Konten dari Pengguna

Pria Tak Berpacaran Di Era Modern, Dianggap Ambigu? Begini Pola Solusinya!

Fikri Armia Fahmi
Sedang menempuh pendidikan S1 dalam lingkup bidang Informatika, Universitas Pembangunan Jaya
14 Oktober 2024 10:55 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fikri Armia Fahmi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Komunikasi Antar Pria | Sumber : Microsoft Bing Image Creator
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Komunikasi Antar Pria | Sumber : Microsoft Bing Image Creator
ADVERTISEMENT
Kalian para pria, terutama yang berprinsip untuk mengedepankan agama ataupun keluarga, pastinya sering merasa tertekan oleh stereotip dari lingkungan sekitar mengenai status gender, bukan?
ADVERTISEMENT
Di zaman sekarang, pria yang memilih untuk tidak berpacaran sering kali dihadapkan pada persepsi yang ambigu. Stereotip dan ekspektasi sosial bisa menjadi beban, terutama bagi mereka yang memprioritaskan nilai-nilai agama atau keluarga. Berikut beberapa tips untuk menghadapi stigma ini dan tetap menjadi diri sendiri.

1. Pahami dan Kuasai Identitas Pribadi

Menurut Jatnika dan Hermawan (2018), gosip sering kali menjadi alat kontrol sosial yang memperkuat stereotip tentang maskulinitas. Memahami siapa diri kita dan keyakinan yang kita pegang adalah langkah pertama untuk menghadapi tekanan ini. Tidak perlu merasa terpojok oleh pandangan orang lain—sebaliknya, fokuslah pada prinsip dan keyakinan yang menjadi dasar hidup.

2. Ekspresikan Diri Melalui Cara Lain

Pacaran bukan satu-satunya cara untuk menunjukkan nilai sebagai pria. Alternatif untuk mengekspresikan dirinya seperti:
ADVERTISEMENT
Jangan biarkan pandangan sempit mempengaruhi cara kita menilai diri sendiri. Banyak pria yang sukses tanpa harus terjebak dalam norma romantis yang konvensional, seperti yang diungkapkan dalam buku Understanding Human Communication (Adler, 2019).

3. Kelola Stigma dengan Ketenangan

Oktawirawan (2020) menjelaskan bahwa pria lajang sering dihadapkan dengan stigma dari orang-orang di sekitarnya. Alih-alih bereaksi negatif, cobalah untuk menjawab stigma ini dengan tenang. Penjelasan yang baik bisa mengubah pandangan orang lain, seperti:
- Ceritakan mengapa memilih untuk tidak berpacaran, seperti komitmen terhadap agama.
- Tunjukkan bahwa nilai diri tidak hanya bergantung pada hubungan romantis.

4. Bangun Hubungan Sosial yang Sehat

Menghadapi stigma bukan berarti harus menyendiri. Bangunlah hubungan sosial yang sehat, baik dengan teman, keluarga, atau komunitas yang menghargai kita apa adanya. Ini bisa menjadi ruang yang aman untuk berkembang tanpa merasa perlu memenuhi ekspektasi romantis dari orang lain.
ADVERTISEMENT

5. Ubah Perspektif Tentang Maskulinitas

Maskulinitas tidak perlu dibuktikan melalui hubungan romantis. Seperti yang diungkapkan Michael, maskulinitas sering kali harus dibuktikan berulang kali, tetapi pada akhirnya bisa kehilangan makna. Pria sejati adalah mereka yang percaya pada nilai-nilai mereka sendiri dan tidak merasa perlu untuk mengikuti tekanan sosial.

6. Pahami Stereotip dan Lawan dengan Sikap Positif

Kesadaran akan stereotip yang ada merupakan langkah awal untuk melawannya. Beberapa hal yang dapat dilakukan:
Stereotip tentang pria yang tidak berpacaran sering kali berasal dari pandangan yang sempit. Dengan menyikapi stereotip tersebut dengan sikap positif, kita dapat membantu mengubah cara pandang orang lain.

7. Tegaskan Prinsip Tanpa Merendahkan

Menegaskan prinsip tanpa merendahkan pendapat orang lain adalah kunci untuk berdiri teguh pada keyakinan kita. Terkadang, lingkungan mungkin tidak setuju dengan pilihan kita, namun menjaga komunikasi yang baik dan penuh hormat bisa membantu meredakan ketegangan.
ADVERTISEMENT

Kesimpulan

Stigma terhadap pria yang tidak berpacaran mungkin tidak akan hilang sepenuhnya, namun dengan memahami identitas, membangun hubungan sosial yang sehat, serta mengekspresikan diri dengan cara lain, kita bisa lebih siap menghadapi tekanan sosial tersebut. Yang terpenting, jangan pernah merasa bahwa nilai diri diukur dari status hubungan.

Referensi:

Jatnika, A. W., & Hermawan, F. F. (2018). Menjadi Lelaki Sejati: Maskulinitas Dalam Komik Daring Webtoon Indonesia. Jurnal Seni Budaya, 33(1), 60—66.
Oktawirawan, D. H. (2020). Stigma Terhadap Pemuda Dengan Status Lajang (Studi Kualitatif). Jurnal Dinamika Sosial Budaya, 22(1), 21—28.
Adler, R. B., Rodman, G., & Du Pre, A (2019). Understanding Human Communication (14th ed.). Oxford University Press.