Konten dari Pengguna

Perubahan Iklim, Ini Bank-Bank yang Mendanai Energi Kotor Batubara

firdauscahyadi
Firdaus Cahyadi. Direktur Yayasan SatuDunia. Konsultan knowledge management, monitoring dan evaluasi, analisis media untuk organisasi masyarakat sipil.
9 September 2021 10:58 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari firdauscahyadi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber gambar: setyaki-irham-rK96dk1CcOo-unsplash, https://unsplash.com/photos/rK96dk1CcOo
zoom-in-whitePerbesar
sumber gambar: setyaki-irham-rK96dk1CcOo-unsplash, https://unsplash.com/photos/rK96dk1CcOo
ADVERTISEMENT
Sudahkah anda baca berita di media massa, baik cetak maupun elektronik, hari ini? Bila sudah, hampir dapat dipastikan berita yang sering muncul dalam minggu-minggu terakhir ini adalah soal perubahan iklim dan berbagai bencana ekologi yang menyertainya.
ADVERTISEMENT
Tahun ini, Badan PBB, Panel Antar-pemerintah tentang Perubahan Iklim (Intergovernmental Panel Climate Change/IPCC) baru saja mengeluarkan laporan tentang perubahan iklim yang memprihatinkan kita semua. Bagaimana tidak, laporan terbaru itu menyatakan pemanasan bumi terjadi lebih cepat dari perkiraan. Jika hari ini kita sering membaca berita mengenai bencana banjir, tanah longsor, dan kekeringan adalah sebagian dari dampaknya. Tak heran berbagai organisasi lingkungan hidup menyebutnya sebagai krisis iklim.
Ya, krisis iklim itu disebabkan emisi gas rumah kaca (GRK) dari energi fosil. Salah satu energi fosil itu adalah batubara. Semakin luas penggunaan energi kotor batubara, semakin banyak pula emisi yang ditimbulkannya.
Saat ini, mungkin sejak dari bangku SMP, anak-anak kita sudah dikenalkan dengan dampak buruk dari batubara terhadap kelestarian alam, termasuk dampaknya terhadap perubahan iklim. Meskipun demikian, nampaknya itu tak membuat para pengambil kebijakan di negeri ini, baik dari pemerintah maupun sektor bisnis untuk mengurangi penggunaan energi kotor batubara itu.
ADVERTISEMENT
Bahkan sektor perbankan masih terus mendanai energi kotor batubara itu. Jika terus mendapatkan pendanaan dari sektor perbankan, proyek-proyek energi kotor batubara ini akan terus berjalan. Artinya, polusi emisi GRK di atmosfer, yang menyebabkan krisis iklim, akan terus terjadi.
Bank-bank apa saja yang masih terus mendanai batubara di saat krisis iklim dekat? Menurut laporan urgewald, sebuah lembaga yang berbasis di Jerman, selama periode Oktober 2018 hingga Oktober 2020, terdapat 6 bank yang masih memberikan pinjaman ke perusahaan batu bara. Keenam bank nasional tersebut antara lain Bank Mandiri, BNI, BRI, BCA, BTN, dan Indonesia Eximbank.
Kertelibatan bank-bank BUMN dalam mendanai proyek batubara ini disesalkan oleh aktivis lingkungan hidup Sisilia Nurmala Dewi yang juga Koordinator Indonesia Team Leader 350.org. "Celakanya, bank-bank yang ikut mendanai batubara itu adalah milik negara, salah satunya adalah BNI," ungkapnya, "Ironis, Bank BNI yang selama ini menyasar nasabah anak muda justru mendanai energi kotor yang mengancam masa depan mereka."
ADVERTISEMENT
Keterlibatan bank BUMN juga membuat geram ekonom senior Faisal Basri. Bahkan dalam tulisannya di akun twitternya (@FaisalBasri), menuliskan ajakan untuk memboikot bank-bank yang masih mendanai batubara. Lebih jauh dalam kicauannya di Twitter, ekonom senior yang juga dosen Universitas Indonesia itu mengaku bahwa dirinya sudah mulai menarik dana di bank BUMN yang dinilai mendanai batubara.
Namun nampaknya bank-bank yang mendanai energi kotor batubara tidak bergeming dengan bahaya krisis iklim yang akan mengancam keselamatan umat manusia di bumi itu. Bank-bank yang menjadi pendana batubara itu, hingga tulisan ini dibuat, belum mendeklarasikan diri menghentikan pendanaan untuk proyek-proyek energi kotor batubara. Mereka nampaknya lebih peduli terhadap akumulasi laba dalam bisnis keuangannya dibandingkan keselamatan kita sebagai manusia.
ADVERTISEMENT