Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Keinginan Terlihat Menarik Secara Fisik Akibat Praktik Diskriminasi Penampilan
23 Februari 2023 9:40 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Riska Rahayu Roisiah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Istilah rasisme dan seksisme adalah istilah yang cukup umum digunakan di masyarakat . Sebagian besar orang tahu bahwa rasisme adalah diskriminasi terhadap seseorang karena rasnya.
ADVERTISEMENT
Sedangkan seksisme adalah diskriminasi terhadap seseorang karena jenis kelaminnya. Jenis diskriminasi lainnya seperti diskriminasi berdasarkan agama, asal negara, atau disabilitas semuanya telah dipelajari dengan cukup baik.
Namun, lookism atau diskriminasi terhadap penampilan merupakan praktik yang juga sering dilakukan masyarakat namun sedikit yang mengulasnya.
Baru baru ini, sedang ramai di sosial media tentang influencer yang memberikan statement mengenai obsesinya terkait awet muda dan kaitannya dengan childfree.
Obsesi terlihat awet muda adalah pilihan yang bukan tanpa landasan. Pasalnya sadar ataupun tidak, masyarakat melakukan praktik diskriminasi terhadap penampilan. Ini adalah diskriminasi terhadap seseorang karena daya tarik atau tidak menariknya karakteristik fisik mereka yang juga disebut dengan istilah lookism.
Akibat lookism ini masyarakat berusaha dengan keras agar terlihat menarik secara fisiknya (Appearance-Oriented Views) dengan berbagai cara. Termasuk salah satunya operasi plastik, hal tersebut tidak hanya digunakan untuk merekonstruksi bagian tubuh yang cacat.
ADVERTISEMENT
Namun, sudah menjadi gaya hidup di era modern ini untuk mendapatkan wajah idaman yang cantik dan tampan secara instan. Bahkan, mereka rela mengeluarkan banyak uang untuk hal tersebut.
Di dalam beberapa penelitian seperti yang dirilis oleh University of British Columbia, menyebutkan bahwa individu yang menarik secara fisik cenderung dianggap dan diperlakukan lebih positif dalam interaksi sosial sehari-hari daripada individu yang kurang menarik di banyak aspek termasuk di workplace.
Prevalensi masalah diskriminasi daya tarik fisik di dunia kerja atau workplace harus juga menjadi perhatian. Telah ditemukan bahwa individu yang menarik secara fisik secara konsisten dipilih daripada individu yang kurang menarik secara fisik untuk wawancara kerja dan juga cenderung mendapat posisi yang tinggi di pekerjaan.
ADVERTISEMENT
Daya tarik fisik juga ditemukan berdampak positif pada upah, jam kerja, dan peluang promosi saat seseorang bekerja, serta mengurangi kemungkinan mereka untuk diberhentikan. Menurut Dario Maestripieri dkk, dalam penelitian mereka ‘Explaining financial and prosocial biases in favor of attractive people: Interdisciplinary perspectives from economics, social psychology, and evolutionary psychology’ (2016), orang-orang yang berpenampilan menarik berpeluang untuk mendapatkan kesempatan kerja lebih besar daripada orang-orang yang berpenampilan biasa saja.
Mereka juga memiliki lebih banyak kesempatan untuk mengembangkan kariernya melalui berbagai promosi, bahkan mendapatkan gaji yang lebih banyak.
Ketertarikan fisik dalam hal ini juga mencakup orang-orang yang penampilannya mewakilkan standar normalitas dalam kehidupan sosial.
Contoh nyata workplace descrimination.
1. Di Indonesia, kita seringkali menemukan syarat “Berpenampilan Menarik” di setiap lowongan pekerjaan yang dibutuhkan oleh beberapa perusahaan negeri atau swasta.
ADVERTISEMENT
Syarat “Berpenampilan Menarik” ini tidak hanya tampak samar, namun juga menimbulkan personal bias dan prasangka terhadap kecantikan seseorang yang menimbulkan stereotipe standar wanita cantik pada umumnya identik dengan rambut hitam lurus panjang, wajah yang cantik dan tampan bahkan tubuh yang proporsional.
2. Pada 2016 kasus Nina yang viral di salah satu platform media sosial yang menceritakan kisahnya kehilangan pekerjaan karena bentuk badan.
Nina bahkan sampai dua kali diberhentikan oleh perusahaan sebab penampilannya dinilai terlalu seksi. Nina Osegueda menceritakan pengalamannya ketika dipecat. Dalam sebuah video ia mengaku dua kali dipecat di perusahaannya yang berbeda dengan alasan berpakaian tidak sopan.
Tapi wanita 38 tahun itu sendiri mengaku bahwa bentuk badannya memang lebih berisi dari kebanyakan wanita dan ia tidak pernah sengaja memperlihatkan lekuk tubuh.
ADVERTISEMENT
Selama keputusan perekrutan dipengaruhi oleh penampilan maka akan semakin banyak masyarakat terdiskriminasi. Banyak penelitian telah dilakukan mengenai hal ini bahwa tinggi badan, rambut, berat badan, warna mata, dan banyak faktor lainnya telah memengaruhi perekrutan, promosi, dan kompensasi.
Meningkatkan kesadaran tentang diskriminasi daya tarik fisik dapat membantu dalam mengurangi efeknya. Meskipun peningkatan awareness tidak dapat menghilangkannya efek secara significant, namun hal tersebut adalah langkah pertama untuk memadamkan bias itu.