Konten dari Pengguna

Menggagas Demokrasi Ekonomi di Era Globalisasi: Antara Kesempatan dan Tantangan

Fiki Faza Al-khiyar
Mahasiswa Program Studi Ekonomi Syariah S1 Universitas Pamulang
20 Oktober 2024 11:22 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fiki Faza Al-khiyar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam era globalisasi yang semakin menguasai, konsep demokrasi ekonomi menjadi salah satu diskusi penting yang perlu diangkat. Demokrasi ekonomi, secara sederhana, dapat diartikan sebagai sistem ekonomi di mana kekayaan dan kekuasaan ekonomi didistribusikan lebih adil, serta kontrol ekonomi berada di tangan rakyat, bukan hanya segelintir elite kapitalis. Di tengah arus globalisasi yang menawarkan peluang besar dalam perdagangan, teknologi, dan inovasi, konsep ini menghadapi tantangan serius, terutama mengenai kesenjangan sosialdan ekonomi yang semakin meluas.
ADVERTISEMENT
Selain itu, globalisasi memungkinkan negara berkembang untuk memiliki akses ke pasar global yang lebih luas, yang memungkinkan mereka untuk meningkatkan produktivitas, memperbaiki infrastruktur, dan mengadopsi teknologi modern. Dengan keterbukaan pasar ini, demokrasi ekonomi dapat terwujud, yang berarti bahwa semua orang memiliki akses yang sama ke sumber daya ekonomi, pendidikan, dan kesehatan.
Misalnya, individu dan usaha kecil telah memperoleh peluang baru berkat teknologi digital. Inovasi dalam industri finansial seperti fintech dan blockchain dapat memperbaiki cara kekayaan didistribusikan dan mengurangi peran perantara yang biasanya menguntungkan pihak-pihak dominan. Munculnya ekonomi digital di banyak negara memungkinkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) berkembang, yang menghasilkan lebih banyak lapangan kerja dan meningkatkan taraf hidup banyak orang.
ADVERTISEMENT
Namun, globalisasi juga memunculkan tantangan besar dalam mewujudkan demokrasi ekonomi. Salah satunya yaitu isu kontekstual terbesar saat ini adalah meningkatnya ketimpangan pendapatan antara kelompok kaya dan miskin. Perusahaan multinasional yang mendominasi pasar global seringkali memiliki kekuatan besar dalam mengatur harga, produksi, hingga kebijakan pemerintah. Ini menciptakan kondisi di mana segelintir elite kapitalis mengendalikan sebagian besar sumber daya ekonomi, sementara kelompok masyarakat bawah semakin terpinggirkan.
Ilustrasi masyarkat bawah semakin terpinggirkan (sumber : pixabay)
Monopoli dan oligopoli saat ini menjadi masalah yang besar. Ekonomi digital global dipimpin oleh perusahaan teknologi besar seperti Amazon, Google, dan Facebook di banyak negara. Pelaku ekonomi kecil berada dalam bahaya karena mereka menguasai data, pasar, dan jaringan distribusi. Dalam upaya untuk mencapai demokrasi ekonomi yang benar, di mana setiap orang harus memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam ekonomi, hal ini menjadi tantangan.
Ilustrasi Perusahan teknologi besar seperti facebook (sumber:facebook)
Isu Kontekstual: Pandemi COVID-19 dan Krisis Ekonomi Global
ADVERTISEMENT
Pandemi COVID-19 telah memperdalam tantangan-tantangan dalam mencapai demokrasi ekonomi. Krisis ekonomi yang dipicu oleh pandemi memperlihatkan dengan jelas kesenjangan yang ada. Sektor informal dan pekerja dengan upah rendah terkena dampak paling parah, sementara perusahaan besar dengan modal kuat mampu bertahan bahkan tumbuh di tengah krisis.
ilustrasi covid-19 menyebabkan krisis ekonomi (sumber:pixabay)
Kebijakan stimulus ekonomi di berbagai negara, meskipun bertujuan untuk menyelamatkan perekonomian, sering kali lebih menguntungkan perusahaan-perusahaan besar dibandingkan usaha kecil dan menengah. Ini menunjukkan bahwa meski ada upaya untuk merespons krisis, struktur ekonomi global tetap mendukung ketimpangan yang ada.
Selain itu, perubahan iklim juga menjadi isu penting dalam konteks demokrasi ekonomi di era globalisasi. Negara-negara berkembang, yang sering kali paling terdampak oleh perubahan iklim, memiliki sedikit kekuatan dalam negosiasi global. Mereka juga menghadapi tantangan ekonomi yang lebih besar dalam mengadopsi kebijakan hijau yang ramah lingkungan karena keterbatasan sumber daya.
ADVERTISEMENT
Untuk benar-benar mewujudkan demokrasi ekonomi di era globalisasi, diperlukan perubahan struktural yang mendalam dalam perekonomian global. Beberapa langkah yang dapat dilakukan meliputi:
1. Regulasi Monopoli: Pemerintah harus lebih tegas dalam mengatur perusahaan-perusahaan raksasa yang mendominasi pasar. Kebijakan antimonopoli perlu ditegakkan untuk mencegah konsentrasi kekayaan dan kekuasaan di tangan segelintir elite.
2.Peningkatan Akses Pendidikan dan Teknologi: Untuk mengurangi ketimpangan ekonomi, penting bagi setiap individu memiliki akses yang setara terhadap pendidikan berkualitas dan teknologi.dan pemerintah juga memiliki peran penting dalam rangka meningkat kualitas pendidikan diantaranya seperti: pemerintah menyediakan anggaran pendidikan, Membangun sarana dan prasarana pendidikan,Meningkatkan kualitas tenaga pendidik,dan pemerataan akses pendidikan ke generasi muda di desa. Ini akan memungkinkan lebih banyak orang untuk berpartisipasi dalam ekonomi digital yang terus berkembang.
Ilustrasi Pemerintah dapat melakukan pemerataan akses pendidikan untuk meningkat kualitas pendidikan (sumber : pixbay)
3. Kebijakan Fiskal yang Progresif: Sistem perpajakan yang progresif, di mana orang-orang kaya dan perusahaan besar membayar pajak yang lebih tinggi, dapat membantu redistribusi kekayaan dan mendanai program-program sosial yang membantu kelompok masyarakat miskin.
ADVERTISEMENT
4. Ekonomi Hijau: Globalisasi juga harus diarahkan pada pembangunan yang berkelanjutan. Pemerintah dan sektor swasta perlu berkolaborasi dalam mewujudkan ekonomi hijau yang inklusif dan ramah lingkungan, sehingga pembangunan ekonomi tidak hanya menguntungkan segelintir pihak, tetapi juga menjaga keberlanjutan bumi kita.
Menggagas demokrasi ekonomi di era globalisasi bukanlah tugas yang mudah, tetapi juga bukan hal yang mustahil. Di satu sisi, globalisasi memberikan banyak peluang bagi masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup mereka melalui akses yang lebih luas ke pasar dan teknologi. Namun, di sisi lain, tantangan yang dihadapi cukup besar, terutama dalam mengatasi ketimpangan ekonomi, monopoli, dan dampak sosial-ekonomi yang ditimbulkan oleh krisis global seperti pandemi.
Melalui kebijakan yang tepat, kolaborasi global, dan kesadaran akan pentingnya distribusi kekayaan yang adil, demokrasi ekonomi dapat menjadi kenyataan. Hanya dengan memastikan bahwa setiap individu memiliki kesempatan yang setara dalam ekonomi global, kita dapat menciptakan dunia yang lebih adil dan makmur bagi semua orang.
ADVERTISEMENT