Batik Barong Sentuhan Budaya dalam Diplomasi Indonesia - Filipina

Fransisca Dian Putri
Diplomat Muda, Kementerian Luar Negeri
Konten dari Pengguna
19 Juni 2024 8:56 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fransisca Dian Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Diplomasi adalah seni membangun hubungan antar negara yang dilakukan tidak hanya melalui pertemuan formal atau negosiasi politik tetapi juga melalui penghargaan terhadap budaya dan identitas masing-masing negara.
ADVERTISEMENT
Salah satu contoh cemerlang dari penggunaan busana sebagai alat diplomasi yang efektif adalah saat Menlu RI, Retno Marsudi, memakai batik barong dalam pertemuan bilateral antara Indonesia dan Filipina di Istana Malacanang, Manila, pada 10 Januari 2024.
Langkah ini menunjukkan kecerdasan diplomasinya yang luar biasa dalam memanfaatkan busana sebagai sarana untuk memperkuat hubungan antara kedua negara.

Batik barong merupakan hasil akulturasi budaya yang memadukan kekayaan motif batik Indonesia dengan keindahan kain barong Filipina.

Batik barong pertama kali diciptakan oleh pasangan Filipina, Tito Freddy Mercado dan Tita Thel Victorio pada tahun 2007. Awalnya Mercado memvisualisasikan desain batik yang digambar tangan pada tekstil jusi. Tekstil jusi merupakan bahan baku baju barong khas Filipina. Mercado dan Victorio dengan tekun mencari seniman batik yang bisa mewujudkan gagasan mereka. Dibutuhkan beberapa bulan untuk bereksperimen dengan kain dan cetakan sampai berhasil menciptakan karya pertama mereka.
ADVERTISEMENT
Batik barong yang digunakan oleh Menlu RI juga merupakan karya terbaru dari Mercado dan Victorio. Beliau tidak hanya menghargai keindahan busana tersebut tetapi juga menghormati budaya tuan rumah dengan cara yang paling halus.
Menlu RI meyakini bahwa busana bukan hanya sekadar pakaian tetapi sebuah bentuk nyata dari kedekatan antara Indonesia dan Filipina.

Langkah Menlu RI ini memperlihatkan bahwa diplomasi tidak selalu harus dilakukan melalui pertemuan formal atau pernyataan resmi.

Penggunaan busana sebagai alat diplomasi adalah bentuk komunikasi dan representasi visual yang kuat yang dapat membangun ikatan yang lebih dalam antara dua negara.
Komunikasi visual yang dimaksud yaitu dengan memilih batik barong, Menlu RI tidak hanya menunjukkan gestur penghargaan terhadap budaya Filipina tetapi juga memperkuat rasa saling pengertian dan keterhubungan antara Indonesia dan Filipina.
Sedangkan representasi visual menggambarkan bahwa penggunaan batik barong lebih dari sekadar tindakan simbolis semata.
ADVERTISEMENT
Kerja sama dan persahabatan antara Indonesia dan Filipina sangat terwakili secara kuat melalui batik barong. Hal ini sejalan dengan banyaknya pertemuan yang dilakukan antara kedua kepala negara dan tercapainya banyak kesepakatan yang saling menguntungkan bagi kedua negara.
Keberhasilan langkah ini juga dapat dilihat dari respon positif delegasi Filipina terhadap batik barong yang dipakai oleh Menlu RI. Gestur seperti ini memiliki dampak yang jauh lebih besar daripada sekadar sebuah pertemuan formal.
Penggunaan busana menjadi contoh nyata bagaimana kekuatan budaya dapat digunakan untuk membangun hubungan yang kuat antara negara-negara di dunia.
Penggunaan batik barong oleh Menlu RI dalam pertemuan bilateral antara Indonesia dan Filipina bukan hanya sekadar sebuah mode atau style semata tetapi sebuah langkah strategis yang membawa dampak besar dalam diplomasi modern.
ADVERTISEMENT
Hal ini menunjukkan bahwa diplomasi tidak hanya tentang kepentingan politik dan ekonomi tetapi juga tentang apresiasi terhadap budaya dan nilai-nilai yang saling menghormati.
Penggunaan busana sebagai alat diplomasi merupakan sebuah inovasi yang cerdas dan dapat membuka pintu untuk memperkuat hubungan antar negara di masa depan.
Menlu RI mengenakan Batik Barong pada Pertemuan Bilateral Presiden RI dan Presiden Filipina, 10 Januari 2024, source: https://x.com/Menlu_RI/status/1745117952675066123