Dinamika Inggris sebagai Anggota Uni Eropa dan Keluarnya Inggris dari Uni Eropa

Firena Noverinda Hidayat
Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Andalas
Konten dari Pengguna
3 Juni 2022 20:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Firena Noverinda Hidayat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
source: shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
source: shutterstock
ADVERTISEMENT
Uni Eropa adalah organisasi regional yang terletak di benua Eropa. Sejak dibentuk, Uni Eropa sudah banyak memperoleh pencapaian yang membanggakan di berbagai bidang karena kerja sama yang baik antar negara anggotanya. Sasaran jangkauan Uni Eropa sudah melebihi batas politis dan geografis negara karena negara anggota dituntut untuk menggabungkan kedaulatan masing-masing dalam mengambil keputusan dan menjunjung tinggi kepentingan bersama.
ADVERTISEMENT
Awal mula ketertarikan Inggris bergabung dengan Uni Eropa adalah karena melihat kesuksesan Uni Eropa di bidang ekonomi. Namun proses bergabungnya Inggris di Uni Eropa tidaklah mudah, Inggris melewati dinamika yang panjang sebelum akhirnya resmi bergabung dengan Uni Eropa pada tahun 1973 setelah para petinggi Uni Eropa yang pada saat itu masih bernama EE atau European Economy melakukan berbagai perundingan.
Dinamika yang dialami Inggris ini terjadi karena hubungannya yang erat dengan Amerika Serikat, dan EEC atau European Economy Community (nama Uni Eropa pada saat Inggris masih berusaha masuk) tidak ingin ada sedikitpun campur tangan Amerika, dan ditakutkan apabila meloloskan Inggris sebagai anggota akan memudahkan Amerika ikut mengintervensi EEC.
Awal mula kerja sama Inggris di Uni Eropa adalah saat Inggris mengalami krisis ekonomi pasca Perang Dunia II, saat itu Inggris memiliki peran penting dalam revolusi industri di Eropa, dan juga merupakan pencetus slogan gold, glory, gospel di Uni Eropa.
ADVERTISEMENT
Hancurnya perekonomian Inggris pada awalnya masih meragukan Inggris untuk meminta bantuan ke pada negara lain, karena Inggris memiliki prinsip tersendiri untuk tetap mandiri dalam mengatasi berbagai masalah di negaranya dan tidak melibatkan negara lain. Namun melihat kesuksesan Uni Eropa dalam hal ekonomi membuat Inggris tergiur dan memutuskan untuk bergabung. Setelah bergabung, ekonomi Inggris memang mengalami peningkatan yang signifikan dilihat dari GDP dan kerjasama perdagangan dengan Uni Eropa.
Namun, seiring dengan jadinya Inggris sebagai anggota Uni Eropa, masih ada keraguan dari pihak Inggris. Sehingga dua tahun setelah bergabung, Inggris mempertimbangkan lagi keputusannya dengan mengadakan referendum apakah Inggris lebih baik untuk tetap sebagai anggota atau keluar dari Uni Eropa. Pada saat itu dipimpin oleh Partai Buruh Inggris mengadakan pemungutan suara dan hasilnya menyatakan 67,2% memilih untuk tetap bertahan di Uni Eropa.
ADVERTISEMENT
Memang banyak dari para petinggi dan rakyat Inggris yang skeptis dengan keputusan Inggris untuk bergabung di Uni Eropa dari sebelum Inggris masuk ke Uni Eropa. Bahkan terbukti pada saat Inggris sudah bergabung sebagai anggota, Inggris merasakan banyak kerugian dari kebijakan-kebijakan Uni Eropa, seperti semakin memburuknya perekonomian Inggris, tidak hanya itu kedaulatan Inggris dinilai diintervensi oleh Uni Eropa. Inggris tidak merasakan keuntungan yang signifikan dari kebijakan Uni Eropa.
Kemudian pada tanggal 23 Juni 2016 kembali diadakannya referendum oleh PM David Cameron yang selanjutnya dikenal sebagai referendum brexit. PM David Cameron memang sudah menjanjikan untuk melakukan referendum jika Ia terpilih sebagai PM. Fenomena Brexit ini menimbulkan kubu pro dan kontra.
Pemerintah Inggris menghabiskan dana sebesar 9 juta Poundsterling untuk kampanye agar masyarakat memilih remain, karena dapat dipastikan dari analisis George Osbone, seorang Menteri Keuangan Inggris yang menyatakan perekonomian Inggris akan mengalami penekanan ekonomi berupa penurunan GDP, peningkatan inflasi, peningkatan pengangguran, dan keterpurukan ekonomi 2 tahun pasca keluar dari Uni Eropa. Namun tim pro tetap dengan pendiriannya bahwa dengan keluarnya Inggris akan mengendalikan mata uang nasional, mereka percaya bahwa perekonomian Inggris akan lebih baik untuk kedepannya dan menjadikan Inggris menjadi Negara yang independen.
ADVERTISEMENT
Pemungutan suara diambil dari seluruh warga negara Inggris, Irlandia Utara, Wales dan Skotlandia dengan 30 juta konstituen Britania Raya, partisipasi suara mencapai 72,2% diperoleh hasil yaitu sekitar 51,9 % suara memilih untuk keluar, sementara 48,2% lainnya memilih untuk bertahan di Uni Eropa.
Berdasarkan hasil yang berbeda tipis tersebut dapat diputuskan bahwa kemenangan berada di tangan kubu pro bahwa Inggris dinyatakan keluar dari Uni Eropa. Namun, setelah diperoleh suara terbanyak yaitu leave Inggris masih harus melalui proses panjang dalam mengurus keputusan penarikan diri tersebut.
Walaupun sangat disayangkan oleh tim kontra dan negara anggota Uni Eropa yang lain, Inggris harus segara mengurus proses tersebut karena tidak baik berlama-lama dalam ketidakpastian.
Jika melihat ke belakang saat Inggris masih menjadi anggota Uni Eropa kerugian yang dialami Inggris juga banyak, dan banyak kebijakan-kebijakan yang tidak bisa diterima Inggris. Salah satu kebijakan Uni Eropa yang ditentang oleh Inggris adalah European Monetary Union (EMU) di mana EMU dijalankan di semua bank sentral Negara anggota Uni Eropa dan tugasnya menjaga tingkat inflasi. Kebijakan ini dinilai merugikan Inggris dan Inggris menganggap kebijakan ini tidak disepakati secara demokratis. Menurut Inggris, EMU secara tidak langsung memegang perekonomian Negara anggota Uni Eropa, yang mana ini kurang etis di mana seharusnya perekonomian Negara dipegang oleh Negara itu sendiri, bukan pihak lain.
ADVERTISEMENT
Selain itu, berikut beberapa rangkuman faktor-faktor yang menyebabkan Inggris keluar dari Uni Eropa:
ADVERTISEMENT
Peristiwa Brexit ini adalah fenomena yang sangat menarik perhatian dunia karena Uni Eropa merupakan organisasi kawasan terbaik di dunia. Brexit juga menyebabkan perpecahan antara Negara-negara anggota uni Eropa, Masyarakat Inggris, dan partai Inggris.
Keputusan untuk keluar dari Uni Eropa ini merupakan keputusan yang berat bagi kedua pihak, Baik bagi Inggris maupun Uni Eropa karena bagaimanapun masuknya Inggris sebagai anggota Uni Eropa merupakan suatu prestasi bagi Inggris karena Uni Eropa juga banyak memberikan kontribusinya dalam membantu Inggris khususnya perekonomian dan Uni Eropa juga banyak menerima bantuan dari Inggris karena Inggris merupakan sumber dana terbesarnya. Namun, untuk menghargai aspirasi masyarakat Inggris, sesuai dengan suara terbanyak Inggris resmi menarik diri dari keanggotaannya di Uni Eropa.
ADVERTISEMENT