Konten dari Pengguna

Lifetime Earnings Sarjana Bidang Bahasa dan Seni Kreatif yang Tidak Sepadan

Riska Rahayu Roisiah
Peneliti Surabaya Academia Forum Universitas Muhammadiyah Surabaya
9 Juni 2024 9:22 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Riska Rahayu Roisiah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kuliah di luar negeri. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kuliah di luar negeri. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mendaftar ke universitas adalah investasi yang sangat baik bagi sebagian besar siswa. Dalam masyarakat yang semakin didorong oleh kemajuan teknologi dan kebutuhan ekonomi yang terus berubah, nilai pendidikan tinggi seringkali diukur dari seberapa besar pengaruhnya terhadap pendapatan seumur hidup atau lifetime earnings.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan The Sutton Trust di Inggris menyatakan bahwa menempuh pendidikan di Universitas dapat membantu anak dari latar belakang ekonomi yang rendah untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar dibandingkan orang tua mereka. Namun, lulusan dari bidang bahasa dan seni kreatif sering kali menemukan bahwa lifetime earnings mereka tidak sepadan dengan investasi waktu dan biaya yang telah mereka keluarkan untuk mendapatkan gelar tersebut.
Fenomena ini menimbulkan pertanyaan mendalam tentang nilai pendidikan di bidang humaniora dan bagaimana kita sebagai masyarakat menghargai kontribusi mereka. Meskipun mereka memiliki kontribusi penting dalam memperkaya budaya dan memperluas wawasan humaniora, seringkali lifetime earnings mereka tidak sepadan dengan investasi waktu dan biaya yang dikeluarkan untuk meraih gelar tersebut.
ADVERTISEMENT

Ketidaksetaraan Pendapatan

Salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh lulusan bahasa dan seni kreatif adalah rendahnya permintaan pasar kerja untuk keterampilan mereka dibandingkan dengan bidang lain seperti STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics). Laporan dari Economic Policy Institute menunjukkan bahwa tingkat pengangguran di kalangan lulusan bahasa dan seni kreatif cenderung lebih tinggi. Ini mengakibatkan banyak dari mereka harus mencari pekerjaan di luar bidang keahlian mereka atau dalam pekerjaan yang tidak memerlukan gelar sarjana, seringkali dengan gaji yang jauh lebih rendah daripada yang diharapkan.
berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh IFS Think Tank di Inggris menyatakan bahwa rata-rata lulusan seni kreatif dan bahasa memperoleh lifetime earnings yang sama dibandingkan jika mereka tidak melanjutkan ke Universitas. Lulusan hukum, ekonomi atau kedokteran memperoleh penghasilan lebih dari £250,000 selama karier mereka dibandingkan jika mereka tidak mendapatkan gelar.
sumber (IFS Think Tank)
Pendapatan awal bagi lulusan bahasa dan seni cenderung lebih rendah dibandingkan dengan lulusan dari bidang lainnya. Sebuah laporan juga dirilis dari National Center for Education Statistics di Amerika Serikat menunjukkan bahwa lulusan seni dan humaniora memiliki gaji awal rata-rata yang lebih rendah dibandingkan dengan lulusan di bidang teknik dan bisnis. Selama karier mereka, kesenjangan pendapatan ini cenderung tetap ada, dan bahkan dapat semakin melebar seiring berjalannya waktu.
ADVERTISEMENT

Pengaruh pada Kualitas Hidup

Pendapatan yang lebih rendah tidak hanya mempengaruhi stabilitas finansial, tetapi juga kualitas hidup secara keseluruhan. Lulusan dengan pendapatan yang tidak sepadan mungkin menghadapi kesulitan dalam membayar utang pendidikan, membeli rumah, atau menabung untuk masa pensiun.
Tekanan finansial ini juga dapat berdampak pada kesejahteraan mental dan emosional.Kesulitan keuangan yang terus-menerus dapat menyebabkan stres kronis, yang berdampak negatif pada produktivitas dan kesejahteraan secara keseluruhan.

Strategi untuk Mengatasi Tantangan

Untuk menghadapi tantangan ini, lulusan bahasa dan seni perlu mengadopsi strategi yang dapat meningkatkan daya saing mereka di pasar kerja. Mengembangkan keterampilan tambahan seperti manajemen proyek, pemasaran digital, dan keterampilan teknis dapat membuka peluang kerja yang lebih luas. Selain itu, magang dan jaringan profesional yang kuat dapat membantu mereka mendapatkan pengalaman dan koneksi yang diperlukan untuk sukses.
ADVERTISEMENT
Institusi pendidikan juga memiliki peran penting dalam mempersiapkan mahasiswa mereka untuk realitas pasar kerja. Kurikulum yang menggabungkan keterampilan praktis dengan teori akademik, serta kerja sama dengan industri, dapat memberikan lulusan bahasa dan seni keunggulan kompetitif. Program mentoring dan bimbingan karier yang kuat juga dapat membantu mereka menavigasi dunia kerja dengan lebih efektif.
Meskipun sarjana bidang bahasa dan seni menghadapi tantangan finansial yang signifikan, kontribusi mereka terhadap masyarakat tidak dapat diabaikan. Untuk memastikan bahwa mereka mendapatkan imbalan yang sepadan, diperlukan upaya bersama dari individu, institusi pendidikan, dan pemerintah untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan karier mereka.
Dengan pendekatan yang tepat, lulusan bahasa dan seni dapat mencapai kesuksesan finansial yang sepadan dengan dedikasi dan usaha mereka dalam bidang yang mereka cintai. Lifetime earnings yang tidak sepadan bagi sarjana bidang bahasa dan seni mencerminkan tantangan yang lebih luas dalam masyarakat kita tentang bagaimana kita menghargai pendidikan dan kontribusi dalam bidang humaniora.
ADVERTISEMENT
Untuk memastikan bahwa mereka mendapatkan imbalan yang sepadan dengan usaha dan dedikasi mereka, diperlukan perubahan dalam cara kita mendidik, melatih, dan mendukung lulusan bidang ini. Dengan pendekatan yang holistik dan dukungan yang kuat, kita dapat membantu lulusan bahasa dan seni mencapai kesuksesan yang layak mereka dapatkan, baik secara finansial maupun dalam kontribusi mereka terhadap masyarakat.