news-card-video
6 Ramadhan 1446 HKamis, 06 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Emosi Negatif (Marah): Merusak Pertemanan dan Solusinya

Fitri Shoofiyah
Mahasiswa S1 Fakultas Kedokteran Prodi Psikologi, Universitas Syiah Kuala.
4 Maret 2025 20:06 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fitri Shoofiyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Manusia dan Emosi Marah

ADVERTISEMENT
Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa hidup sendiri. Manusia selalu berinteraksi dan mengalami emosi yang memengaruhi sikap dan tindakan (Lewis & Jones, 2000). Pertemanan adalah bentuk keterikatan emosional antarindividu. Emosi muncul karena gejolak perasaan dalam situasi tertentu. Goleman, dalam bukunya Emotional Intelligence, menyebutkan bahwa emosi dasar meliputi takut, marah, sedih, dan senang, sementara Sutanto (2012) menambahkan malu, bersalah, dan cemas. Emosi, terutama emosi negatif, sangat memengaruhi perilaku seseorang saat ini maupun di masa depan.
ADVERTISEMENT
Emosi negatif, terutama marah, dapat bermula dari konflik kecil hingga berkembang menjadi konflik besar yang memberikan dampak besar pada lingkungan sekitar, terutama dalam pertemanan. Marah dapat merusak pertemanan karena dapat menimbulkan permusuhan, dendam, dan tindakan-tindakan lain yang merugikan. Oleh karena itu, emosi negatif (marah) memiliki peran penting dalam pertemanan dan dapat menentukan kelanjutan dari sebuah hubungan pertemanan.
Jadi, apa itu marah? Apa dampak negatif dari marah? Dan bagaimana solusinya?
Apa itu Marah?
Sumber: nicoletaionescu (iStock by Getty Images)
Marah merupakan potensi perilaku yang dirasakan dalam diri seseorang. Dalam kehidupan nyata, banyak orang menyimpulkan seseorang sedang marah berdasarkan perilaku atau ekspresi berlebihan, seperti membanting barang, wajah yang memerah, ataupun wajah yang cemberut. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Zuhdi, M.S., & Nuqul, F.L. (2022) menyebutkan bahwa definisi marah mengacu pada perilaku serta efek yang ditimbulkan dari munculnya suatu perilaku. Marah merupakan suatu pengalaman psikis yang dapat diketahui melalui ekspresi wajah, ekspresi verbal, ekspresi pasif, atau perilaku agresif.
ADVERTISEMENT
Dalam tulisannya, Duffy (2012) mengungkapkan bahwa marah adalah sesuatu yang sangat normal dan merupakan perasaan yang sehat. Menurut Goleman (1996), marah dapat berkembang menjadi fury (sangat marah), outrage (kemarahan yang hebat), resentment (dendam), wrath (gusar), exasperation (jengkel), indignation (dongkol), acrimony (pahitnya permusuhan), hostility (bermusuhan), pathological hatred (kebencian patologis), dan violence (kekerasan).
Apa Dampak Negatif dari Marah?
Pernahkah kalian berada dalam situasi di mana saat berbicara dengan teman, tiba-tiba kalian saling berteriak dan saling menyalahkan? Atau pernahkah kalian mengalami kesulitan mengendalikan amarah hingga memukul orang lain atau menyakiti diri sendiri? Atau mungkin kalian pernah tiba-tiba merasa marah tanpa alasan yang jelas terhadap orang lain? Ini menandakan seseorang belum dapat memahami emosi dirinya sendiri atau emosi orang lain, dan bisa jadi seseorang tersebut tidak bisa mengelola emosinya dengan baik, karena selalu memendam amarahnya. Dampak negatif dapat muncul dari ekspresi marah yang tidak terkendali, di antaranya:
ADVERTISEMENT
1. Depresi, yang dapat membuat seseorang berpikir untuk bunuh diri dan kesulitan dalam menjalin pertemanan.
2. Konflik dalam pertemanan, yang terjadi akibat kesalahpahaman karena ketidakmampuan dalam memahami emosi, sehingga memunculkan perilaku menghina dan saling menyalahkan.
3. Penggunaan zat terlarang dan minuman beralkohol untuk meredakan amarah. Hal ini dapat membuat seseorang terjerumus ke dalam pergaulan yang salah.
4. Munculnya perilaku agresi, yaitu tindakan kekerasan yang terjadi karena ketidakmampuan dalam mengelola emosi marah. Hal ini dapat menimbulkan ketidaknyamanan dalam pertemanan dan membuat teman takut untuk berinteraksi karena tidak ingin menjadi sasaran kemarahan.
5. Munculnya perasaan bersalah, ketika seseorang terus melampiaskan amarahnya pada temannya. Hal ini bisa menyebabkan rasa malu, penyesalan, dan perasaan bersalah, yang pada akhirnya dapat membuat pertemanan menjadi renggang.
ADVERTISEMENT
6. Hilangnya kepercayaan, ekspresi marah yang tidak terkendali atau tidak adil dapat mengikis kepercayaan dan membuat teman merasa tidak aman atau tidak dihargai (Fehr, 1996).
7. Hilangnya rasa kebersamaan, marah yang terus terjadi dapat membuat seseorang sulit terhubung secara emosional dengan teman, sehingga mengurangi rasa kebersamaan dan dukungan timbal balik (Fehr, 1996).
8. Pengakhiran pertemanan, jika ekspresi marah yang merugikan terus berlanjut tanpa ada perubahan atau upaya perbaikan, pertemanan dapat berakhir karena salah satu atau kedua belah pihak merasa tidak tahan lagi (Fehr, 1996).
9. Hilangnya teman atau kesulitan mendapatkan teman, marah yang tidak terkendali dapat merusak reputasi seseorang dan membuat orang lain enggan berteman dengannya (Wilkowski & Robinson, 2008).
ADVERTISEMENT
Apa Solusi untuk Mengatasi Marah?
Meskipun marah yang tidak terkendali dapat menimbulkan dampak negatif, terdapat beberapa solusi untuk mengatasinya, yaitu:
1. Mengendalikan emosi. Menurut Watson dan Greer (1983), emosi yang terkendali dapat dikenali melalui berbagai ekspresi, seperti tetap tenang, menahan dan menyembunyikan perasaan, mengungkapkan apa yang dirasakan, menolak untuk berdebat, menghindari situasi yang memicu emosi, membiarkan orang lain mengetahui perasaan yang dialami, atau mengekspresikannya melalui ekspresi wajah.
2. Menjaga ketenangan saat marah. Memiliki pikiran yang jernih ketika sedang emosi dapat membantu dalam mengambil keputusan yang lebih tepat dan bijaksana.
3. Mempertimbangkan konsekuensi dari kemarahan. Penting untuk memikirkan dampak yang dapat terjadi jika emosi tidak terkendali.
4. Menghindari sikap berlebihan. Segala sesuatu yang berlebihan tidaklah baik, termasuk kemarahan. Merespons suatu permasalahan dengan kemarahan yang berlebihan hanya akan memperburuk situasi. Oleh karena itu, marah boleh saja, tetapi harus tetap dalam batas yang wajar sesuai dengan masalah yang dihadapi.
ADVERTISEMENT
5. Berdoa. Berdoa dapat membantu seseorang dalam mengontrol emosinya. Kepercayaan kepada Tuhan dapat memberikan kekuatan untuk menghadapi masalah dan menerima hasil dengan hati yang lebih ikhlas.
6. Mengekspresikan emosi pada waktu yang tepat. Berteriak atau menangis merupakan reaksi wajar ketika marah, tetapi penting untuk memahami kapan waktu yang tepat untuk melakukannya. Melampiaskan emosi secara impulsif tanpa berpikir panjang dapat menimbulkan penyesalan di kemudian hari.
Kesimpulannya, emosi marah adalah bagian normal dari manusia, namun penting untuk mengelolanya agar tidak merusak pertemanan. Dengan menerapkan strategi pengendalian emosi yang tepat, yaitu seseorang dapat mencegah dampak negatif dari kemarahan dan menjaga hubungan pertemanan yang sehat.
Referensi
Al Baqi. (Juni, 2015). Ekspresi Emosi Marah. BULETIN PSIKOLOGI, 23(1). 22–30
ADVERTISEMENT
Hardjo, S. (2004). Kemampuan Mengendalikan Emosi Negatif Dengan Kemampuan Memecahkan Masalah . Fakultas Psikologi Universitas Medan Area
Zuhdi, MS, & Nuqul, FL (2022). Konsepsi Emosi Marah Dalam Perspektif Budaya di Indonesia: Sebuah Pendekatan Indigenous Psychology . Jurnal Psikologi, 18(1), 1-15.
Kamsidah. (2023, 18 Desember). Mengontrol emosi marah agar tidak salah arah. Kementerian Keuangan, Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-semarang/baca-artikel/16691/Mengontrol-Emosi-Marah-Agar-Tidak-Salah-Arah
Fehr, B. (1996). Friendship processes. Thousand Oaks, CA: Sage Publications.
Wilkowski, B. M., & Robinson, M. D. (2008). The cognitive and social costs of anger: Implications for the avoidance of anger and the pursuit of happiness. Journal of Personality and Social Psychology, 94(3), 486.
Goleman, D. (1995). Kecerdasan Emosional: Mengapa Kecerdasan Emosional Lebih Penting daripada IQ . New York: Bantam Books.
ADVERTISEMENT