Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Peran Nikel dalam Elektrifikasi Transportasi
23 Mei 2024 13:39 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari fikarul mujtahida tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebuah tren elektrifikasi pada sektor otomotif yang fenomenal di kancah internasional merupakan tren positif. Pemerintah Indonesia ikut berperan aktif dalam mendesak adopsi kendaraan listrik. Electric vehicle memerlukan sumber energi untuk digerakkan dengan komponen baterai. Jadi, BEV (battery of electric vehicle) adalah strategi yang tepat untuk merajai industri BEV (battery of electric vehicle) di era global.
ADVERTISEMENT
Sebagian kebijakan sudah diterapkan, tercantum insentif sebesar tujuh juta rupiah per motor baru ataupun konversi motor bahan bakar minyak (BBM) ke listrik. Komponen yang sangat penting dalam produksi kendaraan listrik yakni baterai. Nikel mempunyai densitas tenaga besar, yang berarti mobil listrik yang memakai baterai nikel bisa lebih tahan lama sebab energi listriknya yang lebih tinggi.
Baterai dapat menghasilkan listrik dan menyimpan energi. Baterai terdiri dari elektrolit, katoda, dan anoda. Saat digunakan, reaksi terjadi pada anoda menyebabkan elektron mengalir keluar dari baterai ke katoda melalui sirkuit luar, menghasilkan arus listrik. Ion bergerak di antara elektroda baterai melalui pemisah. Ini menjaga elektron di luar baterai.
Salah satu dari lima unsur logam yang paling umum dan sering ditemukan di Bumi adalah nikel, yang terbentuk secara alami dan memiliki ciri yang mengkilap (lustrous) dan berwarna putih keperak-perakan. Baterai nikel adalah bahan dasar untuk baterai lithium-ion yang digunakan pada kendaraan listrik. Senyawa nikel seperti nikel sulfat, klorida, sulfat, dan oksida diperlukan untuk membuat baterai yang terbuat dari nikel. Senyawa ini diekstrak dari bijih nikel laterit. Riset ekstraksi nikel dari bijih nikel laterit yang berasal dari pertambangan di daerah Sulawesi serta Halmahera sudah dicoba oleh Balai Riset Teknologi Mineral BRIN. Ekstraksi memakai metodologi hidrometalurgi serta menciptakan produk senyawa kombinasi nikel serta cobalt dengan kandungan nikel di atas tujuh puluh persen.
ADVERTISEMENT
Nikel sangat baik sebagai penghantar listrik atau konduktor panas. Jenis Nickel-Cobalt-Aluminum (NCA) dan Nickel-Manganese-Cobalt (NMC) masing-masing. Namanya didasarkan pada material prekursor, atau inti yang membentuk baterai. Kedua jenis material ini memiliki densitas energi yang tinggi (sekitar lima hingga tujuh kali lipat aki timbal), penuh dengan cepat ketika diisi ulang, tahan lama ketika digunakan, dan stabil saat
digunakan. Ini membuatnya lebih aman untuk digunakan. Baterai yang terbuat dari nikel adalah baterai sekunder yang bisa diisi ulang, berbeda dengan baterai sekali pakai. Lithium-ion (Li-ion), Nickel-Cadmium (Nicd) adalah jenis baterai berbahan nikel yang paling populer dan sering digunakan. Soetadji menyatakan bahwa ada perusahaan di Hong Hong yang mengatakan bahwa baterai Nickel-Manganese-Cobalt (NCM) yang dibuat olehnya dapat mencapai suhu lima belas derajat Celcius, dan pengisian daya hanya membutuhkan waktu sekitar empat menit.
ADVERTISEMENT
Baterai berbahan baku nikel akan menjadi produk berkualitas tinggi dan akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas mobilitas penggunaan energi dan ekonomi masyarakat. Potensi Sumber daya alam yang melimpah menjadi kekuatan utama negara Indonesia bersamaan dengan program hilirisasi industri, diharapkan dapat meningkatkan perekonomian negara. Berdasarkan data Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), Indonesia jadi penghasil nikel terbesar nomor satu. Dengan melimpahnya sumber energi utama baterai ini, hingga Indonesia bisa jadi produsen terbanyak buat masa depan serta industri yang bergerak dibidang produksi baterai akan terjaga keberlangsungan produksinya. Sesuai dengan adanya cita - cita Indonesia Emas 2045, maka hilirisasi nikel merupakan sebuah program yang layak untuk diwujudkan guna mendukung sektor transportasi.
Tetapi, lithium ferro phosphate (LFP) dinilai menjadi komponen yang lebih mudah dan lebih murah daripada nikel ditinjau dari tingkat kesulitan pemurnian antara nikel dan ferro, sehingga lithium ferro phosphate (LFP) saat ini menjadi subjek yang lebih mendapat perhatian khusus. Selain itu nikel memiliki kekurangan pengguna kendaraan listrik dengan baterai berbasis nikel akan lebih sering mengganti baterai daripada yang berbasis fero dalam kondisi pemakaian dan perawatan yang sama karena jangka umur pakai baterai nikel pendek. Lalu, memiliki sifat tahan karat yang buruk dari ferro.
ADVERTISEMENT
Nikel dalam baterai yang memberikan kepadatan serta penyimpanan tenaga yang lebih besar dengan bayaran lebih rendah. Serta yang terutama itu berkontribusi buat waktu yang lebih lama jarak berkendara. Pertumbuhan baterai nikel ini menolong membuat tiap kWh pada penyimpanan baterai yang lebih besar dalam menghasilkan energi keluaran. Kita juga dapat mendukung transisi elektrisasi otomotif tetap bisa menggunakan bahan baku nikel untuk mengurangi ketergantungan dari bahan bakar fosil yang merupakan sumber daya tidak terbarukan.
Terlepas dari banyaknya tren positif yang ada, masih ada beberapa masalah yang harus ditangani. Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian lebih lanjut termasuk infrastruktur pengisian daya yang tidak merata, harga kendaraan listrik yang terus meningkat, kekhawatiran tentang jarak tempuh baterai, serta dampak akibat aktivitas penambangan nikel untuk menjadi bahan baku baterai. Tentu ada regulasi dari program hilirisasi pemerintah pada sektor penambangan dan pengolahan serta proteksionisme harus menjadi standar operasi proyek dapat menekan angka untuk eksploitasi sumber daya nikel, sehingga tidak memberi dampak atas ketidakseimbangan lingkungan yang menyebabkan banjir dan rusaknya pH air.
ADVERTISEMENT
Beberapa perusahaan terkemuka seperti Hyundai asal Korea dan BMW asal negara Jerman sudah mengadopsi baterai berbahan baku nikel untuk produk kendaraan listrik mereka. Tetapi pada faktor geopolitik dunia yang mempengaruhi sektor pasar nikel, negara china harus dicegah agar tidak mengambil pasokan nikel dari negara kita untuk dijual di pasar nikel dengan harga yang anjlok. Hal tersebut disebabkan oleh sebagian besar nikel Indonesia tidak akan memenuhi syarat untuk kredit pajak IRA (Undang-Undang Pengurangan Inflasi) karena lebih dari enam puluh persen investasi industri nikel di Indonesia berasal dari China.
Saat ini buat penciptaan produk nikel telah terdapat sebanyak 4 industri peleburan, 2 di Sulawesi Tengah serta 2 lagi di Maluku Utara. Di masa depan tentu ada pengembangan BEV (battery of electric vehicle) terlebih pada perakitan baterai dalam negeri secara independen berbahan baku nikel. Serta adanya kolaborasi keilmuan para ahli generasi muda yang dapat mengembangkan lagi pada kinerja daya baterai, kecepatan yang dihasilkan dan dampak pada lingkungan secara signifikan.
ADVERTISEMENT