&utm_content=4335235">Pixabay</a>
zoom-in-whitePerbesar
sumber: <a href="https://pixabay.com/id/users/anthr_photoblog-13017730/?utm_source=link-attribution&utm_medium=referral&utm_campaign=image&utm_content=4335235">Christian</a> dari <a href="https://pixabay.com/id//?utm_source=link-attribution&utm_medium=referral&utm_campaign=image&utm_content=4335235">Pixabay</a>
ADVERTISEMENT
Apa Itu Kenkyo?
Dalam budaya Jepang, konsep atau nilai-nilai sosial berperan penting untuk menjalin sebuah hubungan sosial antara suatu individu dan lingkungannya. Salah satu konsep yang mendasari sebuah keterkaitan antara hubungan sosial adalah kenkyo (謙虚) atau secara bahasa berarti kerendahaan hati atau sikap yang tidak ingin menunjukkan kelebihan pada diri. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan nilai rendah hati sebagai sifat atau tindakan yang tidak sombong atau tidak angkuh. Dalam budaya Jepang, kenkyo adalah bagian penting dari etika dan nilai-nilai sosial yang menekankan harmoni kelompok, penghormatan terhadap orang lain, dan penghindaran perilaku yang dianggap sombong atau arogan. Sikap-sikap kerendahan hati diperlukan orang Jepang dalam membangun sebuah kualitas hubungan yang harmonis, saling menghormati, dan berkesinambungan. Dengan mengutamakan kenkyo masyarakat di Jepang dapat menciptakan sebuah ikatan sosial yang harmonis berdasarkan rasa saling pengertian, pengakuan akan kekurangan pada diri sendiri, serta pengertian dalam meghindari konflik antar sesama.
ADVERTISEMENT
Dalam buku yang berjudul “The Japanese Mind-Understading Contemporary Japanese Culture” karya Osamu Ikeno, konsep kenkyo sama halnya dengan peribahasa yang berbunyi “deru kui wa utareru” (sebuah paku yang mencuat akan terpalu). Makna dari peribahasa ini adalah seseorang yang menunjukkan kemampuannya dihadapan orang lain akan berisiko untuk ditindas yang lain. Adapun pepatah lama yang mengatakan “bosatsu miga ireba utsumuku” secara bahasa berarti “jika anda memiliki sebuah bodhisattva maka menunduklah” makna dalam pepatah ini adalah jika dirimu memiliki sebuah kelebihan dan kebanggaan akan lebih baik untuk rendah hati dan bijaksana. Bodhisattva dalam pepatah tersebut dapat berarti seseorang yang ingin mencapai keadaan dan pemikiran buddha. Maka dari itu untuk mendapatkannya diperlukan untuk selalu rendah hati dalam bertindak.
ADVERTISEMENT
Bagaimana Sejarah Kenkyo Itu Ditemukan?
Jepang memiliki sejarah yang berkaitan langsung dengan China. Jepang juga menerapkan kepercayaan tentang bahwa China adalah pusat dunia atau Chuukashisho. Asal-usul kenkyo juga terpengaruh langsung dengan pemikiran konfusianisme. Pemikiran konfusianisme merupakan sebuah ajaran etika yang menuntun masyarakat untuk mencapai ketentraman dengan menjalani segala suatu hal secara proporsional dan sesuai dengan kemampuan tiap individu (Asruchin, 2018). Konfusianisme dikemukakan oleh seorang filsuf besar di China yang bernama Kong Qiu alias Zhong Ni. Dalam ajaran kongusianisme menekankan 5 ajaran tentang Ren (忍)yang berarti cinta kasih kepada seluruh makhluk; Yi (意) yang berarti kebenaran dan budi luhur; Li (礼) yang berarti kesusilaan; Ci (慈) yang berarti kebijaksanaan dan rasa pengertian; Xin (信) yang memiliki arti kejujuran seseorang. Konsep kenkyo sendiri menyerap nilai konfusianisme kebijaksanaan dan rasa pengertian atau nilai “Ci”.
ADVERTISEMENT
Letak inti dalam nilai konfusianisme adalah etika dan moral yang mengatur hubungan antar sesama individu, individu terhadap kelompok, atau kelompok dengan kelompok. Ajaran konfusius inilah yang mendasari adanya konsep kenkyo. Keteraturan dalam menjaga keharmonisan dan kesadaran diri dalam konsep kenkyo sangat menjunjung tinggi nilai-nilai konfusianisme yang diajarkan.
Penerapan Kenkyo Dalam Sistem Hierarki di Jepang
Masyarakat Jepang memiliki sistem hierarki vertical yang sangat terstruktur yang bergantung pada kekuasaan, jabatan, dan peran dalam hubungan interpersonal. Dalam budaya Jepang, hierarki sangat dihormati, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun tempat kerja. Penerapan kenkyo ini memiliki peranan penting dengan keterkaitannya antara sistem hierarki di Jepang. Kenkyo sendiri menjaga hubungan dan keharmonisan sosial dengan mengajarkan untuk mengutamakan kepentingan kelompok di atas kepentingan sendiri. Sebagai contoh, dalam perusahaan Jepang, meskipun mereka memiliki kemampuan dan keterampilan yang sama dalam pekerjaan, mereka tetap akan diberikan peringkat sesuai usia, tahun awal masuk perusahaan, dan lamanya bekerja. Karyawan yang paling baru atau paling muda akan menggunakan bahasa yang sopan dan selalu merendahkan dirinya dalam berbahasa. Hal ini digunakan agar karyawan tersebut dapat menempatkan atasan atau senpai (senior) mereka dalam status yang lebih tinggi dan mengharapkan arahan atau bimbingan dari senpai secara baik demi masa yang mendatang.
ADVERTISEMENT
Dalam lingkungan sekolah pun masih ditemukan penggunaan kenkyo. Seperti halnya seorang siswa yang tingkat tahunnya lebih rendah atau kouhai akan menggunakan bahasa dan sikap yang merendahkan dirinya sebagai rasa penghormatan kepada senpai-nya. Tidak hanya dalam lingkup pekerjaan atau Pendidikan. Konsep kenkyo ini juga ditekankan dalam kehidupan bermasyarakat, terutama untuk menghargai seseorang yang lebih tua. Dalam berbahasa, mereka kerap menggunakan bahasa kenjougo (謙譲語) atau bahasa sopan dalam bentuk rendah hati selama menerapkan sikap kenkyo. Sikap dan bahasa yang diterapkan dalam situasi ini sangatlah penting bagi para masyarakat di Jepang.
Peranan Bahasa Sopan atau Keigo Dalam Kenkyo
Dalam sistem hierarki di Jepang, masyarakat Jepang juga memiliki sistem bahasa yang cukup kompleks. Bahasa-bahasa yang digunakan dalam keadaan tertentu tidak serta merta digunakan dalam berbicara. Sama halnya di Indonesia, bahasa Jepang juga menerapkan sistem kesopanan saat berbicara dengan orang yag dihormatinya. Bahasa sopan di Jepang dibedakan menjadi 3 macam bahasa, yaitu teineigo (丁寧語) yang berarti bahasa sopan dan lembut, sonkeigo (尊敬語) atau yang berarti bahasa meninggikan orang yang dihormati, dan kenjougo (謙譲語) yang memiliki arti bahasa sopan untuk merendahkan hati pembicara.
ADVERTISEMENT
Pembentukan teineigo biasanya digunakan dengan bahasa-bahasa normal dan sopan, serta ditandai dengan imbuhan kata -masu atau -desu. Dalam ilmu linguistik Bahasa Jepang, bentuk -masu dan -desu ini yang biasa disebut kopula atau sebuah kata tambahan yang dapat mengubah dari bentuk kamus atau jishokei. Sebagai contoh kata kerja minum atau nomu dalam bahasa teineigo berubah bentuk menjadi nomimasu. Penggunaan teineigo biasanya digunakan saat seseorang yang tidak terlalu dekat, atau orang asing berbicara.
Sonkeigo merupakan salah satu bahasa sopan yang dimana bahasa ini digunakan untuk meninggikan atau menggunakan kata yang menghormati orang lain. Biasanya kata ini digunakan untuk meninggikan kedudukan seseorag yang di atas kita, seperti atasan, senior, guru, dan sebagainya. Sonkeigo biasanya ditandai dengan adanya imbuhan -reru atau -rareru. Contohnya kata kerja -yomu (membaca) akan berubah menjadi yomareru dalam bahasa sonkeigo.
ADVERTISEMENT
Untuk merendahkan hati dalam berbicara, orang Jepang menggunakan kenjougo dalam berbicara. Bahasa ini menunjukkan pembicara merendahkan hatinya dalam berbicara kepada lawan bicara. Penggunaan kaliamt ini mengubah bentuk bahasa dasarnya menjadi bahasa kenjougo seperti kata kerja -iku (pergi) akan berubah menjadi mairu dan masih banyak lagi.
Konsep Kenkyo Pada Era Modern
Dalam era modern saat ini, penggunaan bahasa cukup erat keterkaitannya dalam konsep kenkyo dalam budaya masyarakat Jepang. Masyarakat Jepang menggunakan bahasa sebagai media rasa hormat kepada orang lain dan menjaga keharmonisan sosial. Meskipun penerapan keigo ini telah dilakukan sejak dulu, sayangnya banyak generasi-generasi muda Jepang saat ini yang jarang sekali meenggunakannya bahkan tidak mengerti bagaimana cara menggunakan keigo dalam beberapa situasi. Akan tetapi nilai-nilai dari konsep kenkyo sendiri masih belum hilang. Walaupun mereka jarang sekali menggunakan keigo, nilai-nilai dari konsep kenkyo masih mereka terapkan hingga saat ini. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat Jepang selalu menjalin keharmonisan dalam kehidupan sosial.
ADVERTISEMENT
Mereka meyakini apabilai ingin dihormati oleh orang lain, maka kita perlu menghormati orang lain pula, yaitu dengan salah satu cara menerapkan konsep kenkyo atau sikap rendah hati dan tidak sombong.