Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Karena Sheila On 7 Adalah Kita
12 Desember 2019 15:07 WIB
Tulisan dari Firdza Radiany tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bagi anak Indonesia yang lahir di rentang 80-90an, pasti bertumbuh kembang bersama Sheila On 7 (baca : Shila On Seven). Kalian bisa tidak punya album Sheila On 7, tapi susah dipungkiri pikiran kalian pasti pernah bersenandung tiba-tiba akan lagu-lagu hits Sheila On 7.
ADVERTISEMENT
Ada masa di mana mendengarkan Sheila On 7 tidak keren, karena memang musikalitasnya yang sederhana dan wajah personel yang lugu – jika tidak ingin dibilang ndeso.
Ada masa di mana Eddie Brokoli dari Harapan Jaya Band sempat mengenakan kaos “Fuck Sheila On 7” di publik, saking bencinya pada Sheila On 7. Pada tour konser album pertama pun, Duta membenarkan bahwa musikalitas Sheila On 7 tidak atau belum sempurna, apalagi saat melakukan live music.
Ada dua album musik yang saya beli menggunakan uang jajan sisihan sewaktu kecil, yaitu Nirvana : MTV Unplugged dan Sheila On 7 (Self Tittle).
Yang sangat menarik untuk saya mengenai Sheila On 7 adalah bukan musikalitasnya, bagaimana nada lagu easy listening. Tapi adalah kemampuan Eross Candra dalam menulis lirik lagu.
ADVERTISEMENT
“Kok bisa ya ada orang bisa menulis dan mencampur diksi-diksi kata seperti itu?”
“Kenapa di sekolah tidak diajarkan cara menulis Bahasa Indonesia seperti ini?”
Sejak itu saya melihat musik dengan kacamata beda, yaitu tulisan (sastra). Bagi saya kertas sampul album baru sudah seperti buku. Saya menantikan tulisan apa yang akan dibuat oleh sang penulis lagu. Sampai kata pengantar di setiap album juga saya cermati. Setiap lirik saya coba artikan sendiri apa artinya. Mungkin ini ageisme, tapi anak-anak jaman sekarang tidak akan tahu betapa berharganya kertas sampul album fisik sebuah band. Betapa kaset berpita adalah teman dekat anak 90an.
Jika orang lain mempunya wish list menonton konser musik band-band favoritnya, maka saya punya impian aneh, yaitu menghabiskan waktu makan malam di meja bundar bersama Eross Candra, Buya Hamka, Sapardi Djoko Pramono, Zen RS, Pangeran Siahaan, Fiersa Besari, Dewi Lestari dan err.. Rocky Gerung. Oh, ya, Ahmad Dhani juga boleh masuk ke jajaran VIP ini. Tapi Ahmad Dhani versi 90an, ya.
ADVERTISEMENT
Saya sudah tua sejak kecil, tapi sekarang usia saya semakin tua.
Setiap tahun, saya selalu mengukur seberapa tua saya dengan misal mengucapkan “Album Pertama Sheila On 7 sudah berusia 22 tahun!” ke grup Whatsapp sahabat-sahabat saya di SMA.
Usia saya tahun depan 35 tahun. Kata orang bijak, itu adalah “masa separuh putaran Bumi”. Jika beruntung, jika usia saya dikali dua, maka saya akan masih hidup.
Jika lagu “Kisah Klasik Untuk Masa Depan” adalah karya terbaik Sheila On 7, maka menurut saya pribadi, album “07 Des” adalah album terbaik Sheila On 7.
Bukan karena album ini adalah untuk ketiga kalinya berurutan Sheila On 7 menjual sejuta album dan menggunakan string orchestra dari Erwin Gutawa.
ADVERTISEMENT
Tapi sejak album “07 Des” , Sheila On 7 seperti tidak sama lagi. Seperti mengucapkan selamat tinggal pada Sheila On 7 version 1.0.
Bagi yang juga menggemari Sheila On 7, mari kita bernostalgia membedah album “07 Des”.
Tahun ini sudah 17 tahun usia “07 Des”. Kalau album ini adalah manusia, dia sudah kelas 2 SMA.
Asem aku wis tuo Ndes ~
--
Kenapa dinamakan “07 Des”, Eross tidak membuka rahasianya, beliau hanya menjawab diplomatis ‘Oh itu tanggal kami masuk studio membuat album ini'.
Cover album ini sangat menarik. Bernuansa merah muda, terdapat payung kecil diatas bumi. Pesan yang disampaikan adalah “Lindungi Bumi”. Tapi bagaimana kita bisa melindungi bumi dengan payung sekecil nan berwarna-warni itu?
ADVERTISEMENT
Untuk pertama kalinya, seluruh personel menulis lagu. Eross menyumbang 10 lagu, sisa 4 lagu dibagi rata ke Duta, Sakti, Adam dan Anton.
KASET SIDE A
Track 1 – Tunjukkan Padaku (Eross)
Lagu ini sangat Eross. Ada diksi “teduhkan jiwaku" .
Di usia saya sekarang, lagu ini sebenarnya menunjukkan kelelahan Eross menjalani hidup, dia pada perjalannya butuh sebuah sosok yang selalu menguatkannya.
“bangunkan tidurku jika kau terjaga lebih dulu”
Tidur ini bermakna luas. Tidur berarti juga khilaf atau salah. Eross berujar jika dia terlalu lama “tidur’ karena kelelahan, untuk kamu yang terjaga (sudah bangun atau waras), silahkan bangunkan atau tegur saya.
Atas timbal balik semua itu, Eross berjanji :
ADVERTISEMENT
“aku berjanji,aku berjanji menemani selalu menemani langkahmu
Dalam setiap helai nafasmu”.
Lagi-lagi diksi yang menarik, “helai nafas”.
Track 2 – Hingga Ujung Waktu (Eross)
Pada dasarnya ini adalah lagu tentang ajakan menikah pada ujungnya.
“Saat engkau ada di sini, dan pekat pun berakhir sudra”.
Seakan kehadiran wanita tersebut sampai menghilangkan pekat (hitam) di hidup.
Eross bercerita : “Akhirnya ku menemukanmu saatku bergelut dengan waktu”.
Dalam perjalanannya, Eross sampai berkelahi dengan waktu untuk menemukan wanita tersebut.
Track 3 – Seberapa Pantas (Eross)
Lagu-lagu Eross selalu tampak personanya seperti seorang laki-laki pemalu, pendiam dan inferior terhadap perempuan.
Itulah sebabnya bagi beberapa laki-laki yang bermodal pas-pasan (uang, wajah, percaya diri, dan lain-lain) lagu-lagu Sheila On 7 akan menjadi sangat relevan.
ADVERTISEMENT
Cuma di lagu ini, Eross tampak sombong. Malang tapi sombong. Kere tapi kemaki. Bisa gitu ya.
“Seberapa pantas kau untuk kubanggakan, cukup tangguhkah kau untuk selalu kubanggakan ?
"Mampukah kau bertahan dengan hidupku yang malang?”
Walau pada akhirnya celakanya sang pria ternyata tidak bisa “sesombong” itu karena wanita itulah yang dia butuhkan dan yang ditunggu.
Dasar Eross!
Track 4 – Seandainya (Duta)
Ini lagu pertama ciptaan Duta. Lagu ini bercerita seorang laki-laki yang sedang izin pergi ke wanita untuk harus pergi jauh untuk berkarya. Seandainya bisa memilih sang laki-laki akan tetap tinggal. Tapi tidak bisa, karena tidak ada pilihan. Aku rak nduwe pilihan dadi nyuwun ngapuro aku kudu lungo..
ADVERTISEMENT
“Seandainya ku dapat memilih
Untuk tak pergi dan tetap di sini..”
Track 5 – Buat Aku Tersenyum (Sakti)
Sakti berujar bahwa pada momen tersebut dia baru merasakan kematangan untuk berani menulis lagu sendiri. Walau nada lagunya menjadi sangat melayu, pesan yang disampaikan Sakti adalah momen di mana pria pemarah dan suka lelah, saat seperti ini pria butuh sandaran pada sosok wanita yang bisa membuat tersenyum.
“Bila ku marah biarkan ku bersandar, jangan kau pergi untuk menghindar”.
Track 6 – Saat Lanjut Usia (Eross)
Di sela-sela tur konser album kedua di alun-alun sebuah kabupaten Jawa Tengah. Eross dan Duta melihat ada Kakek dan Nenek tua berjualan kacang.
ADVERTISEMENT
Lalu Eross pun segera membuat lagu “Saat Aku Lanjut Usia”.
“Genggam tanganku saat tubuhku terasa linu
Kupeluk erat tubuhmu saat dingin menyerangmu
Kita lawan bersama dingin dan panas dunia
Saat kaki tlah lemah kita saling menopang
Hingga nanti di suatu pagi salah satu dari kita mati
Sampai jumpa di kehidupan yang lain”
Track 7 – Mari Bercinta (Anton)
Banyak yang bilang bahwa lagu Sheila on 7 tidak pernah sebagus itu jika tidak ada ritme ketukan drum dari Anton. Lagu ini bukan ajakan untuk berhubungan seksual, tapi lebih mendalami apa makna cinta dari sudut pandang Anton.
“Hanya satu buah titah
Yang kami ejawantah
Terlalu banyak cinta kan binasa”
Anton ingin menyampaikan bahwa mencintai itu jangan berlebihan, ada kadar biasanya, secukupnya. Kalau terlalu banyak rasa cinta, kita sendiri yang akan kecewa. Penerima cinta bisa pergi.
ADVERTISEMENT
“Lihat dirimu semakin jauh melangkah
Lewati segala tujuan hidup yang mungkin kau tempuh”
KASET SIDE B
Jika tape (pemutar musik) punya kalian masih edisi lama, ada effort yang harus dilakukan oleh kita, yaitu mengeluarkan kaset lalu membalikkan sisi ke SIDE B. Hehe menarik sekali ya jaman analog itu.
Track 8 – Terima Kasih Bijaksana (Eross)
“Percaya apapun yang akan terjadi nanti
Kau tetap pesona rahasia di lagu ini
Tak peduli berapakah berat badanmu nanti kau tetap yang ter-muah dihati”
Dari musikalitas musik, lagu ini adalah lagu standar upbeat ala Sheila On 7, yang digunakan untuk loncat-loncat saat konser.
Dari sisi lirik, sebenarnya lagu ini bisa menjadi lagu kebangsaan bagi pria atau wanita yang inferior karena berat tubuhnya, bahwa berat badan itu sama sekali bukan variabel dalam kasus “mencintai apa adanya”, justru kebijaksanaan lah yang diperlukan. Kepada sang pasangan bijaksana lah Eross mengucapkan terima kasih. Tidak ada anugerah yang luar biasa selain diterima apa-adanya oleh orang-orang yang kita sayangi.
ADVERTISEMENT
Track 9 – Takkan Pernah Menyesal (Eross)
Saya malah hampir lupa ada lagu ini. Lagu ini seperti lagu tempelan, lagu biasa dari akustik gitar Eross dan teriakan-teriakan marah Duta. Temanya sebenarnya cukup menarik yaitu perjuangan sepasang kekasih menghadapi AGHT (Ancaman- Gangguan - Hambatan – Tantangan) dalam hidup.
Hehe ingat gak pelajaran “Wawasan Nusantara” di PMP (Pendidikan Moral Pancasila)
PMP. Jadul banget ~.
Track 10 – Tentang Hidup (Eross)
Menurut Eross, ini adalah lagu dengan tema terkelam, terberat dan paling serius yang dia ciptakan. Lagu paling emosional, karena di usianya saat itu ada masalah besar yang dia harus hadapi. Tapi Eross tidak menemukan jawabannya.
Secara kelam, Eross menunjukkan inferioritasnya dalam metafora bahwasanya sebuah lilin yang dia punya, adalah yang tersisa untuk mencapai tujuannya. Bahwa “segalanya” yang dimiliki Eross adalah hanya sebuah lilin.
ADVERTISEMENT
“Selalu kucoba menghangatkanmu
Dengan sebatang lilin di tengah badai ini
Aku pun tak ingin kau meredup dan membeku
Dan lilin ini, segalanya yang tersisa..”
Hanya di lagu ini Eross menyebut nama Tuhan dan pengharapan doa.
“Bertahan sayang, dengan doamu
Kucoba bertanya pada Tuhanku”.
Eross pun mengakui, lagu ini sangat spiritual untuknya.
Track 11 – Bapak-Bapak (Adam)
Ini adalah lagu ketiga Adam setelah “Lihat, Dengar, Rasakan” dan “Just For My Mom”. Lagu riang gembira ini sejatinya adalah versi ringan dari “Cukup Siti Nurbaya”-nya Dewa 19. Adam bercerita bahwa salah satu fase paling menakutkan bagi pria adalah bagaimana bertemu dan menghadapi (calon) bapak mertua.
“Bapak-bapak kucinta anakmu
Jangan kau halangi aku
ADVERTISEMENT
Bapak-bapak cobalah mengerti
Anakmu cinta padaku”
Track 12 – Percayakan Padaku (Eross)
Lagu ini seperti lullaby – lagu pengantar tidur. Sebuah bisikan penenang. Entah kenapa, sejak dulu buat saya pribadi, lagu ini seperti nyanyian tidur sang Ayah kepada sang Anak, bahwa ‘tenang semua akan baik-baik saja, ada Ayah di sampingmu’.
“Saat mata terhalang oleh malam
Tidur dan berkembanglah
Saat sang pagi kembali menari
Datanglah dengan hati
Bila kau renung pada impianmu
Percayakan padaku
Jalan hidup yang akan engkau tempuh
Percayakan padaku”
Track 13 – Pria Kesepian (Eross)
Kalian tahu kenapa mostly pria-pria akan menemukan sahabat sejatinya saat di fase SMA? Di fase inilah pria-pria muda naif ini akan mulai membagi mimpi, membagi cerita, membagi kesedihan dan meluangkan waktu bersama. Ah, sebenarnya mereka ini berbagi kesepian ~
ADVERTISEMENT
Iya. Pria-pria ini sebenarnya kesepian. Dengan keangkuhan tanggungnya, tidak mungkin pria pada fase ini menceritakan semua hari yang dilalui ke orang tua, apalagi ke guru. Dengan meningkatnya kinerja hormon yang tidak diimbangi dengan kecerdasan emosional, pria pada fase ini menyalurkannya dengan bergerombol. Haha ~
Pria-pria kesepian ini sangat jelas diceritakan oleh Eross pada lagu ini.
Eross pun memberanikan menyanyi dua bait pedih dengan lantang:
”Ku tlah berjanji akan slalu menjagamu
Tapi kau selalu pergi bersama kekasih barumu”
Wis ambyar tenan Ndes ~
Track 14 – Waktu Yang Tepat Untuk Berpisah (Eross)
Reff lagu ini sebenarnya merupakan intro dari lagu “Sephia”. Karena menurut label akan menjadi sangat panjang lagunya, maka oleh Eross terpaksa dipotong bagian tersebut. Dan dibuatkan lagu dan lirik yang berdiri sendiri.
ADVERTISEMENT
Eross melihat bagaimana perpisahan dan kematian itu sebenarnya tidak pernah tepat waktunya, namun dengan perpisahan itu kejam, menurut Sang Perpisahan itu adalah waktu yang tepat.
Waktu yang tepat untuk berpisah.
“Sehangat pelukan hujan saat kau lambaikan tangan
Tenang wajahmu berbisik
Inilah waktu yang tepat tuk berpisah
Selembut belaian badai saat kau palingkan arah
Jejak langkahmu terbaca
Inilah waktu yang tepat tuk berpisah”
Hujan sendiri tak pernah hangat. Dan mana mungkin badai memiliki belaian lembut.
Eross sendiri sejak kecil hidup dalam keluarga yang tidak sempurna, orang tuanya bercerai saat dia SD. Banyak momen keluarga yang hilang di hidup Eross, membuatnya jadi pendiam. Beruntung dia berteman dengan “kotak sejuta mimpi”, yaitu gitar. Dengan gitarnya, Eross menyalurkan semua energi, harapan, dan pikiran yang selama ini terpendam.
ADVERTISEMENT
Eross tidak menampik bahwa ada sisi gelap juga yang dia keluarkan di musik dan liriknya. Menurut Eross, itu adalah bagian dari dirinya dan bagian dari proses hidupnya.
--
Mendengarkan musik itu adalah sebuah experience (pengalaman) yang unik. Apa yang dirasakan setiap orang pasti berbeda. Tidak bisa mendengarkan sebuah musik menjadikan seseorang menjadi edgy dan lebih keren.
Kita tidak akan bisa menjelaskan kenapa Sobat Ambyar menangis mendengar Didi Kempot konser. Atau yang paling mutakhir, bagaimana musik koplo sekarang bisa masuk ke The Pallas – sebuah tempat konser musik premium di Jakarta, di mana para young people dan eksekutif berdasi Jakarta bergoyang mendengar lagu gubahan Feel Koplo.
Buat saya pribadi, Sheila on 7 menemani saya tumbuh kembang sampai dewasa. Tidak cuma menemani, tapi juga menjaga saya untuk tetap membumi. Setiap mendengarkan kembali lagu-lagu Sheila On 7, saya seperti sedang dibersihkan energi negatif yang ada di dalam saya.
ADVERTISEMENT
Detoks energi melalui musik.
Entah, mungkin karena memang personel Sheila On 7 terlihat sangat sederhana, baik dan enggak neko-neko. Terakhir di album indie mereka, Duta malah berkenan untuk menghubungi pihak radio langsung untuk menayangkan lagu “Film Favorit”.
Mungkin, karena Sheila on 7 adalah kita. Kita adalah Sheila On 7.
Ke mana pun selera musik saya berkelana, Sheila On 7 akan selalu menjadi rumah bagi saya.
Rumah bagi telinga, hati dan jiwa saya.
Terima Kasih Bijaksana, Sheila On 7 !