Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Masyarakat Inggris terhadap Imigran Uni Eropa dalam Peristiwa Brexit
28 Juni 2021 12:26 WIB
·
waktu baca 4 menitDiperbarui 13 Agustus 2021 13:42 WIB
Tulisan dari Fitra Agung Aulia Rahman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Brexit merupakan sebuah peristiwa yang mana Inggris keluar dari Uni Eropa karena kebijakan Uni Eropa yang memfokuskan imigran di Kawasan UE pindah ke Inggris dengan jumlah lebih dari 7,5 juta orang. Bukanlah angka yang sedikit tetapi juga bukanlah angka yang besar yang mana mengingat jumlah penduduk Inggris sudah mencapai 67.141.684 Jiwa di tahun 2018. Brexit merupakan angin segar untuk sebagian masyarakat yang menginginkan ruang gerak lebih terbuka.
ADVERTISEMENT
Masyarakat memiliki banyak reaksi terhadap peristiwa tersebut yang mana memiliki banyak pro kontra. Sebelum Inggris ingin menyatakan untuk keluar dari Uni Eropa. Inggris melakukan referendum yang mana mengajak seluruh masyarakat Inggris memilih terkait apakah keluar dari Uni Eropa atau menetap di Uni Eropa.
Yang berakhir dengan terpilihnya pilihan mayoritas yaitu untuk keluar dari Uni Eropa yang mana dinilai lebih baik dan akhirnya Inggris tidak perlu lagi tunduk terhadap kebijakan Uni Eropa.
Dalam kebijakan yang diterapkan Uni Eropa, imigran berhak mendapat kesempatan yang sama dengan masyarakat di negara penerima, baik dalam hal akses pekerjaan, fasilitas umum milik negara penerima, kesehatan, pendidikan, dan tempat tinggal. Hal ini lantas menimbulkan kecemburuan sosial tersendiri bagi masyarakat Inggris.
ADVERTISEMENT
Akibatnya, pada 23 Juni 2016, kelompok-kelompok pendukung Brexit mengadakan referendum agar masyarakat Inggris dapat memilih apakah Inggris tetap berada dalam Uni Eropa atau keluar dari keanggotaan Uni Eropa. Hasilnya, sebagian besar masyarakat Inggris memilih Brexit.
Sebagian dari masyarakat lokal memiliki keyakinan bahwa semakin banyak imigran maka semakin banyak juga aksi kriminalitas yang mana merupakan berasal dari para imigran oleh karena itu peristiwa Brexit merupakan peristiwa yang sangat penting untuk Inggris yang mana mereka meyakini ialah pasca Brexit akan lebih mudah untuk mengatur jumlah para imigran juga melakukan seleksi ketat agar tindakan kriminalitas memiliki risiko yang lebih kecil. Reaksi masyarakat terhadap ini cukup bervariasi baik dari pihak pro maupun dari kontra.
ADVERTISEMENT
Masyarakat lokal takut akan jumlah Imigran yang sangat banyak tersebut akan memiliki efek kepada nilai-nilai nenek moyang mereka baik dari identitas nasional maupun paham-paham dan ideologi mereka mengingat para imigran merupakan berasal dari banyak negara yang berbeda baik dari Eropa sendiri maupun dari Timur Tengah.
Terjadi Rasisme terhadap Imigran merupakan hal yang tidak bisa terelakkan pasca Brexit baik Imigran dari Uni Eropa maupun kepada seluruh kalangan Imigran. Muslim juga termasuk kena imbas.
Tell MAMA (Measuring anti-muslim Attacks) adalah organisasi yang didirikan pada 2012 yang memantau kejahatan kebencian dan rasisme terhadap Muslim di Inggris Raya dan mendukung para korban dalam hak-hak mereka. Tell MAMA melaporkan bahwa insiden Islamofobia meningkat 475% sehari setelah referendum pada 24 Juni 2016 saja.
ADVERTISEMENT
reaksi-reaksi lain tetapi juga berbau rasis secara terang-terangan diperlihatkan pasca Brexit seakan-akan ini merupakan kebencian terpendam sejak lama dan setelah ada kesempatan mereka keluarkan secara membabi buta tanpa mengenal tempat maupun waktu. Salah satunya ialah terjadi penyerangan terhadap salah satu masjid di Universitas Newcastle bertempat di timur laut inggris. Lokasi tepatnya ada di Newcastle Upon Tyne NE1 7RU, Inggris yang mana mendadak Terjadi penyerangan oleh sekelompok orang tidak dikenal pada Jumat 24 Juni 2016 sekira pukul 22.00 waktu setempat (Jumat 25 Juni 2016 sekira pukul 04.00 WIB).
Dilihat lagi dari sisi imigran sendiri. Brexit merupakan ancaman yang jelas untuk keberadaan mereka dikarenakan seperangkat kebijakan akan mereka dapatkan pasca Brexit yang mana kebijakan dan peraturan tersebut cukuplah sulit untuk para imigran yang memiliki skill pas-pasan karena jika tidak sesuai standar yang ditetapkan maka dengan cepat mereka akan dipulangkan.
ADVERTISEMENT
Dan tidak hanya tekanan dari pemerintah tetapi tekanan dari masyarakat lokal cukuplah berat untuk ditahan. Selebaran, brosur, poster maupun kartu-kartu yang bertuliskan ujaran-ujaran kebencian cukup membuat stres dan terkadang ada bentrokan fisik maupun hinaan secara verbal.
Akan tetapi tentunya masyarakat Inggris yang baik cukup banyak kok. Baik dukungan secara langsung maupun tidak langsung baik dari masyarakat itu sendiri maupun pemerintah ataupun kepolisian cukup banyak membantu bagi imigran agar imigran tetap bisa hidup dengan baik.
Terlebih lagi Inggris merupakan negara yang menjunjung tinggi hak asasi manusia. Dan terkait alasan apa pun, Rasisme adalah budaya setan yang tidak ada gunanya yang mana semuanya memiliki penyelesaian yang benar tanpa perlu perkelahian, hinaan maupun pengrusakan yang tidak memiliki nilai gunanya.
ADVERTISEMENT
Referensi
Agrerasi Antara. Buntut Brexit, Masjid Kampus Inggris Dirusak saat Maghrib. https://news.okezone.com/read/2016/06/28/18/1427451/buntut-brexit-masjid-kampus-inggris-dirusak-saat-maghrib. Diakses pada 28/06/2021.
Nina Locher. Brexit: Rassismus gegenüber Muslimen und Musliminnen in Großbritannien. https://www.boell.de/de/2019/04/23/brexit-rassismus-gegenueber-musliminnen-grossbritannien. Diakses pada 28/06/2021.
Sherin, Virginia dan Hardi Alunaza SD. 2018. Pengaruh British Exit (Brexit) Terhadap Kebijakan Pemerintah Inggris Terkait Masalah Imigran. Intermestic: Journal of International Studies. 2(2), 157-169.
Worldmater. U.K. Population (Live). https://www.worldometers.info/world-population/uk-population/. Diakses pada 28/06/2021.