Konten dari Pengguna

BJ Habibie dalam Kenangan Warga Timor Lorosa'e

Flo Pattipeilohy
Orang Indonesia yang menikmati hidup di Dili, Timor-Leste dalam 12 tahun terakhir. Penikmat kopi, dunia aviasi dan fotografi.
13 September 2019 16:02 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Flo Pattipeilohy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Peresmian Jembatan dengan nama 'Presidente B. J. Habibie' di ruas jalan di wilayah Bidau Santana, Dili, Timor-Leste, pada 29 Agustus 2019.
zoom-in-whitePerbesar
Peresmian Jembatan dengan nama 'Presidente B. J. Habibie' di ruas jalan di wilayah Bidau Santana, Dili, Timor-Leste, pada 29 Agustus 2019.
ADVERTISEMENT
Ketika salah satu putra terbaik Indonesia, Presiden ke-3 Republik Indonesia, Bapak Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie, dipanggil 'pulang' oleh Tuhan pada 11 September lalu, duka tak hanya dirasakan bangsa Indonesia. Banyak Warga Negara Timor-Leste yang ikut larut dalam kesedihan mendalam atas kepergiannya.
ADVERTISEMENT
Bagi sebagian besar orang Timor-Leste, nama B.J. Habibie akan tetap mereka kenang sepanjang hayat sebagai pencetus kesempatan untuk menjadi negara yang mandiri, terpisah dari Republik Indonesia.
Di tengah kecamuk masalah ekonomi dan politik dunia pada masa itu yang berimbas ke Indonesia, tak pelak menjadi keran jalan terbuka bagi provinsi termuda Indonesia dalam menentukan sikap. Bagi sebagian orang, khususnya para oposan, kebijakan tersebut dianggap sebagai salah satu kesalahan terbesar yang ia lakukan saat menjabat sebagai presiden.
Ia mengajukan hal yang cukup menggemparkan publik saat itu, yaitu mengadakan jajak pendapat pada 30 Agustus 1999 bagi warga Timor Timur untuk memilih merdeka atau masih tetap menjadi bagian dari Indonesia. Pada masa kepemimpinannya itulah, Timor Timur lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menjadi negara terpisah bernama Republik Demokratik Timor-Leste.
ADVERTISEMENT
Tak pelak, hal itu dianggap sebagai rahmat tersendiri bagi warga Timor-Leste. Berita wafatnya Habibie yang diwartakan secara resmi di situs media sosial Kedutaan Besar Republik Indonesia di Dili mengundang banyak tanggapan secara langsung.
Hingga tulisan ini dibuat, tautan berita mengenai kematiannya tercatat telah dikunjungi oleh 42.589 orang dan 262 orang telah menuliskan ungkapan duka cita secara langsung. Ini merupakan catatan kedua tertinggi setelah tepat 13 hari sebelumnya, 29 Agustus 2019, berita mengenai peresmian jembatan di Dili, yang diberi nama ‘Ponte B. J. Habibie’ itu dirilis dan mampu menarik perhatian 67.456 orang untuk membaca berita tersebut.
Ungkapan duka cita mendalam sekaligus ucapan penghargaan dan terima kasih mendominasi isi kolom komentar pada tautan berita tersebut. Nyata terlihat bagaimana sebuah keputusan politik yang pelik pada masa itu akan membawa dampak yang membawa perubahan hidup bagi 1,3 juta jiwa warga Timor-Leste di masa kini.
ADVERTISEMENT
Kesan yang didapat oleh penulis ketika bertemu dengan banyak warga Timor-Leste yang berkomentar langsung atas berita wafatnya Habibie pun sama: Mereka tetap akan mengenang B. J. Habibie, pria kelahiran Pare-pare itu, sebagai orang yang membawa kebebasan dan kemerdekaan.
20 tahun telah berlalu. Apa yang dianggap sebagai suatu ‘kesalahan’ pada masa itu kini telah menunjukkan dampak yang nyata berbeda. Timor-Leste kini telah berubah dan berkembang menjadi negara baru yang giat membangun dan perbaiki diri.
Sebuah perjuangan panjang yang dialami oleh semua negara ketika baru mulai menata kehidupan mandiri. Nama besar seorang B. J. Habibie tak pelak akan tetap terpatri dalam setiap warga Timor-Leste ketika membaca namanya dalam buku sejarah maupun saat melintas melewati jembatan atas namanya. Selamanya.
ADVERTISEMENT