Konten dari Pengguna

Efek Kemacetan di Jl. Lengkong Karya terhadap Kualitas Hidup masyarakat

Frisca Nabila Rivai
Mahasiswa Universitas Pembangunan Jaya
25 Oktober 2024 12:07 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Frisca Nabila Rivai tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kemacetan lalu lintas merupakan salah satu isu yang paling sering dihadapi, khususnya di kota-kota besar (Puspitaningrum et al. 2024). Menurut Salean dan Hadyan (2019) (sebagaimana dikutip dalam Puspitaningrum et al. 2024), mengatakan bahwa kemacetan lalu lintas cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya mobilitas pengguna transportasi. Di kota-kota besar Indonesia, masalah kemacetan biasanya muncul karena permintaan transportasi lebih tinggi dibandingkan kapasitas infrastruktur yang tersedia, atau infrastruktur tersebut tidak berfungsi dengan optimal (Puspitaningrum et al. 2024). Kemacetan lalu lintas umumnya terjadi di area dengan intensitas aktivitas, penggunaan lahan, dan jumlah penduduk yang sangat tinggi. Kondisi ini sering kali disebabkan oleh tingginya volume lalu lintas, yang merupakan hasil dari interaksi lalu lintas yang terus menerus terjadi (through traffic) (Mustikarani & Suherdiyanto 2016).
Kemacetan lalu lintas. sumber : penulis
zoom-in-whitePerbesar
Kemacetan lalu lintas. sumber : penulis
Menurut Steg & Groot (2019) stres lingkungan dapat terjadi ketika seseorang merasa bahwa tuntutan yang diberikan oleh lingkungan melebihi kemampuan mereka untuk mengatasinya. Dalam hal ini, kemacetan lalu lintas dapat dianggap sebagai salah satu bentuk stres lingkungan karena situasi tersebut sering kali menempatkan individu dalam kondisi yang tidak nyaman, penuh ketidakpastian, dan terkadang menyebabkan rasa tidak berdaya (Steg & Groot 2019). Tingkat kemacetan lalu lintas yang tinggi dapat meningkatkan stres fisik dan mental individu. Dampak stres ini dapat merugikan kesehatan, seperti mengubah fungsi sitem kekebalan, meningkatkan respons kardiovaskular, dan memicu perubahan reaksi peradangan (Steg & Groot 2019). Dampaknya pun akan meluas, mempengaruhi kondisi psikologis masyarakat yang tinggal di sekitar area tersebut (Mustikarani & Suherdiyanto 2016). Salah satu dampak bagi masyarakat adalah kebisingan dari kendaraan bermotor dan polusi udara.
ADVERTISEMENT
Sementara, menurut Hanurawan (2024), salah satu aspek yang sering diabaikan adalah bagaimana kemacetan dapat mempengaruhi hubungan sosial. Individu yang terlalu banyak menghabiskan waktu dalam perjalanan memiliki waktu yang lebih sedikit untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, sehingga potensi dukungan sosial yang diterima juga menurun. Hal ini dapat memperburuk efek dari stres lingkungan, karena dukungan sosial memainkan peran penting dalam mengurangi tingkat stres.
Seperti di Jalan lengkong Wetan dan Jelupang Raya, Serpong Utara, Kota Tangerang Selatan, kemacetan terjadi setiap hari akibat kendaraan pribadi yang digunakan untuk antar-jemput siswa sekolah. Jalan ini juga digunakan oleh pengendara lain yang hendak bekerja atau melakukan aktivitas lain, sehingga menyebabkan kapadatan lalu lintas. Akibatnya, banyak kendaraan yang memilih melewati jalan-jalan di area pemukiman warga, yang mengakibatkan kebisingan dan polusi udara di lingkungan tersebut. (Steg & Groot 2019) menyatakan bahwa persepsi terhadap kebisingan dipengaruhi oleh faktor psikologis dan fisik, seperti ketidaknyamanan serta intensitas suara. Suara yang keras, tidak terduga, dan sulit dikendalikan dapat memicu reaksi negatif, termasuk rasa terganggu dan iritasi. Menurut Bechtel & Churchman (2002) kebisingan tidak hanya mengganggu, tetapi juga bisa berbahaya bagi kesehatan. Beberapa studi menunjukkan bahwa kebisingan berdampak negatif pada kesehatan fisik, terutama bagi pekerja di lingkungan yang berisik dan orang yang tinggal di lingkungan yang terkena dampak suara bising dari jalan raya, rel kereta api, dan bandara di dekatnya. Selain kebisingan, dampak dari kemacetan adalah pencemaran udara dan dampak negatif dari kemacetan ini dapat diatasi dengan berbagai strategi.
ADVERTISEMENT
Kusuma (2013) mengatakan bahwa untuk mengurangi polusi udara, diperlukan pengaturan lalu lintas yang baik, pemasangan rambu-rambu, serta penegakan hukum yang tegas terhadap pelanggaran berkendara. Sedangkan, menurut Steg & Groot (2019) tanaman dan pohon mampu menyerap polutan dari udara, meningkatkan kelembapan, dan menurunkan suhu melalui keteduhan. Selain itu, mereka mengeluarkan phytoncides, yaitu minyak esensial yang melindungi dari hama, jamur, dan bakteri. Menghirup phytoncides serta zat alami lainnya, seperti ion udara negatif, diketahui bermanfaat bagi kesehatan fisik dan mental manusia. Selain itu, pemerintah setempat dapat meningkatkan kualitas tranportasi publik, menurut Widhiastuti, Syafriadi & Arena (2023) transportasi publik dapat mengurangi kemacetan lalu lintas. Peningkatan ruang hijau dan penanaman pohon di daerah pemukiman warga dapat mengurangi polusi udara dan memberikan penghalang suara alami untuk meredam kebisingan.
ADVERTISEMENT
Dapat disimpulkan, kemacetan lalu lintas di Jl. Lengkong Karya memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap kualitas hidup masyarakat. Tidak hanya dapat memengaruhi fisik dan mental, kemacetan juga bisa memengaruhi interaksi sosial dan ekonomi warga setempat. Dengan adanya langkah-langkah pencegahan yang tepat, diharapkan dapat mengurangi efek negatif dari kemacetan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat di sekitar jalan tersebut.
Referensi :
Bechtel, R.B. & Churchman, A., 2002, Handbook of Environmental Psychology, John Wiley & Sons, Inc., New York.
Hanurawan, F., 2024, Psikologi lingkungan, Imprint PT. Literindo Berkah Jaya, Malang.
Kusuma, Y., 2013, ‘Pengaruh bahan bakar pada aktivitas trasportasi terhadap pencemaran udara’, SIGMA-Mu, 5(1).
Mustikarani, W. & Suherdiyanto, 2016, ‘Analisis faktor-faktor penyebab kemacetan lalu lintas di sepanjang jalan h rais a rahman (sui jawi) kota Pontianak’, Jurnal Edukasi, 14(1).
ADVERTISEMENT
Puspitaningrum, F.A., Setianingsih, D., Lawangga, D.R., Almira, B.T., Fajar, M.N. & Al-Viqri, M.K., 2024, ‘Identifikasi solusi untuk kemacetan pada jaringan transportasi perkotaan’.
Steg, L. & Groot, J.I.M. De, 2019, Environmental psychology, 2nd edn., John Wiley & Sons, Inc.
Widhiastuti, R., Syafriadi & Arena, A., 2023, ‘Kajian perspektif masyarakat terhadap transportasi publik’, Vokasi : Jurnal Publikasi Ilmiah, 18(1).