Konten dari Pengguna

Peran ARMY sebagai Citizen Journalist dalam Melawan Framing Negatif Media

Fitria Rizki Wijaya
Pranata Humas, ASN BRIN, ASNation
3 September 2024 11:32 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fitria Rizki Wijaya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kasus dugaan DUI (Driving Under Influence) yang melibatkan Suga, anggota boy group BTS, menjadi sorotan utama media Korea Selatan. Liputan yang intens dan kadang terkesan memojokkan ini memicu reaksi kuat dari ARMY, komunitas penggemar BTS, yang berperan aktif sebagai citizen journalist untuk melawan narasi negatif. Artikel ini membahas bagaimana media Korea Selatan membingkai kasus ini, termasuk insiden penyiaran rekaman CCTV yang salah oleh JTBC, serta peran ARMY dalam mempengaruhi pemberitaan dengan memanfaatkan kekuatan media sosial.
Penyanyi, Suga BTS, Foto : IG/@agustd
Framing Media Korea Selatan dan Kesalahan Penyiaran oleh JTBC
ADVERTISEMENT
Media di Korea Selatan sering kali memanfaatkan popularitas selebriti, termasuk anggota BTS, untuk menarik perhatian dan meningkatkan jumlah pembaca atau penonton. Dalam kasus dugaan DUI yang melibatkan Suga yang mempunyai nama asli Min Yunki, banyak media yang memilih untuk fokus pada aspek yang kontroversial dan sensasional, seringkali tanpa mempertimbangkan dampak yang ditimbulkan pada reputasi individu atau kelompok tersebut. Beberapa outlet berita menggunakan teknik framing negatif yang dirancang untuk membangun narasi yang merugikan. Pemilihan kata yang berkonotasi negatif, seperti "skandal" atau "kontroversi", bukan hanya menarik perhatian publik tetapi juga memperkuat persepsi bahwa Suga bersalah sebelum ada keputusan hukum yang sah.
Salah satu contoh yang paling menonjol dari pendekatan ini adalah insiden yang melibatkan JTBC, sebuah jaringan televisi terkemuka di Korea Selatan. Dalam upaya mereka untuk menjadi yang pertama melaporkan berita, JTBC menayangkan rekaman CCTV yang diklaim sebagai bukti insiden DUI terkait Suga. Namun, setelah tayangan tersebut disiarkan, muncul fakta bahwa rekaman CCTV tersebut sama sekali tidak berkaitan dengan Suga. Penyiaran rekaman yang tidak akurat ini menimbulkan kegemparan di kalangan penggemar dan publik luas, serta memicu diskusi tentang etika jurnalistik dan tanggung jawab media.
ADVERTISEMENT
Komisi Penyiaran Korea Selatan, badan pengawas yang bertugas memastikan standar etika dalam penyiaran, mengambil tindakan cepat terhadap JTBC. Mereka mengeluarkan sanksi dan meminta jaringan tersebut untuk melakukan klarifikasi serta permintaan maaf secara publik. Kejadian ini tidak hanya mempermalukan JTBC tetapi juga menyoroti pentingnya verifikasi informasi sebelum disiarkan, terutama ketika menyangkut individu atau kelompok dengan pengaruh besar seperti BTS. Insiden ini menekankan risiko besar yang dihadapi media tradisional dalam era digital, di mana kesalahan informasi dapat dengan cepat terdeteksi dan disebarluaskan oleh publik melalui media sosial.
Peran ARMY sebagai Citizen Journalist dan Dampaknya terhadap Media
Dalam menghadapi pemberitaan yang dianggap tidak adil, ARMY, komunitas penggemar BTS, telah menunjukkan bagaimana kekuatan kolektif mereka dapat digunakan untuk melawan framing negatif. ARMY memainkan peran aktif sebagai citizen journalist dengan menggunakan berbagai platform media sosial seperti Twitter, Instagram, dan Weverse untuk menyebarkan informasi yang lebih seimbang dan akurat. Mereka tidak hanya membagikan pendapat mereka tetapi juga melakukan investigasi mandiri, mengumpulkan bukti yang relevan, dan memeriksa fakta sebelum membagikan informasi kepada publik yang lebih luas.
ADVERTISEMENT
Tindakan ini dapat dilihat secara jelas dalam respons ARMY terhadap kesalahan penyiaran rekaman CCTV oleh JTBC. Begitu rekaman tersebut disiarkan, ARMY segera melakukan pengecekan silang informasi. Mereka menemukan bahwa rekaman tersebut tidak terkait dengan Suga dan dengan cepat menyebarkan temuan mereka melalui media sosial. Kampanye yang mereka lakukan termasuk tagar viral, analisis terperinci, dan petisi online yang menyerukan keadilan dan meminta JTBC untuk bertanggung jawab. Upaya ini akhirnya memaksa JTBC untuk mengakui kesalahan mereka dan melakukan klarifikasi publik.
Peran aktif ARMY sebagai citizen journalist telah mengubah cara media Korea Selatan meliput kasus-kasus yang melibatkan selebriti. Beberapa outlet berita mulai lebih berhati-hati dalam pelaporan mereka, mengingat pengawasan ketat yang dilakukan oleh komunitas penggemar seperti ARMY. Hal ini menunjukkan bahwa dalam era informasi yang serba cepat dan digital, kekuatan komunitas dapat menjadi kekuatan yang signifikan dalam menjaga integritas jurnalistik. Dengan kemampuan untuk mengakses informasi secara langsung dan menyebarkannya kepada jutaan orang, ARMY dan komunitas serupa lainnya menunjukkan bahwa mereka bisa menjadi pengawas yang efektif terhadap pelanggaran etika jurnalistik.
ADVERTISEMENT
Lebih jauh lagi, upaya ARMY untuk menyuarakan kebenaran telah memunculkan diskusi yang lebih luas tentang peran citizen journalism dalam ekosistem media modern. Citizen journalism, atau jurnalisme warga, memungkinkan individu biasa, terutama kelompok yang terorganisir dengan baik seperti ARMY, untuk berpartisipasi aktif dalam proses pengumpulan berita dan penyebaran informasi. Dalam konteks ini, ARMY telah berhasil menunjukkan bahwa mereka bukan hanya konsumen pasif dari berita yang diproduksi oleh media tradisional, tetapi juga produsen aktif dari konten berita yang memiliki pengaruh nyata.
Dampak Jangka Panjang dan Harapan untuk Ekosistem Media yang Lebih Adil
Keberanian ARMY untuk melawan framing negatif dan kesalahan informasi tidak hanya mengubah cara media tradisional melaporkan berita, tetapi juga menciptakan contoh positif tentang bagaimana komunitas dapat mempengaruhi perubahan. Tindakan mereka telah menunjukkan bahwa media tidak dapat lagi mengabaikan suara publik, terutama ketika komunitas seperti ARMY memiliki kapasitas untuk memobilisasi jutaan orang di seluruh dunia dalam hitungan detik. Ini memberikan pelajaran penting bagi media bahwa transparansi, akurasi, dan tanggung jawab adalah elemen kunci yang tidak bisa dikompromikan dalam dunia jurnalistik.
ADVERTISEMENT
Namun, tantangan tetap ada. Media tradisional dan citizen journalism harus mencari cara untuk berkolaborasi dan bukan berkonfrontasi. Dengan bekerja sama, keduanya dapat membantu memastikan bahwa informasi yang disebarkan adalah akurat, berimbang, dan beretika. Kolaborasi ini dapat menciptakan lingkungan di mana kebenaran dihargai, dan publik mendapatkan berita yang benar-benar informatif.
Masa depan ekosistem media di Korea Selatan akan sangat bergantung pada bagaimana kedua pihak ini, media tradisional dan citizen journalist, bisa mengedepankan etika jurnalistik yang baik dan memanfaatkan kekuatan teknologi digital secara bijak. Jika mereka bisa bekerja bersama, bukan hanya untuk saling mengoreksi tetapi juga untuk saling mendukung, maka kita bisa berharap untuk melihat perkembangan ekosistem media yang lebih adil, transparan, dan bertanggung jawab.
ADVERTISEMENT
Ada satu kalimat penutup yang tepat yaitu "jangan membenci media, tapi jadilah media". Citizen journalism sangat penting bagi peradapan masa depan. Siapa saja bisa menjadi Citizen journalism di media sosial asalkan informasi yang disebarkan adalah akurat, berimbang, bertanggung jawab dan beretika.