Blue Lives Matter: Gerakan Tandingan dari Black Lives Matter

Frisca Alexandra
Dosen Program Studi Hubungan Internasional Universitas Mulawarman
Konten dari Pengguna
25 Juli 2023 19:04 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Frisca Alexandra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Petugas polisi berdiri dengan bendera 'Blue Lives Matter' selama upacara pemakaman Jason Rivera di Katedral St. Patrick di wilayah Manhattan, New York City, AS , Jumat (28/1/2022). Foto: Jeenah Moon/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Petugas polisi berdiri dengan bendera 'Blue Lives Matter' selama upacara pemakaman Jason Rivera di Katedral St. Patrick di wilayah Manhattan, New York City, AS , Jumat (28/1/2022). Foto: Jeenah Moon/REUTERS
ADVERTISEMENT
Bagi mayoritas masyarakat internasional, slogan Black Lives Matter terasa begitu familiar bahkan makna serta misi yang diusung oleh gerakan Black Lives Matter mampu beresonansi hingga ke beberapa negara lainnya di dunia seperti Brazil, Jerman, Inggris, Australia, Korea Selatan hingga Hong Kong. Gerakan Black Lives Matter merupakan sebuah gerakan aksi protes anti rasisme yang kerap terjadi pada masyarakat Afrika-Amerika.
ADVERTISEMENT
Gerakan Black Lives Matter dibentuk dengan tujuan untuk melindungi hak-hak hidup masyarakat Afrika-Amerika. Gerakan ini terbentuk pada bulan Juli tahun 2013 sebagai reaksi atas kematian seorang warga Afrika-Amerika bernama Trayvon Martin yang tewas tertembak pada bulan Februari 2012.
Semenjak dibentuk pada tahun 2013, perjuangan gerakan Black Lives Matter masih jauh dari kata usai. Awal tahun 2020, gerakan Black Lives Matter kembali menjadi perbincangan dunia internasional setelah sejumlah gelombang protes dilakukan di tengah pandemi covid-19 sebagai reaksi atas kematian George Floyd.
Sampai dengan bulan September tahun 2020, sejumlah aksi protes Black Lives Matter masih berlangsung di Amerika Serikat bahkan pada 12 September 2020, aksi protes Black Lives Matter di New Mexico berakhir ricuh ketika gerakan Blue Lives Matter ikut turun ke jalan dalam aksi protes tersebut. Kedua kelompok ini kemudian terlibat adu argumen dan memaksa pihak kepolisian New Mexico untuk memisahkan kedua kelompok tersebut.
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan gerakan Black Lives Matter, gerakan Blue Lives Matter masih terasa asing bagi sebagian besar masyarakat internasional. Apa sesungguhnya gerakan Blue Lives Matter? Apakah gerakan Blue Lives Matter membawa pesan hak asasi manusia layaknya Black Lives Matter? ataukah gerakan ini merupakan cerminan dari rasisme serta perlawanan terhadap gerakan Black Lives Matter?

Apa itu gerakan Blue Lives Matter?

Blue Lives Matter adalah sebuah gerakan sosial yang dibentuk pada tahun 2014 atau satu tahun setelah gerakan Black Lives Matter terbentuk. Banyak pihak yang mengeklaim bahwa gerakan Blue Lives Matter merupakan gerakan tandingan dari Black Lives Matter, dan hal ini memang tidak keliru.
Blue Lives Matter dibentuk sebagai reaksi atas kematian dua petugas kepolisian kota New York pada bulan Desember 2014 yakni Rafael Ramos dan Wenjian Liu ketika sedang bertugas. Kematian Ramos dan juga Liu dipercaya sebagai aksi balas dendam yang dilakukan oleh simpatisan gerakan Black Lives Matter yang menuntut keadilan atas kematian Eric Garner dan Michael Brown yang tewas karena aksi kekerasan yang dilakukan oleh oknum kepolisian pada bulan Juli dan juga Agustus 2014.
ADVERTISEMENT
Kematian Ramos dan juga Liu memicu anggota kepolisian Amerika yang masih aktif maupun yang telah pensiun untuk membentuk sebuah gerakan sosial yang bertujuan untuk melindungi hak asasi petugas kepolisian di Amerika Serikat. Gerakan Blue Lives Matter percaya bahwa siapa pun yang terbukti membunuh petugas kepolisian di Amerika Serikat maka harus dihukum pidana berdasarkan hate crime.
Gerakan Blue Lives Matter percaya bahwa gerakan Black Lives Matter telah menggiring opini yang tidak benar terhadap petugas kepolisian di Amerika. Oknum kepolisian di Amerika digambarkan sebagai orang-orang yang rasis dan oleh karenanya mereka dapat menyalahgunakan kekuasaannya untuk menyakiti masyarakat Afrika-Amerika. Hal inilah yang ditentang oleh gerakan Blue Lives Matter.
Gerakan ini semakin lantang bersuara di tahun 2020, hal ini tidak terlepas dari maraknya aksi protes Black Lives Matter yang terjadi di Amerika Serikat sebagai reaksi atas kematian George Floyd dan juga Breonna Taylor. Gerakan Black Lives Matter tidak hanya menuntut keadilan atas kematian Floyd dan juga Taylor, gerakan ini juga dengan lantang menuntut pembubaran institusi kepolisian di Amerika Serikat. Tuntutan pembubaran institusi kepolisian Amerika Serikat inilah yang menyebabkan gesekan antara gerakan Blue Lives Matter dan juga Black Lives Matter.
ADVERTISEMENT
Meskipun kedua gerakan ini kerap kali terlibat dalam gesekan opini yang berbeda, namun apabila ditelaah secara lebih objektif, kedua gerakan ini memiliki persamaan, yakni sama-sama memperjuangkan isu hak asasi manusia. Gerakan Black Lives Matter memperjuangkan hak asasi manusia masyarakat Afrika-Amerika atas segala bentuk rasisme serta kekerasan yang berujung pada hilangnya nyawa masyarakat Afrika-Amerika sementara gerakan Blue Lives Matter memperjuangkan hak asasi manusia atas oknum polisi di Amerika Serikat.
Tanda jalan Black Lives Matter Plaza terlihat di dekat Gereja Episkopal St. John di Washington, AS. Foto: REUTERS/Carlos Barria
Lahirnya kedua gerakan ini sesungguhnya tidak terlepas dari sejarah panjang bangsa Amerika itu sendiri. Masyarakat Afrika-Amerika secara sederhana dapat dikatakan sebagai masyarakat kelas dua di Amerika. Dahulu, masyarakat Afrika-Amerika dijadikan budak oleh tuan-tuan tanah yang merupakan orang kulit putih.
Tahun 1865, perbudakan di Amerika resmi dihapuskan namun bukan berarti rasisme terhadap masyarakat Afrika-Amerika juga tidak terjadi. Faktanya, sikap rasis terhadap masyarakat Afrika-Amerika masih mengakar kuat dalam pemikiran-pemikiran orang-orang kulit putih di Amerika, tidak hanya itu, pandangan yang mempertalikan kriminalitas dengan warna kulit juga mengakar kuat.
ADVERTISEMENT
Dalam pandangan orang-orang kulit putih, masyarakat Afrika-Amerika kerap kali dianggap sebagai orang-orang bodoh dan barbar, sehingga bukanlah sesuatu hal yang mengejutkan apabila mereka kerap kali melakukan tindak kriminal. Pandangan orang-orang kulit putih yang kurang tepat inilah yang menginspirasi Harper Lee untuk membuat sebuah novel fenomenal yang berjudul To Kill A Mockingbird.
Dalam novel yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1960 tersebut, diceritakan seorang pengacara bernama Atticus Finch yang membela seorang pemuda Afrika-Amerika yang dituduh telah memperkosa seorang gadis kulit putih. Frederick Douglas dalam National Convention of Colored Men di Louisville, Kentucky Tahun 1883, mengatakan bahwa orang-orang kulit putih kerap menghitamkan wajah mereka ketika melakukan kejahatan, tujuannya adalah agar kelak masyarakat Afrika-Amerika dapat dituduh bersalah dan menerima hukuman tanpa perlu disokong saksi ataupun bukti yang kuat.
ADVERTISEMENT
Kriminalisasi secara sepihak terhadap masyarakat Afrika-Amerika ini kerap kali dilanggengkan oleh institusi kepolisian di Amerika. Institusi kepolisian di Amerika nampak sepakat dengan pandangan yang telah mengakar kuat bahwa masyarakat Afrika-Amerika lekat dengan tindak kejahatan. Hal ini berimplikasi pada tingginya angka kekerasan terhadap masyarakat Afrika-Amerika yang dilakukan oleh kepolisian Amerika. Dengan kata lain, Institusi kepolisian di Amerika nyatanya hanya mampu memberi “rasa aman” dan “keadilan” yang telah disesuaikan dengan perspektif orang-orang kulit putih.
Bagi sejumlah akademisi di Amerika Serikat, bukanlah hal yang mengejutkan apabila kini aktivis Afrika-Amerika menuntut pembubaran institusi kepolisian Amerika. Para aktivis tersebut percaya bahwa pembubaran institusi adalah satu-satunya langkah solutif dalam mengurangi kekerasan yang dilakukan oleh oknum kepolisian terhadap masyarakat Afrika-Amerika.
ADVERTISEMENT
Praktis saat ini, pandangan anti-polisi semakin lugas disuarakan. Hal inilah yang memicu gerakan Blue Lives Matter turut bersuara dengan lantang. Gerakan Blue Lives Matter percaya bahwa masih banyak polisi-polisi di Amerika yang tidak rasis dan menjalankan tugasnya dengan baik dan benar. Pandangan anti-polisi hingga tuntutan pembubaran institusi kepolisian Amerika Serikat hanya akan merugikan polisi-polisi baik tersebut.
Tuntutan pembubaran institusi kepolisian Amerika Serikat memang dirasa cukup utopis namun hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Afrika-Amerika membutuhkan perubahan nyata dari sebuah sistem yang telah mengakar kuat dalam sepanjang sejarah bangsa Amerika.
Gesekan antara gerakan Black Lives Matter dan Blue Lives Matter akan terus mewarnai kehidupan sosial masyarakat Amerika apabila perubahan sistem tidak kunjung jua dilakukan. Sudah saatnya pemerintah Amerika mengambil langkah-langkah reformis untuk lebih memanusiakan peran kepolisian Amerika di tengah masyarakat terutama masyarakat Afrika-Amerika dan juga kelompok masyarakat minoritas lainnya, alih-alih mempercanggih persenjataan polisi.
ADVERTISEMENT