Konten dari Pengguna

Kenapa Takut Akan Keheningan? Padahal Diam Bisa Jadi Cara untuk Memulihkan Diri

Fita Tristiani
Freelance Content Writer Ilmu Kelautan Unsoed
11 Juni 2025 17:01 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-circle
more-vertical
Tulisan dari Fita Tristiani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ilustrasi diam bisa jadi cara untuk memulihkan diri (Unsplash.com/ Artem Kovalev)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi diam bisa jadi cara untuk memulihkan diri (Unsplash.com/ Artem Kovalev)
Mengapa banyak orang merasa cemas saat suasana tiba-tiba menjadi sunyi?
ADVERTISEMENT
Pernah suatu ketika menemukan postingan di media sosial yang menjelaskan bahwa pemilik akun tidak memasang televisi di rumah. Alih-alih mempertanyakan alasannya, orang malah menanyakan apa tidak takut rumah jadi sepi?
Ternyata untuk sebagian orang keheningan bisa jadi semenakutkan itu. Diam atau tidak adanya suara seringkali dikaitkan dengan kekosongan, sepi bahkan gagalnya komunikasi.
Dalam interaksi sehari-hari, ada yang istilah “awkward silence. Sebuah jeda dalam percakapan yang membuat orang merasa tidak nyaman. Jeda ini bisa memicu kecanggungan bahkan dorongan untuk mengisi jeda dengan pembicaraan yang kurang relevan hingga perasaan nyaman untuk tetap diam.
Namun, ketakutan terhadap diam ini memberikan pertanyaan lebih dalam, apa yang sebenarnya ditakutkan dari keheningan itu sendiri?

Aspek Psikologis dari Diam

Jika ditarik lebih jauh, manusia purba dikatakan mengandalkan suara untuk berbagai kebutuhan untuk bertahan hidup. Dari mulai berkomunikasi, memberi peringatan hingga koordinasi dalam berburu. Mereka menggunakan geraman, dengusan, atau teriakan untuk berkomunikasi dengan anggota kelompok mereka.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, keheningan atau ketenangan pada manusia purba atau lingkungan bisa berarti bahaya yang tersembunyi, baik dari alam, maupun perilaku mereka sendiri. Diam bisa jadi menggambarkan ancaman tersembunyi maupun kekuatan yang tidak terlihat di zaman itu.
Di sisi lain, di era yang serba teknologi seperti saat ini, orang cenderung mendapatkan rangsangan yang berlebihan dari dunia digital. Hal tersebut menimbulkan ketergantungan pada kebisingan yang diciptakan dari perasaan “hening” itu sendiri.
Menurut Psychology Today, keheningan bisa menjadi waktu untuk merenung dan melihat ke diri sendiri. Dalam tubuh ada bagian otak yang bisa aktif saat seseorang berhenti sejenak dari dunia luar dan mulai fokus pada diri sendiri.
Ketika tidak ada gangguan dari luar, seseorang bisa lebih baik dalam memahami alasan di balik perasaannya dan bagaimana orang itu memandang hubungan sosial di sekitarnya.
ADVERTISEMENT

Diam Sebagai Ruang untuk Menenangkan Emosi

Keheningan seringkali memaksa seseorang untuk menghadapi batinnya sendiri. Untuk orang yang biasanya tidak terhubung dengan perasaannya sendiri, ini bisa menjadi sesuatu yang menakutkan.
Banyak orang mengisi keheningan dengan berbagai suara karena takut dengan berbagai “suara di dalam kepala sendiri”.
Psikolog seperti Carl Jung menekankan pentingnya “shadow self” atau sisi gelap dari diri sendiri. Sisi ini berisi aspek-aspek kepribadian yang sering ditekan dan tidak diakui, seperti insting, dorongan negatif, dan bagian-bagian diri yang tidak dianggap tidak cocok dengan diri yang “ideal”.
Keterhubungan ini seringkali dilakukan saat berada di dalam suasana sunyi dan reflektif karena di saat-saat seperti itu, sisi gelap cenderung lebih mudah untuk muncul dan terasa.
ADVERTISEMENT

Manfaat dari Sebuah Keheningan

Berdasarkan artikel Psychology Today, berikut beberapa manfaat dari keheningan.

1. Keheningan Mengurangi Stres

Kesendirian yang tenang menawarkan banyak manfaat, termasuk mengurangi stres, meningkatkan kesadaran diri, kreativitas, dan kesehatan mental.
Kesendirian memungkinkan bagi seseorang untuk beristirahat dari rangsangan yang masuk secara eksternal, meningkatkan relaksasi, dan memproses emosi.
Kesendirian di sisi lain juga dalam merangsang pertumbuhan otak dan menurunkan tekanan darah yang berkontribusi pada kesejahteraan secara keseluruhan.

2. Keheningan dalam Interaksi Sosial

Berhenti, dengarkan, dan diam menjadi pendekatan yang cukup ampuh untuk berkomunikasi dan menyelesaikan konflik. Di mana manfaat dari diam sejenak sangat penting untuk kemudian mendengarkan secara aktif sebelum akhirnya tetap diam untuk meningkatkan pemahaman.
Cara ini dilakukan untuk mengurangi bias serta menumbuhkan respons secara bijaksana. Praktik ini mendorong komunikasi yang lebih bijaksana dan membantu mengatasi perselisihan dan konflik dengan empati dan rasa hormat yang lebih besar.
ADVERTISEMENT

3. Efek Keheningan untuk Otak dan Kesehatan Mental

Sementara itu menurut Time dalam How Listening to Silence Changes Our Brains, mendengarkan keheningan menawarkan banyak manfaat bagi otak, termasuk mengurangi stres, meningkatkan daya ingat, dan bahkan berpotensi merangsang pertumbuhan sel otak baru.
Keheningan memungkinkan otak untuk memulihkan mental, memproses informasi lebih dalam, dan mengatur ulang diri sendiri dengan cara yang mirip dengan meditasi dan pelatihan secara kognitif.

Diam Bukan Berarti Kosong

Sunyi bukan berarti hampa, melainkan menjadi cara untuk bisa memulihkan diri. Keheningan yang seringkali ditakuti oleh banyak orang bisa menjadi cara terbaik untuk pulih. Seperti kata Blaise Pascal, seorang filsuf Perancis terkenal. “Semua masalah manusia bermula dari ketidakmampuan manusia untuk duduk diam di dalam ruangan sendirian”.
Pascal berpendapat bahwa ketidakmampuan menghadapi untuk menghadapi diri sendiri dan pikiran seseorang merupakan akar dari banyak kesulitan manusia.
ADVERTISEMENT