Konten dari Pengguna

Pentingnya Sinematografi dalam Inglorious Basterds, Karya Seni Quentin Tarantino

Ignatius Fridolin
Mahasiswa Sastra Inggris & Editor Jurnal LPPM Universitas Sanata Dharma
2 Januari 2025 7:44 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ignatius Fridolin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Babak 4 dalam Inglorious Basterds karya Quentin Tarantino memiliki sinematografi yang brilian dan menawan. Semuanya diatur dengan tujuan menarasikan cerita secara teratur dan detail.

ADVERTISEMENT
Sinematografi film menjadi elemen paling krusial dalam membangun plot cerita dan identitas suatu film. Secara sederhana, sinematografi adalah semua elemen yang ditampilkan pada layar dan bagaimana elemen tersebut mampu menyampaikan narasi cerita dan penyampaian emosi atau intensitas cerita. Sinematografi meliputi komposisi frame atau susunan adegan yang ditampilkan, pencahayaan, warna, pergerakan kamera, termasuk pula properti seperti pakaian ataupun benda-benda di sekitar karakter.
ADVERTISEMENT
Dalam adegan film Inglorious Basterds karya Quentin Tarantino, tepatnya pada babak 4, menampilkan sinematografi yang brilian. Adegan yang bertempat di sebuah bar bawah tanah Jerman ini diproduksi dengan sangat kreatif oleh Tarantino dan kru produksinya. Beberapa sinematografi brilian tersebut nampak dalam beberapa adegan berikut,
Setelah Aldo Reine (Brad Pitt) dan bawahannya mengetahui mereka akan dibantu seorang mata-mata berwarganegara Jerman, mereka pun menyusun rencana untuk bertemu orang tersebut. Lokasi pertemuan yang disepakati adalah sebuah bar bawah tanah Jerman. Para basterd yang menyamar menjadi perwira Jerman adalah Archie Hicox (Michael Fassbender), Stiglitz (Til Schweiger) dan Butz (Sonke Mohring). Pada akhir adegan, penonton mengetahui siapakah mata-mata tersebut, dia adalah Bridget. Ada beberapa indikasi yang terungkap dalam sinematografi adegan tersebut yang bila diperhatikan seksama, telah menunjukan siapakah sang mata-mata sekutu dan nasib sang mata-mata kedepannya.
ADVERTISEMENT
Di bar bawah tanah, enam orang pelanggan sedang duduk sambil bercanda ria satu sama lain. Ada empat orang laki-laki dengan seragam tentara Jerman dan dua orang perempuan dengan setelan putih sedang yang satunya berbaju coklat dan bertopi. Sebagai penonton, tidak ada yang tahu siapa mata-mata dari keenam tokoh tersebut. Bila memperhatikan lebih detail, properti dan unsur sinematorgrafi lainnya telah menunjukan tokoh mana yang menjadi mata-mata pasukan sekutu. Wanita berbaju coklat selalu ditempatkan di tengah frame. Hanya wanita itu yang menggunakan topi. Ketika mereka semua hendak bersulang, hanya wanita yang sama itu lah yang minum dari gelas kecil sedangkan kelima orang lainnya minum dari gelas alumunium besar. Gelas kecil tersebut menunjukan status sosialnya yang lebih tinggi dan terhormat dibanding kelima orang lainnya.
Posisi Bridget berada di tengah (Foto: penulis)
Adegan Bridget minum dengan gelas kecil (Foto: penulis)
ADVERTISEMENT
Setelah saling tembak para Basterds dan tentara Jerman, Bridget yang tertembak di kaki ditolong oleh Aldo Reine. Di bar tersebut, Bridget melepaskan sepatu kulit coklatnya. Sepatu inilah yang digunakan perwira Jerman, Hans Landa (Christoph Waltz) untuk mengidentifikasi siapakah mata-mata tersebut. Pada adegan bar, tepat sesaat setelah kedatangan para Basterds yang menyamar, kamera memfokuskan pada kaki Bridget dan sepatunya. Hal ini mungkin dimaksudkan agar penonton menyadari sepatu kulit coklat Bridget itulah yang menjadi properti penting kedepannya. Terbuktilah pada babak berikutnya, Hans Landa dengan teliti mampu mengidentifikasi Bridget sebagai mata-mata karena sepatunya yang tertinggal.
Kamera menunjukan sepatu coklat milik Bridget secara close-up (Foto: Penulis)
Seperti sepatu bridget, saputangan sersan Wilhelm menjadi properti penting yang turut membantu Hans Landa mengidentifikasi Bridget sebagai mata-mata. Saputangan tersebut termuat tanda tangan Bridget dan bekas lipstik merah Bridget. Pada adegan bar, ketika Bridget sedang berbincang bersama para Basterds, sersan Wilhelm yang mabuk menyela pembicaraan lalu meminta tanda tangan Bridget. Para basterds yang sedang menyamar sebagai perwira Jerman pun marah pada Wilhelm. Bridget yang mencoba melerai langsung memberikan sapu tangan berisi tanda tangan dan cap merah lipstiknya. Penonton munkin berpikir, adegan tersebut sekadar sikap seniorisme dan sikap hormat. Lebih dari itu, merahnya para basterds pada Wilhelm secara tidak langsung membuka penyamaran mereka. Aksen yang diucapkan para basterds mencurigakan. Selain itu, saputangan tersebut pun menjadi elemen penting kedepannya dalam menarasikan plot cerita. Dengan itulah, Hans Landa menemukan Bridget sebagai mata-mata.
Adegan Bridget menandatangani saputangan (Foto: Penulis)
ADVERTISEMENT
Setelah seorang prajurit Jerman yang mabuk curiga pada aksen Letnan Archie Hicox (Michael Fassbender), penonton dikejutkan dengan kehadiran seorang perwira Jerman dari balik tembok bar, tepat dibelakang meja bar para tentara Jerman yang mabuk. Pria tersebut adalah Major Hellstrom (August Diehl). Bila memperhatikan sinematografinya dengan seksama, keberadaan Hellstrom sejatinya telah ditunjukan sejak awal adegan bar tersebut. Bila penonton jelih, ada beberapa indikasi yang menunjukan keberadaan Hellstrom.
Eric (Christian Berkel) sang penjaga bar tengah mengantarkan sebuah gelas besar whiskey. Tidak ada yang tahu gelas tersebut untuk siapa sebab sudut pandang kamera hanya menyoroti keenam orang yang sedang bercanda ria. Kemungkinan besar, penonton pun tidak menyadari adegan tersebut sebagai indikasi ada orang lain di bar tersebut selain yang enam orang yang ada di layar.
ADVERTISEMENT
Adegan Eric mengantar sebuag gelas berisi whiskey (Foto: Penulis)
Ketika para Basterds datang dengan penyamaran sebagai perwira Jerman, Bridget memberitahu Eric perihal para perwira tersebut. Bila diperhatikan seksama, Eric tidak berada pada meja bar, melainkan baru saja datang dari balik tembok bar. Selain itu, Eric tidak sedang membawa gelas whiskey seperti pada adegan sebelumnya. Ini adalah indikasi bahwa ada orang lain yang dilayani Eric. Sebab itulah, penonton tidak melihat gelas whiskey tadi dan Eric yang tidak berada pada meja bar.
Adegan Bridget yang memberitahu Eric soal kedatangan para perwira Jerman. Eric tampak tidak memegang gelas dan baru saja muncul dari balik tembok (Foto: Penulis)
Setelah Wilhelm yang mabuk mencurigai aksen Archie, Stiglitz dengan keras menyuruh para prajurit lain untuk membopong Wilhelm yang mabuk. Kamera dengan sudut pandang dari tembok lalu berfokus pada area yang lebih luas secara perlahan (zoom out), menunjukan seorang perwira Jerman yang sedari tadi mendengar percakapan mereka. Para basterds tentu tidak mengetahui keberadaan Hellstrom. Perpindahan kamera dengan zoom out untuk menunjukan keberadaan Hellstrom membuat adegan ini menjadi brilian.
Kamera melakukan zoom out untuk menunjukan posisi Hellstrom (Foto: Penulis)
Sesaat sebelum kamera yang zoom out menunjukan keberadaan Hellstrom di balik tembok (Foto: Penulis)
ADVERTISEMENT
Hellstrom adalah tokoh penting, bukan hanya karena ia mendengar semua percakapan para Basterds dengan Wilhelm, tapi sinematografi yang ada menonjolkan hal tersebut. Hellstrom yang telah beranjak dari kursinya, keluar, berjalan ke arah para basterds. Pada adegan ini, posisi Hellstrom ada pada tengah kamera dengan posisi yang tinggi. Ada bayangan cahaya dibelakang Hellstrom yang menyorotinya.
Ketika Hellstrom mulai menginterogasi para Basterds, posisi Hellstrom lebih tinggi dari para basterds yang semuanya memandang pada Hellstrom. Cahaya, posisi, dan ketinggihan, semua elemen sinematografi menunjukan Hellstrom sebagai tokoh penting.
Posisi Hellstrom yang ada di tengah kamera (Foto: Penulis)
Posisi Hellstrom yang lebih tinggi dibanding karakter lainnya membuatnya terlihat dominan dan penting (Foto: Penulis)
ADVERTISEMENT
Ketika Hellstrom dengan rasa curiganya mulai menginterogasi para Basterds, dia justru mengajak mereka bermain game sedari tadi dimainkan para prajurit bersama Bridget sebelum kedatangan para Basterds. Permainannya simpel. Orang tersebut harus menebak siapa orang yang tertulis pada kartu yang tertempel pada dahi. Bukannya mencairkan suasana, pertanyaan Hellstrom pada para Basterds justru meningkatkan intensitas cerita. Hellstrom bertanya, "Am I German?" (Apakah aku orang Jerman?). Pertanyaan Hellstrom membuat intensitas cerita menjadi tegang.
Adegan Hellstrom bertanya pada para Basterds (Foto: Penulis)
ADVERTISEMENT
Pada akhir adegan, penyamaran para basterds terbongkar dan mereka pun harus beradu senjata dengan para tentara Jerman dalam bar tersebut. Yang perlu diacungi jempol adalah bagaimana Tarantino dan staf produksinya mengemas sinematrografi yang menarasikan penyebab terbongkarnya penyamaran tersebut.
Seorang prajurit Jerman yang mabuk, Wilhelm tidak sengaja memancing Archie Hicox yang tengah menyamar berbicara panjang lebar dan memarahinya. Aksen tersebut terdengar aneh di telinga orang-orang Jerman. Ironisnya, Wilhelm yang mabuk pun dapat mengenali keanehan aksen tersebut dan lalu mencurigai Archie.
Adegan Wilhelm mencurigai Archie Hicox karena aksennya (Foto: Penulis)
Kecurigaan Hellstrom terhadap para Basterds akhirnya berakhir ketika Archie meminta Eric sang penjaga bar untuk mengambil tiga gelas whiskey. Pada adegan ini, Archie mengacungkan tiga jarinya, jari telunjuk, tengah, dan manis. Bagi orang Jerman, tidak menggunakan ibu jari untuk indikasi angka adalah hal yang tak lumrah. Biasanya orang Jerman akan menggunakan ibu jari, telunjuk, dan jari tengah. Hellstrom yang melihat itu hanya diam sambil memandang Archie. Dengan demikian, Hellstrom dengan yakin percaya, ketiga perwira yang dilihatnya adalah mata-mata.
Adegan Archie Hicox mengacungkan tiga jari yang langsung ditatap oleh Hellstrom. Orang Jerman biasanya menggunakan Ibu Jari untuk merujuk hitungan satu, bukan jari telunjuk. Demikian, penyamaran Archie dan para Basterds terbongkar (Foto: Penulis)
Sinematografi pada adegan bar di Babak 4 "Operation Kino" menjadi elemen brilian dalam menarasikan cerita secara teratur dan detail. Pada adegan itulah, Tarantino menambahkan detail-detail kecil yang kerap dilupakan penonton yang justru memainkan peran yang vital.
ADVERTISEMENT