Konten dari Pengguna

Nyadran: Tradisi Jawa Tenggah yang Memadukan Spiritualitas dan Kearifan Lokal

Fitri Handayani
Mahasiswa Universitas Pamulang ilmu komunikasi
24 November 2024 17:41 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fitri Handayani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ilustrasi Tradisi Nyadran. Sumber : Dihasilkan menggunakan Al OpenAl (DALL-E) melalui ChatGPT
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Tradisi Nyadran. Sumber : Dihasilkan menggunakan Al OpenAl (DALL-E) melalui ChatGPT
Nyadran merupakan salah satu tradisi khas masyarakat Jawa yang sarat akan nilai spiritualitas dan kearifan lokal. Tradisi ini biasanya dilakukan menjelang bulan Ramadan sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur sekaligus refleksi diri dalam menyambut bulan suci.
ADVERTISEMENT
Sejarah dan Makna Nyadran
Secara etimologis, kata "nyadran" berasal dari bahasa Sanskerta sraddha, yang berarti keimanan atau penghormatan. Dalam tradisi Jawa, nyadran menjadi momen untuk mendoakan arwah leluhur diiringi rasa syukur atas berkah kehidupan. Tradisi ini diyakini telah ada sejak masa Kerajaan Mataram dan terus dilestarikan hingga kini.
Nyadran dimaksudkan sebagai sarana mendoakan leluhur yang telah meninggal dunia, mengingatkan diri bahwa semua manusia pada akhirnya akan mengalami kematian, juga dijadikan sebagai sarana guna melestrikan budaya gotong royong dalam masyarakat sekaligus upaya untuk dapat menjaga keharmonisan bertetangga melalui kegiatan kembul bujono (makan bersama).
Rangkaian Acara Nyadran
Nyadran biasanya dimulai dengan membersihkan makam leluhur. Kegiatan ini melibatkan seluruh anggota keluarga dan masyarakat sekitar. Setelah makam dibersihkan, doa bersama dipanjatkan, diiringi tradisi kenduri, yaitu makan bersama dengan hidangan khas seperti nasi tumpeng, urap, dan lauk pauk.
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa daerah, nyadran juga disertai arak-arakan atau kirab budaya. Arak-arakan ini tidak hanya mempererat kebersamaan, tetapi juga menjadi sarana melestarikan seni dan budaya lokal.
Nilai-Nilai dalam Tradisi Nyadran
Tradisi nyadran mencerminkan harmoni antara spiritualitas dan budaya. Dalam konteks spiritual, nyadran menjadi momen introspeksi dan doa, sementara dari sisi budaya, tradisi ini memperkuat tali persaudaraan di tengah masyarakat.
Selain itu, nyadran juga mengajarkan pentingnya menjaga hubungan dengan leluhur sekaligus memperkenalkan kearifan lokal kepada generasi muda. Dengan melibatkan anak-anak dalam prosesi ini, nilai-nilai tradisional dapat terus diwariskan.
Relevansi Nyadran di Masa Kini
Meskipun dunia terus modern, nyadran tetap relevan sebagai simbol identitas budaya dan alat mempererat hubungan sosial. Tradisi ini tidak hanya menjadi ritual keagamaan, tetapi juga ruang untuk menjaga kelestarian budaya Jawa di tengah perubahan zaman.
ADVERTISEMENT
Dengan memadukan spiritualitas dan kearifan lokal, nyadran menjadi tradisi yang tidak hanya mengakar kuat di hati masyarakat Jawa, tetapi juga menginspirasi kehidupan yang lebih bermakna dan harmonis.