Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mengenali dan Mengatasi Toxic Friendship: Ketika Pertemanan Jadi Racun Mental
21 Desember 2024 16:32 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Fioline Deswinta Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Berdasarkan survei terbaru dari American Psychological Association, 84% orang dewasa muda mengaku pernah terjebak dalam toxic friendship. Di Indonesia sendiri, fenomena ini makin meningkat seiring dengan tekanan sosial media dan FOMO (Fear of Missing Out).
ADVERTISEMENT
Hey, Sobat Sehat!
Coba deh recall sebentar. Pernah gak sih setelah hangout sama temen, bukannya happy malah energi kamu terkuras habis? Atau tiap kali buka chat dari seseorang, kamu langsung ngerasa anxious? Well, jangan-jangan kamu sedang terjebak dalam toxic friendship!
Dr. Lillian Glass, pakar psikologi hubungan, bilang: "Toxic friendship adalah hubungan yang merusak self-esteem dan menghalangi pertumbuhan personal kita." Nah, let's dive deeper!
Apa Sih Sebenernya Toxic Friendship Itu?
Toxic friendship itu kayak racun yang bekerja slow but sure. Menurut penelitian Harvard Medical School (2023), dampaknya gak cuma ke mental health, tapi juga:
Silent Toxicity: The Hidden Danger
ADVERTISEMENT
Ada fenomena baru nih yang jarang dibahas: silent toxicity. Ini toxic friendship yang "halus", tanpa konflik terbuka, tapi dampaknya sama bahaya. Contohnya:
Red Flags Yang Harus Kamu Waspadai!
1. Si Manipulator Ulung
2. Energy Vampire
Istilah dari Dr. Judith Orloff
3. The Comparison Queen/King
4. The Conditional Friend
ADVERTISEMENT
Digital Toxicity Signs:
Kenapa Kita Sering Terjebak?
Dr. Henry Cloud dalam bukunya "Boundaries" menjelaskan beberapa alasan:
1. Trauma Bonding
2. People Pleasing Tendency
3. Low Self-esteem
4. Fear of Abandonment
5. Cultural Pressure (especially di Asia!)
Action Plan: Break Free from Toxic Friendship!
1. Set Boundaries with DEAR Method
2. Digital Detox Strategy
3. Build Your Support System
Berdasarkan riset Journal of Social Psychology
ADVERTISEMENT
Special Section: Toxic Friendship di Kantor
Healing Journey Post-Toxic Friendship
1. Acknowledge the Pain
2. Practice Self-compassion
3. Rebuild Your Circle
4. Focus on Personal Growth
Remember this quote dari psikolog Adriana Kalaja: "Letting go of toxic friends isn't just about ending a relationship – it's about choosing yourself."
You deserve genuine connections! Menurut penelitian terbaru, punya 2-3 real friends lebih baik daripada punya banyak toxic friends. Quality over quantity, always!
Share pengalaman kamu di kolom komentar! Ada yang pernah berhasil lepas dari toxic friendship? Tell us your story!
ADVERTISEMENT
Sumber:
American Psychological Association (2023)
Harvard Medical School Research (2023)
"Boundaries" by Dr. Henry Cloud
Journal of Social Psychology (2022)
"Toxic People" by Dr. Lillian Glass
---
Disclaimer: Setiap kasus toxic friendship bisa berbeda. Artikel ini bersifat informatif dan bukan pengganti konsultasi profesional. Jika kamu mengalami masalah serius, disarankan untuk berkonsultasi dengan psikolog atau konselor.
#MentalHealth #ToxicFriendship #SelfLove #PersonalGrowth #HealthyRelationship