Konten dari Pengguna

Peran Mahasiswa sebagai Agen Informasi SDGs Melalui Aksi Kolaborasi Inovatif

FIZZA AQILLA
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya Malang
23 Maret 2022 12:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari FIZZA AQILLA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber Gambar: Pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber Gambar: Pixabay.com
ADVERTISEMENT
Catatan Seorang Demonstran, salah satu buku karya Soe Hok Gie yang menggambarkan kegigihan seorang intelektual muda atas nama kebenaran dengan hanya bersenjatakan pena dan mesin tik. Pada jamannya, Soe Hok Gie merupakan simbol perbaikan dan perubahan yang berasal dari kalangan intelektual muda. Intelektual muda adalah kita para mahasiswa.
ADVERTISEMENT
Pasti saat kita mendengar kata mahasiswa, yang terlintas dalam benak kita ialah generasi muda berilmu yang memiliki semangat perbaikan dan perubahan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, inovatif berarti memperkenalkan kreasi-kreasi baru yang akan memberikan suatu pembaharuan. Mahasiswa memiliki kemampuan untuk menjadi agen perubahan, tapi mahasiswa juga harus sadar pengtingnya menjadi agen informasi yang inovatif di era digital ini.
Peran mahasiswa sebagai agen informasi merujuk pada urgensi tingkat kesadaran dan pemahaman publik terhadap pelaksanaan tujuan berkelanjutan terutama pada masyarakat daerah.
Beberapa hasil wawancara dan FGD (Focus Group Discussion) yang telah dilakukan oleh tim INFID (International NGO Forum on Indonesian Development) menyatakan bahwa SDGs atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan belum dipahami secara menyeluruh oleh pemerintah daerah, SDGs perlu dibahasakan melalui bahasa kampanye. Selain itu, konsep kolaborasi sudah diterima, tapi implementasinya masih tertatih dan anak muda perlu dilibatkan secara menyeluruh.
ADVERTISEMENT
Pernyataan-pernyataan tersebut seolah mengatakan, jika pemerintah daerah saja belum paham apalagi masyarakatnya. Soe Hok Gie dalam buku Catatan Seorang Demonstran pernah menjawab diantara dua pilihan, menjadi apatis atau mengikuti arus. Ia memilih untuk menjadi manusia merdeka.
Hal itulah yang seharusnya menjadi prinsip mahasiswa sebagai generasi muda yaitu, kita harus berani memulai dan bebas meskipun menjadi pejuang yang sendirian. Memulai untuk melibatkan diri dan mendukung tujuh belas tujuan pembangunan berkelanjutan dalam aksi nyata bukan hanya omongan semata.
Menurut online survei dari INFD terdapat gap implementasi SDGs ditingkat nasional dan daerah. Temuan menunjukkan sekitar 74, 7% dari Sembilan puluh responden sudah mengetahui tentang rencana nasional SDGs. Tetapi, apabila kita melihat ke tingkat daerah hanya sekitar 41, 4% yang mengetahui rencana aksi daerah. Hal ini menggambarkan bahwa sekitar 50% responden tidak mengetahui rencana daerah di daerahnya.
ADVERTISEMENT
Disinilah mahasiswa harus mampu menjadi agen informasi yang dapat menyentuh secara langsung lingkungan sekitarnya. Langkah-langkah dapat dimulai dari memberikan sosialisasi atau pemahaman mengenai tujuan SDGs kepada orang-orang disekitarnya. Memulai dari lingkup terkecil seperti keluarga, kelas, organisasi kampus maupun organisasi kepemudaan di lingkungan rumah seperti Karang Taruna. Setiap rencana besar akan tercapai melalui satu langkah kecil.
Selain itu, mahasiswa juga dapat menunjukkan eksistensinya melalui kebiasaan membaca dan menulis. Saat ini siapapun bisa menulis dan menerbitkannya di media sehingga kita dapat mengembangkan berbagai ide-ide kreatif dalam setiap tujuan SDGs. Ingatlah bahwa melalui tulisan kita mampu merubah dunia seperti Soe Hok Gie yang juga memiliki ketajaman dalam tulisannya.
Di samping itu, kolaborasi menjadi salah satu hal krusial yang juga tidak boleh terlupakan. Menurut Ibu Zumrotin, seorang narasumber dalam SDGs Testimoni Eminent Person yang berasal dari Yayasan Kesehatan Perempuan Indonesia menyebutkan kolaborasi sebagai salah satu langkah dalan pencapaian SDGs. Kolaborasi di sini merujuk pada kemitraan multi sektor seperti, di antaranya:
ADVERTISEMENT
1. Mahasiswa berkolaborasi dengan media massa untuk membuat kampanye mengenai indikator, tujuan dan pencapaian SDGs dengan model diskusi atau sosialisasi. Kampanye dapat disebarkan melalui media sosial seperti Tik Tok, Instagram atau chanel YouTube.
2. Mahasiswa dapat menjalin kemitraan khususnya dengan yayasan pemberdayaan perempuan, karena menurut survei INFID sebanyak 42, 9% mengatakan bahwa perempuan dan anak perempuan adalah mereka yang paling tertinggal dalam konteks SDGs. Melalui kolaborasi ini, diharapkan mahasiswa dan kemitraan dapat memberikan sosialisasi dan menyebarkan informasi terkait SDGs kepada perempuan lebih dalam lagi agar mewujudkan kesetaraan gender.
Kedua kolaborasi tersebut dapat menjadi upaya perwujudan SDGs yang inovatif karena memuat ide baru untuk jangka yang panjang. Sekarang video pendek seperti reels dan short juga dapat menjadi pilihan terbaik sebagai media kampanye karena memiliki jangkauan yang lebih luas dan cepat.
ADVERTISEMENT
Peran sebagai agen informasi adalah langkah kecil yang akan membawa perubahan besar dan penyebaran informasi ini harus selalu diperbarui agar masyarakat semakin tertarik sehingga dapat memberikan respon positif.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat kita ketahui bahwa minimnya kesdaran dan pengetahuan masyarakat terutama dalam lingkup daerah tengah menjadi urgensi yang harus diperhatikan. Mahasiswa harus mampu menjadi agen informasi yang dapat menyentuh secara langsung. Agen informasi menjadi salah satu penyongsong perkembangan SDGs, karena semakin banyak informasi yang disebarkan akan semakin banyak pula masyarakat yang sadar dan terlibat.
Kolaborasi menjadi salah satu kunci keberhasilan tujuan SDGs karena dalam setiap indikator memerlukan pendukung. Diharapkan kolaborasi ini sesuai dengan prinsip no one left behind, di mana tidak ada yang ketinggalan dan mendapat fasilitas yang sama. Setiap orang memiliki hak yang sama tanpa memandang latar belakang terutama gender.
ADVERTISEMENT
Selain itu, berkembangnya teknologi membuat mahasiswa harus inovatif dalam membuat konten yang menarik guna menyebarkan informasi secara menyeluruh melalui kolaborasi dengan media. Namun, kita juga harus ingat pentingnya menumbuhkan empati dan compassion dalam diri sebelum melaksanakan peran sebagai agen informasi dan perubahan.
“Saya bermimpi tentang sebuah dunia dimana tokoh agama, buruh dan pemuda bangkit dan berkata: Stop semua Kemunafikan! Stop semua pembunuhan atas nama apapun! Tak ada rasa benci pada siapa pun, agama apa pun, dan bangsa apa pun. Dan melupakan perang dan kebencian, dan hanya sibuk dengan pembangunan dunia yang lebih baik,” itulah ungkapan Soe Hok Gie yang sejalan dengan tujuan SDGs.
Daftar Pustaka:
Infid tv. Bincang Sore: Situasi Pemahaman Publik dalam Pelaksanaan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Youtube, diunggah oleh INFID TV, 29 September 2021, https://youtu.be/1YW0e1XbcFY
ADVERTISEMENT
Komunikasi.um.ac.id. 16 November 2018. Peran Mahasiswa sebagai Agen Percepatan Perwujudan SDG's Di Indonesia. Diakses pada tanggal 22 Maret 2022, dari https://r.search.yahoo.com/_ylt=Awrxysz3ODpidiYAgQLLQwx.;_ylu=Y29sbwNzZzMEcG9zAzEEdnRpZAMEc2VjA3Ny/RV=2/RE=1648011639/RO=10/RU=http%3a%2f%2fkomunikasi.um.ac.id%2f2018%2f11%2fperan-mahasiswa-sebagai-agen-percepatan-perwujudan-sdgs-di-indonesia%2f/RK=2/RS=GchnVdRyBXYgwSWLnZWymn7lORc-
SDGs Indonesia. Testimoni Eminent Person (Non-State Actors) tentang Perjalanan SDGs Indonesia Youtube, diunggah oleh SDGs Indonesia, 28 Januari 2022, https://youtu.be/7igGu9kPQ64