Peran Pesantren Terhadap Pendidikan Karakter Anak

Fitra S Z
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Konten dari Pengguna
27 November 2022 17:44 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fitra S Z tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Source image: pexels.com/mohammad ramezani
zoom-in-whitePerbesar
Source image: pexels.com/mohammad ramezani
ADVERTISEMENT
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang memiliki misi mendidik sumber daya manusia. Membentuk kepribadian Islami yang berakhlak mulia dan bermanfaat bagi masyarakat. Pesantren merupakan bagian dari pendidikan khas nusantara yang terbukti kualitas pendidikannya hingga saat ini.
ADVERTISEMENT
Dengan berkembangnya pondok pesantren telah menjadi lembaga sosial yang menambah warna tersendiri bagi perkembangan masyarakat sekitarnya, karena pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang memiliki ciri khas tersendiri dan berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya. pendidikan sekolah asrama Islam meliputi; Pendidikan agama Islam, dakwah, pembinaan masyarakat dan pendidikan terkait lainnya.
Tujuan pendidikan pondok pesantren adalah untuk membentuk dan mengembangkan kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan, berakhlak mulia, berguna bagi masyarakat, dapat berdiri sendiri, bebas, yang di dalamnya kepribadian tetap dan teguh. memperluas. Agama atau pembelaan Islam dan kehormatan manusia dalam masyarakat serta kecintaan terhadap ilmu untuk mengembangkan kepribadian manusia.
Sebagai lembaga pendidikan Islam, pesantren telah berhasil memajukan kehidupan beragama di Indonesia, serta berperan dalam menanamkan sikap kebangsaan Indonesia dan berperan aktif dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat. Tantangan yang dihadapi pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan berubah dan berkembang mengikuti dampak perubahan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tantangan tersebut antara lain, perubahan budaya yang dimiliki petani dan budaya asing yang masuk di kalangan petani. Hal ini dapat menimbulkan berbagai masalah seperti kenakalan remaja di pondok pesantren, sikap intoleran terhadap sesama dan sikap peduli yang lambat laun memudar.Oleh karena itu, pesantren memiliki metode pendidikan yang bisa membentuk karakter anak. Berikut penjelasannya;
ADVERTISEMENT
1. Metode Keteladanan
Yang dimaksud dengan metode keteladanan yaitu suatu metode pendidikan dengan cara memberikan contoh yang baik kepada peserta didik, baik di dalam ucapan maupun perbuatan (Syahidin, 1999: 135). Keteladanan merupakan salah satu metode pendidikan yang diterapkan Rasulullah dan paling banyak pengaruhnya terhadap keberhasilan menyampaikan misi dakwahnya. Ahli pendidikan banyak yang berpendapat bahwa pendidikan dengan teladan merupakan metode yang paling berhasil guna. Hal ini disebabkan karena secara psikologis anak adalah seorang peniru yang ulung. Murid-murid cenderung meneladani gurunya dan menjadikannya sebagai tokoh identifikasi dalam segala hal.
2. Metode Pembiasaan
Pembiasaan menurut M.D Dahlan seperti dikutip oleh Hery Noer Aly merupakan proses penanaman kebiasaan. Sedang kebiasaan (habit) ialah cara bertindak yang persistent, uniform dan hampir-hampir otomatis (hampir tidak disadari oleh pelakunya) (Syahidin, 1999: 134). Pembiasaan tersebut dapat dilakukan untuk membiasakan pada tingkah laku, keterampilan, kecakapan dan pola pikir. Pembiasaan ini bertujuan untuk mempermudah melakukannya. Karena seseorang yang telah mempunyai kebiasaan tertentu akan dapat melakukannya dengan mudah dan senang hati. Bahkan sesuatu yang telah dibiasakan dan akhirnya menjadi kebiasaan dalam usia muda itu sulit untuk diubah dan tetap berlangsung sampai hari tua. Maka diperlukan terapi dan pengendalian diri yang sangat serius untuk dapat mengubahnya.
ADVERTISEMENT
3. Metode Memberi Nasihat
Menurut Abdurrahman al-Nahlawi, sebagaimana dikutip oleh Hery Noer Aly mengatakan bahwa yang dimaksud dengan nasihat adalah penjelasan kebenaran dan kemaslahatan dengan tujuan menghindarkan orang yang dinasihati dari bahaya serta menunjukannya ke jalan yang mendatangkan kebahagiaan dan manfaat (Syahidin, 1999: 190). Dalam metode memberi nasihat ini pendidik mempunyai kesempatan yang luas untuk mengarahkan peserta didik kepada berbagai kebaikan dan kemaslahatan umat. Di antaranya dengan menggunakan kisah-kisah Qur’ani, baik kisah Nabawi maupun umat terdahulu yang banyak mengandung pelajaran yang dapat dipetik.
4. Metode Motivasi dan Intimidasi
Metode motivasi dan Intimidasi ini akan sangat efektif apabila dalam penyampaiannya menggunakan bahasa yang menarik dan meyakinkan pihak yang mendengar. Oleh karena itu, hendaknya pendidik bisa meyakinkan muridnya ketika menggunakan metode ini. Namun, sebaliknya apabila bahasa yang digunakan kurang meyakinkan, maka akan membuat murid tersebut malas memperhatikannya. Penggunaan metode motivas sejalan dengan apa yang ada dalam psikologi belajar disebut sebagai law of happines atau prinsip yang mengutamakan suasana menyenangkan dalam belajar (Hery Noer, 197). Sedang metode Intimidasi dan hukuman baru digunakan apabila metode-metode lain seperti nasihat, petunjuk dan bimbingan tidak berhasil untuk mewujudkan tujuan.
ADVERTISEMENT
5. Metode persuasi
Metode persuasi adalah meyakinkan peserta didik tentang sesuatu ajaran dengan kekuatan akal. Penggunaan metode persuasi didasarkan atas pandangan bahwa manusia adalah makhluk yang berakal. Artinya Islam memerintahkan kepada manusia untuk menggunakan akalnya dalam membedakan antara yang benar dan salah atau yang baik dan buruk (Hery Noer: 193). Penggunaan metode persuasi ini dalam pendidikan Islam menandakan bahwa pentingnya memperkenalkan dasar-dasar rasional dan logis kepada peserta didik agar mereka terhindar dari meniru yang tidak didasarkan pertimbangan rasional dan pengetahuan.
6. Metode Kisah
Metode kisah merupakan salah satu upaya untuk mendidik murid agar mengambil pelajaran dari kejadian di masa lampau. Apabila kejadian tersebut merupakan kejadian yang baik, maka harus diikutinya, sebaliknya apabila kejadian tersebut kejadian yang bertentangan dengan agama Islam maka harus dihindari. Metode ini sangat digemari khususnya oleh anak kecil, bahkan sering kali digunakan oleh seorang ibu sebagai dongeng pengantar ketika anak tersebut akan tidur. Apalagi metode ini disampaikan oleh orang yang pandai bercerita, akan menjadi daya tarik tersendiri. Namun perlu diingat bahwa kemampuan setiap murid dalam menerima pesan yang disampaikan sangat dipengaruhi oleh tingkat kesulitan bahasa yang digunakan.
ADVERTISEMENT
Dari uraian di atas, dapat dikesimpulkan bahwa pondok pesantren memiliki peran penting sebagai wahana bagi anak dalam membentuk pendidikan karakternya. Hal ini dikarenakan dalam pembentukan karakter anak di pondok pesantren tidak terlepas dari berbagai macam metode pendidikan yang diterapkan. Seperti metode keteladanan, metode pembiasaan, metode memberi nasihat, metode motivasi intimidasi, metode persuasi, dan metode kisah. Selain metode tersebut, peran dari ustadz juga sangat vital dalam memberikan teladan yang baik untuk para santri dalam hal sikap, tutur kata, sopan santun dan tingkah laku. Sampai saat ini, sistem pendidikan pesantren sangat ampuh dalam membentuk karakter anak yang baik dan menjadi pilihan tebaik bagi orang tua.
Daftar pustaka
A.R Fadhal dan Syatibi, Pergeseran Literatur Pondok Pesantren Salafiyah Indonesia (Jakarta: Departemen Keagamaan RI, 2006), hlm 29.
ADVERTISEMENT
Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi metodologi menuju demokrasi Institusi (Jakarta: Erlangga, 2005), hlm 4.
Syahidin, Metode Pendidikan Qur’ani Teori dan Aplikasi,(Jakarta: CV Misaka Galiza, 1999)
Pendidikan Agama Islam, Vol. XI, No. 2, Desember 2014, hal. 212.
Ibid, hal 239.
Nofiaturrahmah, F. (2014). Metode Pendidikan Karakter di Pesantren. Jurnal Pendidikan Agama Islam, 6(1), 201-216.