Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Inovasi Arsitektur Kedutaan Besar Austria: Solusi Bangunan Sejuk, tanpa AC, Hemat Energi
4 Maret 2018 0:23 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
Tulisan dari Felicia Yuwono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebagai bagian dari komitmen mitigasi perubahan iklim, Pemerintah Indonesia sejak tahun 2010 mulai menetapkan kebijakan green building, misalnya melalui pilot project pembangunan gedung utama Kementerian Pekerjaan Umum di Jakarta. Sementara itu, Jakarta memiliki visi untuk mengurangi konsumsi energi, emisi karbon dioksida (CO2) dan konsumsi air masing-masing sebanyak 30% pada tahun 2030.
ADVERTISEMENT
Untuk mewujudkan visi tersebut, Gubernur DKI Jakarta mengeluarkan Pergub DKI no. 38 tahun 2012 tentang Bangunan Gedung Hijau. Berdasarkan Pergub DKI tersebut, maka sejak 23 April 2013, terdapat kriteria bangunan hijau yang berlaku untuk semua bangunan di Jakarta. Peraturan ini merupakan inisiatif pertama di Asia Pasifik, di mana suatu kota memberlakukan kewajiban pembangunan gedung yang ramah lingkungan. Pergub berlaku untuk gedung komersial, apartemen, perkantoran pertokoan atau bangunan lebih dari satu fungsi, berdasarkan ketentuan luas bangunan.
Meskipun rumah tinggal belum termasuk kriteria bangunan yang diatur dalam Pergub DKI tersebut, secara keseluruhan, data World Green Building Council menunjukkan, bangunan gedung menyumbangkan paling tidak 33% emisi CO2, 17% konsumsi air bersih, 25% kayu dan 40-50% konsumsi energi. Konsumsi energi terbesar pada bangunan dikeluarkan untuk pendinginan, pemanasan dan pencahayaan bangunan.
ADVERTISEMENT
Masyarakat Indonesia perlu bersama-sama mewujudkan komitmen Indonesia dalam mitigasi perubahan iklim. Untuk itu, kita perlu solusi inovatif untuk mendukung pencapaiannya, misalnya dengan mempromosikan konstruksi bangunan dengan aspek-aspek penghematan dan efisiensi penggunaan sumber daya.
Bangunan Kedutaan Besar Austria di Jakarta adalah contoh bangunan hijau dengan desain arsitektur inovatif yang ramah lingkungan dan disesuaikan untuk iklim Jakarta yang panas dan lembab. Resep arsitekturnya menggabungkan kenyamanan tinggi di dalam ruangan, biaya konstruksi yang reasonable dan standar tinggi efisiensi energi.
Yang sangat menarik dari bangunan ini adalah kemampuan menghadirkan suhu 25 °C dengan kelembaban 60% di dalam ruangan dengan sirkulasi udara yang baik, tanpa menggunakan pendingin ruangan (AC). Bangunan menjadi tempat bekerja yang nyaman untuk 20 orang, dan dapat menampung tamu sebanyak 100 orang.
ADVERTISEMENT
Berikut resep rahasia desain bangunan Kedutaan Besar Austria di Jakarta, yang didesain dan dibangun oleh POS Architecture Austria menggunakan material bangunan lokal:
1. Teknik shading untuk perlindungan efektif dari sinar matahari
Arsitektur mengadopsi Passivehouse-Standard untuk iklim panas dan lembab dengan prinsip perlindungan efektif terhadap sinar matahari. Prinsip ini menghadirkan penggunaan shading berbahan kayu pada ruang terbuka.
Di samping itu, letak jendela mengarah ke utara dan selatan sehingga mencegah masuknya sinar matahari langsung ke dalam bangunan.
2. Standar tinggi insulasi panas pada tembok luar bangunan
Untuk menghadirkan insulasi panas pada tembok bangunan, tembok atau selubung bangunan menggunakan material yang tebal dan kedap udara, misalnya beton.
3. Pendinginan inti beton melalui CCT (concrete core tempering)
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, pengaturan suhu udara dilakukan dengan teknik CCT (concrete core tempering), yakni dengan mengalirkan air yang didinginkan melalui pipa-pipa yang dipasang sebagai struktur bagian dalam dinding beton. Pipa tersebut disambungkan ke instalasi pusat yang mampu mengatur temperatur air sesuai kebutuhan.
4. Kaca jendela lapis dua
Untuk menghalangi masuknya suhu panas dari luar, bangunan juga menggunakan kaca jendela lapis dua. Kaca jendela macam ini lazim digunakan di Austria, untuk menjaga suhu ruangan tetap hangat di musim dingin.
5. Untuk menghemat air, terdapat penampungan air hujan untuk menyiram toilet dan tanaman
Untuk menghasilkan bangunan yang ramah lingkungan, selain menghemat listrik, desain arsitektur Kedubes Austria di Jakarta juga berupaya menghemat air dengan memasang penampungan air hujan, yang bisa digunakan kembali untuk menyiram toilet dan tanaman.
ADVERTISEMENT
Nah. Dengan resep arsitektur untuk iklim panas dan lembab di atas ini, Kedubes Austria di Jakarta berhasil menghadirkan solusi desain bangunan yang mengurangi kebutuhan energi sebanyak 85% dibandingkan standar konsumsi bangunan di Jakarta, yakni setara dengan pengurangan emisi CO2 sebanyak 73 ton per tahun. Tidak hanya itu, penghematan energi ditambah lagi dengan adanya generator tenaga surya di atap bangunan, yang mencukupi 22% kebutuhan listrik tahunan. Biaya konstruksi yang dikeluarkan kurang lebih 30% lebih tinggi dari bangunan biasa, tetapi biaya operasional jauh lebih rendah karena besarnya penghematan energi.
Mudah-mudahan solusi desain bangunan yang inovatif ini bisa menginspirasi kita untuk membangun rumah tinggal atau gedung yang bisa membantu pemenuhan komitmen Indonesia dalam mitigasi perubahan iklim.
ADVERTISEMENT
(Informasi desain bangunan dihimpun dari laman: Kedubes Austria Jakarta dan POS Architecture Austria ).