Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Permintaan Maaf Tulisan Tangan Suga:Studi Kasus Komunikasi Krisis di Era Digital
26 Agustus 2024 9:50 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Fitria Rizki Wijaya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam industri hiburan, setiap tindakan artis dapat menjadi pusat perhatian publik. Baru-baru ini, Suga, anggota dari grup K-pop BTS, menulis surat permintaan maaf terkait dugaan insiden DUI (Driving Under Influence). Artikel ini mengeksplorasi permintaan maaf Suga dari perspektif ilmu komunikasi, dengan fokus pada strategi komunikasi krisis, manajemen reputasi, dan teori-teori yang relevan.
ADVERTISEMENT
Mengapa Komunikasi Krisis Penting?
Komunikasi krisis adalah strategi penting untuk mengelola situasi yang dapat merusak reputasi. Menurut W. Timothy Coombs dalam bukunya "Ongoing Crisis Communication," komunikasi krisis melibatkan proses strategis dalam mengelola informasi selama masa kritis. Bagi artis seperti Suga, kemampuan untuk mengomunikasikan respons yang efektif sangat penting untuk menjaga citra dan karier mereka.
Strategi Pemulihan Citra dalam Permintaan Maaf Suga
Berdasarkan teori "Image Restoration Theory" dari William L. Benoit, permintaan maaf Suga menggunakan strategi "mortification," yaitu pengakuan kesalahan dan permohonan maaf yang tulus. Ini menunjukkan upaya Suga untuk memulihkan reputasinya dengan menunjukkan penyesalan dan komitmen untuk memperbaiki diri.
Teori SCCT yang dikembangkan oleh Coombs menyarankan bahwa respons terhadap krisis harus disesuaikan dengan jenis krisis. Dugaan DUI yang melibatkan Suga merupakan krisis yang disebabkan oleh kesalahan individu, sehingga respons terbaik adalah pendekatan "rebuild" dengan permintaan maaf yang tulus, yang bertujuan untuk memperbaiki hubungan dengan publik dan penggemarnya.
ADVERTISEMENT
Pengaruh Permintaan Maaf Tulisan Tangan di Era Digital
Di era digital, komunikasi sering dilakukan melalui media sosial. Namun, permintaan maaf tulisan tangan Suga menambah elemen personal yang lebih mendalam. James E. Grunig, melalui "Excellence Theory," menekankan pentingnya komunikasi yang langsung dan personal untuk menjalin hubungan yang lebih erat dengan audiens. Surat tangan Suga mampu menciptakan resonansi emosional yang lebih kuat di kalangan penggemar dan publik.
Peran Media Sosial dalam Krisis Komunikasi
Media sosial memungkinkan penyebaran informasi krisis secara cepat. Pernyataan Suga yang dipublikasikan melalui platform digital resmi menciptakan gelombang dukungan dan reaksi dari ARMY (penggemar BTS) dan publik. Kathleen Fearn-Banks dalam "Crisis Communications: A Casebook Approach" menyoroti bahwa media sosial memungkinkan komunikasi krisis yang responsif dan interaktif, memberikan ruang bagi pihak yang terkena dampak untuk segera bereaksi dan beradaptasi.
ADVERTISEMENT
Respon Positif Penggemar terhadap Permintaan Maaf Suga
Respons positif dari ARMY terhadap permintaan maaf Suga menunjukkan keberhasilan dalam membangun hubungan yang kuat dan mendalam dengan penggemar. Menurut "Relationship Management Theory" dari Ledingham dan Bruning, komunikasi krisis yang efektif sangat bergantung pada hubungan yang sudah terbangun dengan audiens. Suga mampu mempertahankan dan bahkan memperkuat kepercayaan penggemarnya melalui komunikasi yang jujur dan personal.
Strategi Komunikasi untuk Memperbaiki Reputasi Artis
Mengelola krisis bukan hanya tentang merespons insiden, tetapi juga tentang merencanakan langkah-langkah jangka panjang untuk memulihkan reputasi. Dalam konteks ini, Suga dan agensinya dapat mempertimbangkan langkah-langkah strategis seperti meningkatkan keterlibatan positif di media sosial, dan terus menunjukkan perilaku yang bertanggung jawab. Teori "Reputation Management" menekankan pentingnya tindakan nyata dan konsisten dalam membangun kembali citra setelah krisis.
ADVERTISEMENT
Di tengah krisis, yang paling penting adalah respons dan komitmen untuk perubahan. Seperti yang ditunjukkan Suga, dalam menghadapi kesulitan, kejujuran, keterbukaan, dan tekad untuk belajar dari kesalahan adalah kunci untuk memulihkan reputasi dan tumbuh menjadi lebih baik.