Konten dari Pengguna

Kurikulum Merdeka Belajar itu Harapan Baru atau sekedar Gimmick?

Fikri Ahmad Faadhilah
Hobi: rebahan dan baca buku. Profesi : Mahasiswa. Insitusi Pendidikan: UIN Prof. K. H. Saifuddin Zuhri Purwokerto
8 Mei 2024 11:59 WIB
·
waktu baca 10 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fikri Ahmad Faadhilah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pendidikan merupakan gerbang menuju masa depan bangsa. Kurikulum, sebagai panduan dalam proses pendidikan, memegang peran penting dalam membentuk generasi penerus yang berkualitas. Khususnya bagi generasi zy yang dikatakan pada tahun 2045 menjadi sebuah generasi yang paling unggul, memiliki tingkat pemahaman yang sudah lebih baik dari generasi sebelumnya, sebut saja yakni $ generasi emas 2045$ . Istilah "kurikulum" di Indonesia baru populer sejak tahun lima puluhan, dibawa oleh mereka yang menimba ilmu di Amerika Serikat. Sebelumnya, istilah yang lebih lazim digunakan adalah "Rencana Pelajaran", yang pada hakikatnya memiliki makna yang sama. Pergeseran terminologi ini bukan sekadar perubahan kata, tetapi mencerminkan perubahan paradigma dalam memandang pendidikan. "Rencana Pelajaran" mengesankan sebuah rancangan statis, kaku, dan terpaku pada materi ajar. Di sisi lain, "kurikulum" memunculkan nuansa yang lebih dinamis, holistik, dan berpusat pada peserta didik. Popularitas "$ kurikulum$ " tidak hanya terbatas pada ranah pendidikan. Istilah ini kini telah merambah ke ranah publik, dibicarakan di media massa, seminar, dan diskusi-diskusi. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan semakin mendapat perhatian dan mulai dilihat sebagai kunci kemajuan bangsa.
Sumber foto: www.pixabay.com
Namun, dibalik popularitasnya, "$ kurikulum$ " masih menyimpan berbagai problematika. Penerapannya di lapangan seringkali tidak sesuai dengan idealisme yang digagas. Kurikulum yang kaku, birokrasi yang rumit, dan kesenjangan infrastruktur menjadi beberapa kendala yang menghambat efektivitasnya. Meskipun demikian, popularitas "kurikulum" merupakan angin segar bagi dunia pendidikan di Indonesia. Ini menunjukkan bahwa masyarakat semakin sadar akan pentingnya pendidikan dan mulai terlibat aktif dalam mewujudkannya. Dengan terus berdialog dan berinovasi, "kurikulum" diharapkan dapat menjadi alat yang efektif untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia mengalami perubahan kurikulum yang signifikan dengan diluncurkannya Kurikulum Merdeka Belajar. Seperti contohnya, pada tingkat sekolah, ada beberapa dampak positifnya seperti. Pertama, Kurikulum baru melengkapi kekurangan yang ada pada kurikulum sebelumnya. Kurikulum yang baru yang akan dilaksanakan, telah didesain dengan menelaah lebih lanjut apa saja yang menjadi kendala pada kurikulum sebelumnya. Berdasarkan pernyataan tersebut, jelaslah bahwa perubahan kurikulum bertujuan untuk menambal kekurangan yang terdapat pada kurikulum sebelumnya. Hal ini merupakan langkah yang tepat, mengingat kurikulum sebelumnya memiliki beberapa kelemahan yang menghambat kemajuan pendidikan di Indonesia.
Kedua, perubahan zaman yang begitu pesat bagaikan ombak yang terus menerjang, menuntut berbagai aspek kehidupan untuk beradaptasi, termasuk dunia pendidikan. Kurikulum, sebagai panduan dalam proses pembelajaran, dituntut untuk menyesuaikan diri dengan kebutuhan zaman yang terus berkembang. Oleh karena itu, penyesuaian kurikulum dengan tuntutan zaman adalah suatu keharusan. Fungsi kurikulum bukan hanya untuk menyampaikan pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga untuk mempersiapkan generasi muda menghadapi berbagai tantangan masa depan.
ADVERTISEMENT
Kurikulum yang adaptif dengan zaman akan melahirkan generasi yang kreatif, inovatif, dan mampu memecahkan masalah. Generasi ini lah yang akan menjadi pemimpin bangsa di masa depan dan mengantarkan Indonesia menuju kejayaan. Kurikulum Merdeka Belajar bagaikan harta karun. Namun, dibalik harta karun tersebut, terdapat pula tantangan yang tak boleh diabaikan agar implementasi kurikulum ini berjalan optimal. Salah satu kekhawatiran utama adalah kegagalan mencapai target pendidikan di awal penerapan. Biasanya, seringkali disebabkan oleh kurangnya kesiapan guru dalam memahami dan menerapkan kurikulum baru secara menyeluruh. Ibarat pedang tak diasah, kurikulum secanggih apapun tak mampu memberikan hasil yang diharapkan tanpa pemahaman dan kemampuan mumpuni dari para guru.
Tantangan ini bukan tanpa solusi. Upaya berkelanjutan perlu dilakukan untuk meningkatkan kesiapan guru, seperti pelatihan intensif, pendampingan, dan penyediaan sumber belajar yang memadai. Diperlukan pula komitmen kuat dari semua pihak, baik pemerintah, sekolah, maupun masyarakat, untuk mendukung kelancaran implementasi Kurikulum Merdeka Belajar. Kurikulum Merdeka Belajar bukan sekadar pergantian kurikulum, melainkan sebuah transformasi paradigma pendidikan. Keberhasilannya membutuhkan komitmen, kerja keras, dan kolaborasi dari semua pihak (Hendra, 2023).
Sumber foto: www.pixabay.com
Terlebih, adanya kesenjangan fasilitas antar sekolah menjadi batu sandungan yang tak boleh diabaikan. Sekolah-sekolah di kota besar dengan infrastruktur memadai mungkin mampu beradaptasi dengan mudah. Namun, bagaimana dengan sekolah-sekolah di daerah terpencil yang serba terbatas. Kesenjangan ini berpotensi memperlebar jurang prestasi dan menciptakan ketidakadilan dalam akses pendidikan. Ditambah dengan sosialisasi yang kurang masif dapat menghambat pemahaman dan kesiapan para pemangku kepentingan. Kurikulum baru membutuhkan sosialisasi yang komprehensif dan berkelanjutan kepada seluruh guru, kepala sekolah, dan pihak-pihak terkait. Tanpa sosialisasi yang memadai, kebingungan dan misinterpretasi terhadap kurikulum baru dapat terjadi, berakibat pada implementasi yang tidak maksimal.
ADVERTISEMENT
Mengatasi tantangan-tantangan ini membutuhkan komitmen dan kerja sama dari semua pihak. Pemerintah perlu memastikan guru mendapatkan pelatihan yang memadai dan akses yang mudah terhadap materi pelatihan. Pihak swasta dan organisasi nirlaba juga dapat membantu dalam menyediakan sumber daya dan pendampingan bagi sekolah-sekolah yang membutuhkan. Sosialisasi yang menyeluruh dan berkelanjutan juga kunci untuk memastikan pemahaman yang sama terhadap kurikulum baru. Ini dapat dilakukan melalui seminar, workshop, dan publikasi edukasi yang mudah diakses oleh semua pihak. Dengan kegigihan dan kerja sama, kita dapat mentransformasi Kurikulum Merdeka Belajar menjadi kenyataan, bukan sekedar mimpi.
Terlepas dari itu, memang kurikulum merdeka belajar muncul sebagai respons atas tantangan yang semakin kompleks di ranah pendidikan. Terkhusus di Indonesia, sebagai negara dengan populasi yang besar dan keanekaragaman budaya yang kaya, selalu dihadapkan pada tuntutan untuk memperbaiki sistem pendidikan demi menghasilkan generasi yang berkualitas. Namun, sejauh mana kurikulum merdeka belajar mampu menjadi solusi bagi beragam permasalahan didunia pendidikan. Pada intinya, konsep ini mengusung semangat untuk memberikan kebebasan yang lebih besar kepada peserta didik dalam menentukan jalannya pembelajaran. Lebih dari sekadar kurikulum berbasis kompetensi, Merdeka Belajar menempatkan peserta didik sebagai subjek utama yang aktif dalam proses belajar mengajar.
ADVERTISEMENT
Tatkala. ditengah gembar-gembor implementasinya bahkan akan dibuat inovasinya, muncullah sebuah pertanyaan. Apakah Kurikulum Merdeka Belajar benar-benar harapan baru bagi pendidikan Indonesia?, atau hanya sekedar gimmick untuk menarik perhatian publik?. Bagai menjelajahi peta pemikiran yang kompleks, kita perlu memahami benang merah dari berbagai sudut pandang yang saling berkesinambungan.
Di tengah hiruk pikuk dunia pendidikan Indonesia, Para pendukungnya optimis bahwa pendekatan yang mengedepankan kebebasan, kreativitas, dan inovasi dalam pembelajaran ini akan melahirkan generasi muda yang kritis, kreatif, dan adaptif. Ruang yang lebih luas bagi kebutuhan dan minat individu diharapkan mampu memaksimalkan potensi setiap peserta didik dan melahirkan generasi yang siap bersaing di era global. Penggunaan teknologi pun disorot sebagai elemen penting dalam mendukung implementasi kurikulum ini. Pembelajaran yang dinamis dan interaktif, serta akses pendidikan yang lebih luas dan merata di seluruh pelosok negeri, dianggap sebagai langkah maju yang selaras dengan perkembangan zaman.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, di balik optimisme tersebut, muncul pula keraguan dan kritik. Kegagalan reformasi pendidikan di masa lampau membangkitkan skeptisisme terhadap kemampuan sistem pendidikan Indonesia untuk merealisasikan perubahan yang sesungguhnya. Kekhawatiran akan kesenjangan pendidikan pun tak terelakkan. Ketidakmerataan akses teknologi dan infrastruktur pendidikan dikhawatirkan akan memperparah jurang antara peserta didik yang beruntung dan yang tertinggal. Terlebih, keberhasilan Kurikulum Merdeka Belajar bukan hanya ditentukan oleh konsepnya yang idealis, tetapi juga oleh kesiapan infrastruktur dan sumber daya manusia. Tanpa infrastruktur yang memadai, tenaga pendidik yang terlatih, dan akses teknologi yang merata, konsep ini hanyalah mimpi yang jauh dari realitas. Diperlukan komitmen dan kerja sama yang kuat dari berbagai pihak, baik pemerintah, sekolah, guru, orang tua, maupun masyarakat.
ADVERTISEMENT
Bukan hanya itu saja, dengan sinergi dan kolaborasi, kurikulum merdeka belajar dapat diubah menjadi kenyataan, bukan sekedar wacana di atas kertas. Implementasi yang matang dan terukur menjadi kunci agar kurikulum ini benar-benar menjadi tonggak transformasi pendidikan indonesia menuju arah yang lebih progresif dan melahirkan generasi muda yang siap menghadapi tantangan masa depan. Tetapi, perlu diingat bahwa transformasi pendidikan adalah sebuah proses yang panjang dan berkelanjutan. Kurikulum Merdeka Belajar hanyalah salah satu elemen dalam proses tersebut. Masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan, seperti pemerataan akses pendidikan, peningkatan kualitas guru, dan pembangunan infrastruktur yang memadai.
Maka dari itu, kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud) telah memutuskan untuk memasukkan Kurikulum Merdeka ke dalam kurikulum nasional untuk tahun ajaran 2024 mendatang. Delapan puluh persen sekolah di Indonesia, di semua tingkat kelas, telah beralih ke Kurikulum Merdeka dari kurikulum lama. Sejak Kurikulum Merdeka diterapkan di satuan pendidikan pada awal tahun 2022, angka ini semakin meningkat.
ADVERTISEMENT
Bahkan, dilansir dari penelitian yang dilakukan oleh Fita Septiana Arya, dkk. (2024) menyatakan bahwa implementasi Kurikulum Merdeka memberikan dampak positif terhadap perkembangan pendidikan di daerah. Selain itu, angka putus sekolah menurun, potensi lokal lebih banyak digunakan, inovasi pembelajaran menjadi lebih banyak tersedia, dan dukungan masyarakat terhadap pendidikan meningkat. Hal tersebut juga diperkuat oleh guru kelas X di SMK Yos Sudarso, Kab. Ende, NTT. Guru memiliki lebih banyak kebebasan dan pilihan untuk memodifikasi strategi pengajaran mereka berdasarkan kemampuan siswa mereka dengan Kurikulum Merdeka. Sebagai hasilnya, proses pembelajaran menjadi lebih menarik, siswa lebih terlibat.
Dengan, kurikulum merdeka sebuah terobosan baru dalam dunia pendidikan Indonesia. Dirancang dengan tiga prinsip utama, kurikulum ini fokus pada pengembangan karakter, fleksibilitas, dan konektivitas, yang diharapkan mampu melahirkan insan-insan berpengetahuan luas dan berkarakter mulia. Salah satu poin penting dalam Kurikulum Merdeka adalah penekanan pada pengembangan karakter. Karakter yang dimaksud bukan hanya tentang nilai-nilai moral dan etika, tetapi juga kompetensi sosial dan emosional. Hal ini terlihat jelas dengan dialokasikannya waktu khusus untuk pengembangan karakter, serta integrasinya dalam proses pembelajaran melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).
ADVERTISEMENT
P5, dengan berbagai proyeknya yang kreatif dan inovatif, menjadi wadah ideal bagi para murid untuk mengasah karakter mereka. Di sini, mereka tidak hanya belajar tentang teori, tetapi juga mempraktekkannya secara langsung dalam kehidupan nyata. Contohnya, proyek yang mendorong murid untuk berkolaborasi, menyelesaikan masalah bersama, dan menunjukkan empati kepada sesama. Pengembangan karakter yang terintegrasi ini menjadi kunci utama dalam Kurikulum Merdeka. Para murid tidak hanya didorong untuk menjadi cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki karakter yang kuat dan tangguh. Karakter inilah yang akan membantu mereka dalam menghadapi berbagai tantangan dan rintangan di masa depan.
Dengan fokusnya pada pengembangan karakter, merupakan langkah maju yang signifikan bagi pendidikan Indonesia. Diharapkan dengan kurikulum ini, generasi muda Indonesia akan tumbuh menjadi insan yang tidak hanya cerdas, tetapi juga bermoral, berkarakter mulia, dan siap berkontribusi positif bagi bangsa dan negara. Namun, perlu diingat bahwa implementasi Kurikulum Merdeka membutuhkan komitmen dan kerja sama dari semua pihak, baik dari pemerintah, sekolah, guru, orang tua, maupun murid itu sendiri. Dengan sinergi dan kolaborasi yang kuat, Kurikulum Merdeka dapat mencapai tujuannya untuk melahirkan generasi muda yang berkarakter dan berpengetahuan luas, siap menjadi pemimpin masa depan bangsa.
ADVERTISEMENT
Penutup
Kurikulum Merdeka merupakan inovasi terbaru dalam pendidikan Indonesia yang menjanjikan masa depan yang lebih baik bagi generasi penerus bangsa. Pengembangan karakter, fleksibilitas, dan konektivitas adalah tiga prinsip utama dari desain kurikulum ini, yang bertujuan untuk menghasilkan individu dengan standar moral yang tinggi dan pengetahuan yang luas. Konsep idealis dari Kurikulum Merdeka bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilannya; infrastruktur dan sumber daya manusia juga merupakan faktor penting. Ide ini hanyalah mimpi yang jauh dari kenyataan tanpa infrastruktur yang memadai, guru yang berkualitas, dan akses yang adil terhadap teknologi. Dedikasi dan kolaborasi yang kuat dibutuhkan dari berbagai pihak, termasuk masyarakat, pemerintah, pendidik, orang tua, dan sekolah. Tidak ada solusi yang cepat untuk setiap masalah pendidikan di Indonesia yang dibawa oleh Kurikulum Merdeka. Membangun infrastruktur yang memadai, meningkatkan kualitas guru, dan memastikan pemerataan akses pendidikan adalah beberapa dari sekian banyak tugas yang masih harus diselesaikan. Namun, Kurikulum Merdeka dapat menjadi lebih dari sekadar diskusi di atas kertas jika diimplementasikan secara matang dan terukur, dengan kerja sama dan koordinasi dari semua pihak yang terlibat. Kurikulum ini memiliki kapasitas untuk menciptakan generasi baru yang siap menghadapi tantangan di masa depan dan menandai titik balik yang signifikan dalam arah pendidikan Indonesia yang progresif.
ADVERTISEMENT
Editor: Fikri Ahmad F