Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Konten dari Pengguna
Indonesia Gelap
18 Februari 2025 11:05 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Firdaus Arifin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Malam jatuh di sebuah desa di pelosok Sumatra. Gelap. Tak ada cahaya lampu, tak ada listrik yang mengalir ke rumah-rumah. Hanya suara generator tua di beberapa rumah yang masih mampu membeli bahan bakarnya. Sementara itu, di pusat Jakarta, gedung-gedung tinggi menyala sepanjang malam. Jalanan dipenuhi lampu-lampu kota yang terang, billboard raksasa berkedip-kedip menampilkan wajah para politisi yang berjanji membawa masa depan yang lebih baik.
ADVERTISEMENT
Indonesia adalah negeri yang berdiri di antara cahaya dan kegelapan.
Gelap bukan hanya tentang listrik yang tak menjangkau banyak daerah. Gelap adalah metafora tentang bagaimana negeri ini berjalan. Kita memiliki gedung-gedung tinggi, tetapi juga kampung-kampung yang dibiarkan dalam lumpur. Kita memiliki jalan tol yang membentang ribuan kilometer, tetapi juga desa-desa yang masih harus menunggu kapal barang datang sebulan sekali untuk mendapatkan bahan pokok.
Kita adalah negara yang tumbuh, tetapi tidak semua orang ikut bertumbuh.
Kegelapan yang Bukan Sekadar Listrik
Di negeri ini, ada kegelapan yang lebih pekat daripada sekadar lampu yang padam. Kegelapan yang datang dari ketidakpastian hukum, dari politik yang semakin jauh dari rakyat, dari sistem yang bekerja hanya untuk mereka yang memiliki akses.
ADVERTISEMENT
Kita memiliki hukum, tetapi hukum bekerja dengan dua wajah. Di satu sisi, ia bisa begitu cepat menjerat mereka yang kecil, tetapi begitu lambat ketika menyentuh mereka yang memiliki kekuasaan.
Kita memiliki demokrasi, tetapi demokrasi kita telah lama berubah menjadi ritual kosong. Pemilu digelar, tetapi siapa pun yang menang, kebijakan tetap dibuat untuk kepentingan yang sama. Rakyat memilih, tetapi kebijakan yang dihasilkan sering kali tidak mewakili mereka.
Kita memiliki ekonomi yang terus tumbuh, tetapi pertumbuhan itu tidak pernah benar-benar merata. Ada kota-kota yang berkembang seperti negara maju, tetapi ada pula daerah-daerah yang masih berjuang dengan masalah yang sama selama puluhan tahun: akses air bersih, sekolah yang rusak, jalan yang belum beraspal.
ADVERTISEMENT
Di dalam negeri yang disebut-sebut sebagai kekuatan ekonomi besar di Asia Tenggara ini, masih ada orang yang harus berjalan berjam-jam hanya untuk mendapatkan layanan kesehatan dasar.
Gelap di Balik Kekuasaan
Di dunia politik, gelap adalah tempat di mana keputusan diambil tanpa diketahui publik.
Negosiasi anggaran dilakukan di ruangan tertutup, kebijakan ekonomi ditentukan oleh segelintir orang, kontrak investasi ditandatangani tanpa transparansi.
Kita sering mendengar tentang proyek-proyek besar yang diklaim sebagai keberhasilan pemerintah. Tetapi di balik proyek-proyek itu, ada pertanyaan yang jarang dijawab: siapa yang benar-benar diuntungkan? Apakah ini benar-benar untuk rakyat, ataukah hanya untuk sekelompok kecil yang ada di lingkaran kekuasaan?
Setiap kali ada skandal korupsi yang terungkap, selalu ada lebih banyak yang tetap tersembunyi. Setiap kali ada janji reformasi, selalu ada bagian dari sistem yang tetap tak tersentuh.
ADVERTISEMENT
Indonesia gelap bukan karena rakyatnya tidak bisa melihat, tetapi karena banyak hal memang sengaja disembunyikan.
Ketika Rakyat Dibiarkan dalam Kegelapan
Ada kegelapan yang diciptakan oleh negara, dan ada kegelapan yang dibiarkan tetap ada.
Di banyak tempat, informasi masih sulit diakses. Data pemerintah tentang kemiskinan, ketimpangan, atau kegagalan kebijakan sering kali tidak tersedia dengan transparan. Media yang seharusnya menjadi penjaga demokrasi sering kali terjebak dalam kepentingan pemilik modal atau tekanan politik.
Rakyat diberi cukup informasi untuk tetap berfungsi dalam sistem, tetapi tidak cukup untuk memahami bagaimana sistem itu benar-benar bekerja.
Dalam politik, kegelapan ini terjadi dalam bentuk janji-janji yang tidak bisa diuji. Seorang calon pemimpin berbicara tentang pembangunan, tetapi tidak pernah menjelaskan dari mana anggaran akan diambil. Seorang pejabat berbicara tentang pertumbuhan ekonomi, tetapi tidak pernah berbicara tentang siapa yang sebenarnya mendapat manfaat dari pertumbuhan itu.
ADVERTISEMENT
Rakyat dipanggil ke bilik suara setiap lima tahun, tetapi setelah itu, mereka dibiarkan sendiri dalam kegelapan.
Cahaya yang Masih Bisa Dinyalakan
Tetapi gelap, sepekat apa pun, bukan sesuatu yang abadi.
Kita telah melihat dalam sejarah bagaimana kegelapan selalu memiliki batasnya. Orde Baru, yang dulu begitu kuat, runtuh ketika rakyat akhirnya bisa melihat bahwa kekuasaan tidak bekerja untuk mereka. Di banyak negara lain, rezim yang selama bertahun-tahun mengontrol informasi akhirnya jatuh ketika rakyat menemukan cara untuk mencari tahu apa yang selama ini disembunyikan.
Hari ini, kita berada dalam dunia yang berbeda. Informasi bisa lebih mudah menyebar, meskipun masih ada upaya untuk mengendalikannya. Suara-suara kritis bisa lebih mudah terdengar, meskipun mereka masih sering dibungkam.
ADVERTISEMENT
Jika ada yang bisa mengakhiri kegelapan, itu adalah transparansi.
Transparansi bukan hanya tentang membuka data pemerintah. Ia adalah tentang membangun sistem di mana rakyat benar-benar tahu bagaimana keputusan dibuat, bagaimana kebijakan dirancang, dan siapa yang bertanggung jawab atas setiap kegagalan.
Dalam ekonomi, transparansi berarti memastikan bahwa setiap kebijakan benar-benar bisa diuji apakah ia menguntungkan rakyat atau hanya menguntungkan segelintir orang.
Dalam hukum, transparansi berarti memastikan bahwa keadilan tidak menjadi barang yang bisa dinegosiasikan di ruang tertutup.
Dan dalam politik, transparansi berarti memastikan bahwa demokrasi tidak hanya menjadi prosedur, tetapi juga memiliki makna yang nyata.
Indonesia Gelap, Indonesia Terang
Indonesia adalah negeri yang tumbuh di antara cahaya dan kegelapan. Ada bagian dari negeri ini yang terang benderang—pusat-pusat ekonomi, elit politik yang terus berbicara tentang visi masa depan, proyek-proyek pembangunan yang terlihat mengesankan.
ADVERTISEMENT
Tetapi ada pula bagian yang tetap gelap—rakyat yang masih harus berjuang sendiri untuk mendapatkan hak-haknya, hukum yang masih berjalan dengan dua kecepatan, politik yang masih lebih sering bekerja di balik tirai daripada di bawah cahaya publik.
Kegelapan ini tidak akan hilang dengan sendirinya. Ia hanya bisa dihilangkan jika ada cukup banyak orang yang berani menyalakan cahaya, yang berani mempertanyakan sistem, yang berani menolak untuk terus hidup dalam kebingungan dan ketidaktahuan.
Sebab negara bukanlah entitas yang bekerja sendiri. Ia adalah hasil dari bagaimana rakyatnya memperlakukannya.
Jika rakyat memilih untuk tetap berada dalam kegelapan, maka kegelapan itu akan tetap ada.
Tetapi jika mereka menyalakan cahaya, meski kecil, maka kegelapan itu akan mulai pecah.
ADVERTISEMENT
Dan ketika cukup banyak cahaya dinyalakan, maka tak ada kegelapan yang bisa bertahan selamanya.