Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Surutnya Danau Tiberias dan Pesan Pengelolaan Sumber Daya Air
4 Maret 2019 21:51 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:02 WIB
Tulisan dari Frass Kamasa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Danau Tiberias, atau yang dikenal sebagai Danau Kinneret atau Laut Galilee adalah danau bersejarah bagi umat Yahudi, Kristen, dan Islam.
ADVERTISEMENT
Bagi umat Kristen dan Yahudi, danau ini adalah tempat di mana Yesus menunjukkan mukjizat berjalan di atas air dan menjaring ikan yang banyak dari dalam danau.
Di tepi danau ini Yesus mendapatkan muridnya yaitu: Simon sang nelayan beserta saudaranya Andreas, dan dua bersaudara Johannes dan Jakobus.
Di sekitaran danau ini pula, tepatnya di Tabgha, dengan mukjizatnya Yesus dapat memberikan makanan bagi lima ribu orang.
Setelah pemberontakan Bar Kokhba berhasil dipadamkan pada 135 Masehi, Romawi kemudian melarang kaum Yahudi untuk memasuki Jerusalem.
Pusat kebudayaan pembelajaran Yahudi pun berpindah ke wilayah Galilee dan Kinneret, khususnya di kota Tiberias.
Tak heran, situs ini mendapat banyak kunjungan dari para peziarah.
ADVERTISEMENT
Bagi para peziarah, terdapat tur napak tilas Yesus sejauh 60 kilometer sebagaimana terdapat dalam Injil dari Nazareth hingga Kapernaum, kota nelayan utara Danau Tiberias, kota nelayan tempat Yesus memutuskan untuk tinggal.
Dari Tiberias, sekitar 15 menit berkendara ke arah selatan kita akan tiba di Yardenit, sungai Jordan, tempat di mana dipercayai Yesus dibaptis. Pendapat lain bilang Yesus di baptis di Qasr al-Yahud, yang terletak di Tepi Barat, dekat Jericho.
Bagi umat Islam, danau Tiberias dikaitkan dengan turunnya Dajjal sebagai tanda puncak akhir zaman, bersama dengan keringnya kurma di daerah Baisan dan mata air Zughar yang wilayahnya tak jauh dari Danau Tiberias.
Sebagaimana dikabarkan oleh Nabi Muhammad, bahwa turunnya permukaan air Danau Tiberias menjadi salah satu tanda-tanda munculnya Dajjal di muka bumi. Danau ini disebut akan mengering karena airnya diminum oleh Yajuj dan Majuj .
ADVERTISEMENT
Bagaimanakah kondisi Danau Tiberias saat ini?
Tiberias merupakan nama danau dan kota di utara Palestina. Perjalanan dengan kendaraan dari Yerusalem ke Tiberias membutuhkan waktu sekitar 2,5 jam dengan jarak tempuh sekitar 178 kilometer.
Di tepi danau banyak dibangun resort, pemukiman, dan penginapan bagi militer Israel, mengingat posisinya yang dekat dengan perbatasan Suriah dan Yordania.
Dekatnya dengan sumber air dan letaknya yang strategis membuat wilayah ini menjadi kawasan wisata elit bagi pejabat Israel yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas hiburan dan wisata.
ADVERTISEMENT
Danau ini adalah danau air tawar terendah di dunia yang bentuknya seperti alat musik lira (kinor dalam bahasa Yahudi), dawai yang terkenal pada masa Yunani kuno. Itulah mungkin asal usul mengapa danau ini disebut juga sebagai Kinneret.
Dengan luas permukaan 164 kilometer persegi, danau ini menjadi danau air tawar terluas di Israel dan menjadi danau kedua terdalam, setelah Laut Mati.
Di tahun 2008, danau ini menyediakan air tawar sebanyak 400 juta kubik meter per tahunnya, tetapi sepuluh tahun kemudian, akibat rangkaian musim dingin yang kering, air yang dapat dipompa hanya sebesar 30-40 juta kubik meter per tahun .
Hampir sepertiga cadangan air tawar Israel ada di Danau Tiberias.
ADVERTISEMENT
Danau ini menjadi sumber cadangan air tawar terbesar di Israel dan juga penting bagi kelangsungan hidup dan stabilitas Palestina dan Yordania.
Di tahun 2017, level air di danau ini turun mencapai 212 meter di bawah permukaan laut. Angka ini hanya sedikit di atas nilai batas bahaya yang mencapai 213 meter di bawah permukaan laut.
Di tahun 2018, air di Danau ini susut satu centimeter setiap harinya.
Israel membagi nilai batas bahaya surutnya air Danau Tiberias menjadi tiga ambang batas : batas atas merah (208,9 meter di bawah permukaan laut), batas bawah merah (213,2 meter), dan batas hitam (214,4 meter).
Ketika batas bawah merah tercapai, maka aktivitas memompa air dihentikan. Dan jika sudah batas hitam maka itu artinya kerusakan danau sudah parah dan tidak bisa perbaiki lagi.
ADVERTISEMENT
Ketika kami berkunjung ke danau ini pada tahun 2017, danau ini nampak surut airnya. Danau yang memiliki arti penting sebagai tanda zaman ini berada dalam kekeringan yang gawat.
Ada beberapa pendapat yang menyebabkan semakin keringnya danau ini.
Menurut satu pendapat, keringnya danau ini yang telah mencapai titik terendah dalam seratus tahun terakhir adalah karena kekeringan yang berkepanjangan.
Efek dari perubahan iklim diklaim sebagai penyebab utama terjadinya kekeringan yang parah tersebut.
Kekeringan yang dialami Danau Tiberias bukan hanya faktor iklim tetapi juga minimnya curah hujan dan pertumbuhan populasi.
Tetapi studi terbaru menurut Michael L. Wine dkk (5/9/2018) dari Ben-Gurion University menunjukkan bahwa klaim perubahan iklim hanyalah mitos belaka.
ADVERTISEMENT
Menurut studi itu, mengeringya Danau Tiberias di seluruh wilayah yang didiami manusia terjadi karena banyak faktor dan studi sebelumnya tidak tepat mengasosiasikan kekeringan dengan menyusutnya air di danau ini.
Studi itu menunjukkan bahwa penurunan volume air di Danau Tiberias secara konstan diakibatkan karena pengelolaan sumber daya air yang salah dan penggunaan air yang boros.
Faktanya, penggunaan air untuk pertanian dan pengalihan (diversi) aliran sungai adalah penyebab menurunnya volume air.
Selain masalah ekstraksi optimal, permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan sumber daya air adalah alokasi dan distribusi air.
Air dimanfaatkan melalui transformasi, penguapan, penyerapan ke tanah, maupun pendegradasian kualitas air secara langsung (pencemaran).
Kelompok pengguna konsumptif ini memperlakukan sumber daya air sebagai sumber daya tidak terbarukan.
ADVERTISEMENT
Penggunaan air yang konsumptif, antara lain pada rumah tangga, industri, pertanian, dan kehutanan, yang memanfaatkan air melalui proses diversi membuat air surut dengan cepat di Danau Tiberias dan pada gilirannya kesuburan lahan pun menjadi berkurang.
Inilah mengapa kurma baisan, yang terletak tak jauh dari Tiberias, pun diperkirakan tidak akan berbuah lagi.
Dalam upaya untuk mencapai keamanan air, Israel telah membangun fasilitas desalinasi yang per unitnya mencapai US$200 juta.
Rencana ini termasuk memperluas jaringan air, mengurangi memompa dari mata air alami untuk merehabilitasi sungai yang telah mengering, dan bahkan memompa air dalam jumlah besar ke dalam Danau Tiberias.
Upaya ini dilakukan selain untuk mengamankan pasokan air, juga menjamin produksi pertanian Israel, yang diwujudkan dalam Kibbutz (komunitas pertanian) dan Moshav (wilayah perkebunan milik pribadi).
ADVERTISEMENT
Namun desalinasi tidak menyelesaikan segalanya, dan ketika air tanah kekeringan dan Danau Tiberias surut, mau tidak mau tetap harus menghemat air. Itulah mengapa sumber air menjadi penting bagi Israel yang hidup di lahan tandus.
Sumber pangan, energi, dan air menjadi isu geostrategis yang penting.
Misalnya, pada Perang Enam Hari Israel dengan negara-negara Arab tahun 1967 salah satu faktor penyebabnya adalah perebutan sumber air di Dataran Tinggi Golan yang mengandung beberapa sumber air bagi Danau Tiberias.
Kisah Danau Tiberias ini menjadi pesan bagi kita agar hemat menggunakan air meski dari sungai yang mengalir atau cadangan air yang melimpah.
Pengelolaan sumber daya air menjadi kuncinya.
Konsumsi air yang boros dengan menguras sumber air untuk industri dan menunjang pertumbuhan ekonomi, cepat atau lambat, akan menimbulkan permasalahan tidak hanya pencemaran sebagai ekses dari limbah industri, tetapi juga kelangkaan air.
ADVERTISEMENT
Kelangkaan air akan menyebabkan kesuburan lahan petani berkurang dan menyebabkan pertumbuhan produksi pertanian menjadi sulit diharapkan.
Ketahanan pangan pun kemudian menjadi rawan yang dapat memicu kekurangan pangan atau bahkan gizi buruk pada beberapa daerah.
Singkatnya, krisis air dapat memicu kemiskinan, konflik ekologi dan sosial masyarakat.
Indonesia adalah negara dengan sumber daya air yang melimpah , salah satunya didapat dari danau yang tersebar di berbagai pulau.
Danau tak hanya berfungsi sebagai penjaga keseimbangan ekologi, tetapi juga penyedia sumber air baku, protein, mineral, dan energi.
Pengelolaan air yang tidak menghargai air sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa hanya akan menjadikan air menjadi barang komoditi yang diukur dari aspek komersial semata.
ADVERTISEMENT
Padahal pengelolaan air tidak sekedar alokasi air yang merupakan masalah ekonomi, tetapi juga distribusi dan penggunaannya secara hemat dan bertanggung jawab untuk menjaga kualitas air serta ketersediaannya.