Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Al-Aqsa: Jauh di Jarak, Dekat di Hati
26 Februari 2019 12:44 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
Tulisan dari Frass Kamasa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
"Apa kalian orang Islam dan Arab?," tanya tentara Israel di pos jaga menuju pintu masuk kompleks al-Aqsa.
ADVERTISEMENT
“Kami orang Islam asal Indonesia, ada masalah?," aku balik bertanya.
Empat orang tentara Israel bersenjata laras panjang lengkap itu serasa puas interogasi singkat sambil tertawa sebelum membolehkan kami sekeluarga masuk ke gerbang al-Aqsa.
Para tentara ini ditempatkan di pos penjagaan yang ada di setiap pintu masuk kompleks al-Aqsa.
Al-Aqsa merupakan kompleks tanah dan bangunan seluas 14 hektar di bawah administrasi otoritas wakaf Pemerintah Yordania yang terdiri atas Masjid Kubah Batu (Qubbah As-Sakhrah), Masjid al-Qibli (al-Aqsa), Mushalla al-Marwani, Kubah al-Miraj, Kubah as-Sislisah, Kubah An-Nabi, tempat wudhu al-Kas dan bangunan lainnya. Yang paling utama, tentunya dua nama di awal.
Sedangkan yang dinamakan pintu masuk gerbang al-Aqsa adalah lapisan kedua dari gerbang kota lama Yerusalem. Gerbang lama kota Yerusalem itu sendiri berdiri sepanjang empat kilometer dengan tinggi sekitar dua belas meter.
ADVERTISEMENT
Pada awalnya, terdapat sebelas gerbang masuk ke kota itu, namun sekarang yang terbuka hanya tujuh yaitu Jaffa gate, Damascus gate, St. Stephen’s Gate, Dung gate, New gate, Zion Gate, dan Herod’s Gate.
Sementara, dua gerbang yang merupakan pintu yang langsung menuju Masjid al-Aqsa yaitu Golden gate dan Hulda gate ditutup dan diblokir saat kami ziarah di tahun 2017.
Kami memasuki awal dari pintu gerbang Damaskus.
Tak kurang dari sepuluh meter melangkah, muncul lagi pertanyaan, kali ini dengan senyum penuh rasa ingin tahu yang apa adanya.
“Anda dari mana?,” begitu pertanyaan Ahmad, bocah Palestina yang kutemui setelah pintu masuk di kompleks Masjid al-Aqsa. "Dari Indonesia," jawabku.
Pertanyaan itu terlontar dari seorang bocah Palestina yang berumur sekitar 10 tahun, sedang bermain bersama enam bocah lainnya di sekitar kompleks al-Aqsa.
ADVERTISEMENT
Mereka nampak ingin tahu kok ada orang yang wajahnya asing dan asal Indonesia pula, negeri nun jauh di sana, yang datang ke tanah mereka.
Mereka lebih ingin tahu lagi untuk bisa ngobrol dengan ketiga anakku. Nampak mereka ingin berkomunikasi dan tertawa lepas melihat ketiga anakku yang tidak lepas dari bundanya.
“Udah main sana, kenalan sama teman baru kalian,” ku bujuk ketiga anakku untuk kenalan dan bermain dengan mereka.
Duduk di antara pohon zaitun dan pinus yang rindang, kami melihat anak-anak bermain dengan setengah kikuk dan setengah senang, meski saling tidak mengerti bahasa di antara mereka.
Haru biru menyelimuti perasaan kami meihat riangnya mereka bermain lepas di tengah belenggu penjajah yang merebut kemerdekaan mereka.
ADVERTISEMENT
Inilah Yerusalem, tempat masjid al-Aqsa berdiri.
Sambil menatap mereka bermain dan melihat keindahan sekitar al-Aqsa, pikiranku mengendap melintas sejarah di kota para nabi ini.
Yerusalem, yang dalam bahasa Arab disebut sebagai al-Quds, berarti tempat yang damai dan suci. Menurut Romawi, kota ini dinamakan Aelia.
Inilah kota bersejarah bagi umat Yahudi, Kristen, dan Islam. Di kota ini terdapat tiga bangunan bersejarah yang disucikan oleh ketiganya.
Pertama, tembok ratapan yang merupakan bekas tempat ibadah Nabi Sulaiman menurut orang Yahudi. Tempat ibadah yang dibangun Nabi Sulaiman ini adalah lokasi di mana Masjid al-Aqsa berada. Orang Yahudi menyebutnya sebagai Kuil Sulaiman.
Kaum Yahudi ingin membangun tempat ibadah di lokasi Masjid al-Aqsa untuk mewujudkan kembalinya zaman emas mereka ketika Nabi Sulaiman menguasai dunia dari Yerusalem. Mereka meratap sedih karena Kerajaan Yahudi yang dibina oleh Nabi Daud dan Nabi Sulaiman telah hancur dan mereka merindukan zaman itu akan datang kembali.
ADVERTISEMENT
Di sini juga dipercaya Nabi Muhammad menambatkan buraq sebelum melintas ke langit (samawat) ketujuh saat Isra dan Miraj.
Kaum Yahudi juga percaya bahwa tabut, perjanjian berisi sepuluh perintah yang ditulis di atas lempengan batu oleh Tuhan kepada Nabi Musa di Gunung Sinai, disimpan oleh Nabi Sulaiman di Kuil itu.
Itulah yang menjelaskan mengapa pada Mei 2017 kabinet Israel melakukan pertemuan mingguannya di terowongan bawah Masjid al-Aqsa pada saat perayaan 50 tahun penjajahan Israel atas Jerusalem Timur. Penggalian arkeologis pun dilakukan di bawahnya.
Hal itu terjadi karena di tahun 1967, Zionis Israel mengokupasi Jerusalem Timur, termasuk kota tua Jerusalem, Tepi Barat, dan Jalur Gaza. Peristiwa ini dikenal sebagai naksa , atau kekalahan. Setelah ini rentetan kejadian pun bergulir.
ADVERTISEMENT
10 November 1975, PBB mengeluarkan Resolusi 3379 yang menyatakan bahwa Zionisme adalah bentuk dari rasisme.
Tahun 1980, Israel mendeklarasikan bahwa Jerusalem adalah ibu kota Israel yang bersatu dan menyeluruh.
Pada 6 Desember 2017, Presiden Amerika Serikat, mengumumkan pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel oleh AS.
Semua itu berakar di tahun 1947 ketika PBB melakukan pembagian Palestina di bawah jajahan Inggris menjadi dua negara: satu untuk Yahudi Eropa (55 persen) dan satunya lagi untuk Palestina (45 persen).
Kedua, jalan kesengsaraan (via delorosa) tempat Yesus diarak setelah disiksa dan kemudian disalib berdasarkan putusan gubernur kerajaan Romawi untuk provinsi Yudea, Pontius Pilatus, yang didesak oleh para pendeta Yahudi yang tergabung dalam mahkamah agama Yahudi (sanhedrin).
Di sini juga berdiri Gereja Makam Kudus yang dipercaya oleh banyak orang Kristen sebagai Golgota, tempat Yesus disalibkan.
ADVERTISEMENT
Gereja ini menjadi tujuan peziarahan Kristen sejak abad ke-4 M, sebagai tempat wafat dan kebangkitan Yesus.
Tahun 636 M, pasukan muslim yang dipimpin Abu Ubaidah berhasil mengepung Yerusalem Pengepungan berlangsung selama enam bulan sebelum akhirnya Uskup Sophronius angkat tangan. Namun, Sophronius hanya bersedia menyerahkan hak atas Yerusalem kepada Umar bin Khattab, sang khalifah.
Ketika ditawari untuk sholat dzuhur oleh sang uskup di Gereja Makam Kudus, Umar menolak karena khawatir apabila dirinya mendirikan sholat di dalam gereja, maka orang-orang Islam nantinya akan menduduki gereja ini dan menjadikannya sebagai masjid.
Umar mengetahui betul bahwa gereja ini sakral bagi umat Kristen.
Menariknya, hingga kini penjaga gereja itu adalah seorang muslim bernama al-Husseini, yang diberikan tugas oleh Salahuddin al-Ayyubi untuk menjaga gereja itu setelah merebut Yerusalem pada 1187.
ADVERTISEMENT
Ketiga, masjid al-Aqsa (disebut juga Masjid al-Qibli) yang merupakan kiblat pertama umat Islam, masjid suci umat Islam ketiga setelah Makkah dan Madinah.
Nabi Muhammad melakukan Isra dari Masjid al-Haram di Makkah ke Masjid al-Aqsa (masjid yang jauh) di Yerusalem untuk kemudian melakukan Miraj menuju langit (samawat) untuk mendapat perintah sholat.
Tanah suci (al-Ardh al-Muqadddasah) tidak hanya mempunyai pemandangan dan situs sejarah yang luar biasa, tetapi juga kisah sejarah yang sangat menarik.
Sejarah mencatat bahwa umat Yahudi pernah diusir dua kali dari Jerusalem dan Tanah Suci. Hal itu terjadi saat mereka melanggar syarat iman dan perilaku yang saleh.
Peristiwa pertama terjadi pada tahun 587 SM, pasukan Babilonia (saat ini Irak) yang dipimpin Nebukadnezar mengepung Jerusalem, kemudian membakar kota itu, membunuh penduduknya, menghancurkan Masjid yang dibangun Nabi Sulaiman dan membawa orang-orang terbaik dari umat Yahudi untuk dijadikan budak di Babilonia.
ADVERTISEMENT
Salah satu sebab mereka dihukum seperti itu adalah karena mereka mengubah Taurat untuk menjadikan halal yang Tuhan telah menjadikannya haram.
Pada peristiwa kedua, umat Yahudi kembali diusir dari Tanah Suci karena mereka membunuh para nabi, yaitu Nabi Zakariah, Nabi Yahya, dan Nabi Isa.
Pasukan Romawi di bawah Jenderal Titus menghancurkan Masjid al-Aqsa pada tahun 70 M. Titus menghancurkan Kota Jerusalem, membunuh penduduknya, dan mengusir sisa-sisa umat Yahudi dari Tanah Suci serta masjid itu pun lagi-lagi dihancurkan.
Reruntuhannya masih ada saat pasukan Muslim menaklukkan Jerusalem pada masa pemerintahan Khalifah Umar ra. Beliaulah yang memerintahkan Masjid al-Aqsa yang ada sekarang dibangun pada tempat reruntuhan tempat Ibadah asli yang dibangun Nabi Sulaiman.
ADVERTISEMENT
Begitu banyak kisah monumental dan juga tragedi di tanah ini. Pikiranku pun kembali lagi ke masa kini.
Yerusalem memang indah, tetapi juga mencekam. Atmosfer spiritual yang dalam yang tak bisa diungkap dengan kata-kata menjadi berkabut oleh rentetan sirene dan patroli tentara Zionis di setiap sudut kota dengan senjata laras panjang lengkap.
Di setiap sudut kota ada cctv dan untuk masuk ke kompleks al-Aqsa dan setiap situs ziarah lainnya harus melewati posko penjagaan tentara yang paranoid, siaga, dan siap tempur.
Ketika memasuki kompleks al-Aqsa kami harus melewati dua posko penjagaan dari hotel St. George tempat kami menginap di Yerusalem.
Menelusuri jalan Salahudin al-Ayyubi kami memasuki gerbang Damaskus yang merupakan pos pemeriksaan pertama dan setelah itu, sebelum masuk ke kompleks al-Aqsa, kembali harus melewati pos pemeriksaan lagi.
ADVERTISEMENT
Mengunjungi al-Aqsa seolah menjadi jalan pembuka psikologis perjalanan menunju langit. Merujuk pada peristiwa Isra dan Miraj Nabi, seakan Yerusalem, khususnya Masjid al-Aqsa dan Masjid Kubah Batu, adalah lokasi untuk membuka akses ke langit karena banyak para nabi yang telah melakukan perjalanan spiritualnya dari atau menuju ke sana.
Di ufuk barat ku lihat Masjid kubah batu dan al-Aqsa. Damai, hening, dan tenang sekali rasanya masuk ke dalamnya.
Masjid Kubah Batu yang berada di lokasi tertinggi di kompleks al-Aqsa yang berdiri sekitar empat meter lebih tinggi dibanding masjid atau struktur bangunan lainnya yang ada di kompleks.
Khalifah Abdul Malik bin Marwan membangun kubah masjid ini pada abad ke-7 M di atas batu yang besar di lokasi di mana umat Islam percaya Nabi Muhammad Miraj ke samawat.
ADVERTISEMENT
Di bawah batu ini ada gua kecil yang bisa digunakan untuk sholat. Dingin dan hening di dalamnya.
Hatiku begitu haru membayangkan ribuan tahun yang lalu kanjeng nabi beserta nabi-nabi yang mendahului beliau pernah berada di sini untuk melakukan perjalanan dan pergulatan spiritualnya.
Luar biasa sekali rasanya, tak terasa butiran air mata pun jatuh. Terhenyuh. Campur aduk rasa rindu, tenang, damai, dan sedih merasuki jiwa.
Al-Aqsa oh al-Aqsa, bagaimana aku bisa lupa akan suasana ini, yang belum tentu dapat ku alami lagi sepanjang hidupku. Engkau begitu jauh, tetapi dekat di hati.