Kesehatan Perkotaan: Sanitasi Jakarta Berdampak pada Diare dan Malnutrisi Balita

Friska Ananta Octavia
Mahasiswa Departemen Sosiologi Universitas Brawijaya
Konten dari Pengguna
26 November 2022 14:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Friska Ananta Octavia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pola Permukiman Kumuh dan Padat di DKI Jakarta. Sumber foto: Pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Pola Permukiman Kumuh dan Padat di DKI Jakarta. Sumber foto: Pexels.com
ADVERTISEMENT
Perkotaan merupakan wilayah yang relatif besar dan padat serta memiliki segala fasilitas, seperti pelayanan kesehatan, pendidikan, administrasi pemerintahan, kegiatan ekonomi, dan kegiatan sosial. Masyarakat saat ini lebih memilih untuk menetap di perkotaan karena kota menjamin adanya kelancaran komunikasi, mudahnya transportasi, dan pesatnya sektor ekonomi. Dengan berbagai tawaran kehidupan perkotaan yang menjanjikan menyebabkan masyarakat desa memiliki minat untuk pindah ke wilayah perkotaan. Namun, pernahkah terpikirkan oleh kita bahwa lingkungan fisik perkotaan yang padat dapat menyebabkan permasalahan kesehatan bagi tubuh?
ADVERTISEMENT
Kualitas Lingkungan Fisik di DKI Jakarta
Kota Jakarta merupakan Ibu Kota Indonesia yang ditandai dengan pembangunan dan kemajuan yang pesat di berbagai bidang, seperti pendidikan, ekonomi, administrasi, perdagangan, dan pemerintahan. Kondisi seperti ini menyebabkan Jakarta diminati oleh masyarakat pendatang. Urbanisasi DKI Jakarta berada pada angka yang tinggi karena masyarakat menaruh harapan pada kota besar ini. Mereka berharap Jakarta akan memberikan kehidupan yang jauh lebih baik. Namun, kepadatan penduduk di perkotaan akan memberikan pengaruh terhadap timbulnya permasalahan sosial dan permasalahan kesehatan.
Persaingan pekerjaan di Jakarta sangat sulit, minimnya lapangan pekerjaan tidak bisa menampung semua masyarakat Jakarta. Masyarakat urban yang datang ke Jakarta, tetapi tidak memiliki keahlian dan pendidikan yang cukup baik maka mereka tidak dapat bersaing dalam dunia kerja dan menyebabkan kondisi ekonomi mereka tidak stabil. Bagi masyarakat yang memiliki kemampuan ekonomi rendah, memiliki rumah di Jakarta hanyalah angan-angan belaka. Mereka terpaksa membangun rumah secara ilegal di wilayah tertentu atau dikenal dengan permukiman kumuh. Tak heran jika di Jakarta masih sering kita jumpai bangunan-bangunan liar di tepi sungai dan di pinggir rel kereta api.
ADVERTISEMENT
Permukiman kumuh cenderung tidak memiliki kualitas sanitasi yang baik, sehingga akan menimbulkan berbagai permasalahan kesehatan. Pola permukiman kumuh dan sanitasi yang tidak layak dapat kita lihat di wilayah Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur. Ratusan rumah di Kecamatan Ciracas masih belum memiliki fasilitas septic tank. Mereka melakukan pembuangan kotoran manusia langsung ke kali. Sanitasi berkaitan erat dengan aspek kesehatan lingkungan masyarakat. Kualitas sanitasi yang baik akan memberikan dampak kesehatan yang baik bagi manusia, tetapi sanitasi yang buruk akan berpengaruh terhadap munculnya berbagai jenis penyakit, seperti diare, penyakit yang berkaitan dengan pernapasan, hingga gizi buruk pada seorang anak.
Selain permasalahan minimnya fasilitas septic tank, kualitas air bersih di DKI Jakarta juga menjadi persoalan yang berkaitan dengan kesehatan. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengatakan bahwa 80 persen air tanah di wilayah Jakarta tidak memenuhi kategori standar dari Menteri Kesehatan. Korban dari buruknya ketersediaan akses air bersih di DKI Jakarta adalah masyarakat marginal atau masyarakat miskin yang berada di permukiman yang tidak layak huni.
ADVERTISEMENT
Dampak Sanitasi: Kasus Diare dan Malnutrisi pada Balita di DKI Jakarta
Sanitasi lingkungan sangat berkaitan dengan fasilitas akses jamban, ketersediaan air bersih, serta kebersihan dan kelayakan dari kamar mandi. Tersedianya fasilitas sanitasi yang kurang baik akan menyebabkan mudahnya terkena penyakit diare. Diare yang berkelanjutan akan menyebabkan area krip pada usus halus menjadi tebal. Sementara, vili merupakan tonjolan-tonjolan pada bagian dalam usus halus menjadi datar. Sehingga penyerapan gizi pada tubuh menjadi kurang maksimal dan akan meningkatkan permeabilitas yang mengakibatkan gizi tidak dapat diserap oleh saluran pencernaan. Seberapa banyak makanan yang dikonsumsi anak tidak dapat terserap dan dicerna sehingga anak akan mengalami kekurangan gizi.
Dengan tersedianya akses air bersih maka akan semakin kecil risiko anak menderita kekurangan gizi. Namun, di Jakarta masih terdapat wilayah yang minim air bersih. Air yang tidak bersih menjadi salah faktor pendorong penyakit diare karena air dapat tercemar oleh patogen. Dalam medis istilah patogen merupakan kuman penyebab infeksi. Air yang telah tercemar dengan patogen dapat menyebabkan penyakit menular berbasis lingkungan seperti diare.
ADVERTISEMENT
Kelompok yang rentan terhadap permasalahan gizi adalah remaja, ibu hamil, dan balita. Balita menjadi salah satu kelompok yang rentan terhadap masalah gizi karena balita sedang mengalami siklus pertumbuhan yang sangat cepat. Balita yang berusia 12-59 bulan merupakan kelompok umur yang rawan terhadap gangguan kesehatan dan permasalahan gizi.
Kasus malnutrisi di DKI Jakarta masih tinggi. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Pusat Statistik pada tahun 2020, terdapat sebanyak 6.047 kasus balita menderita gizi buruk di DKI Jakarta. Dengan rincian kasus yang paling tinggi berada di Jakarta Timur sebanyak 1.826 balita. Selanjutnya, Jakarta Barat sebanyak 1.823 balita, Jakarta Pusat sebanyak 989 balita. Setelah itu, Jakarta Selatan ditemukan 803 balita, dan yang terakhir adalah Jakarta Utara sebanyak 498 balita.
ADVERTISEMENT
Aspek Sosiologis terkait Usaha dan Perilaku Individu dalam Kesehatan
Kesehatan dapat dikaji dengan ilmu sosiologi, jika kita meninjau dari aspek sosiologis maka kita akan membahas mengenai keterkaitan antara kesehatan dengan perilaku. Terdapat perilaku yang dapat menunjang serta memelihara kesehatan, dan terdapat perilaku yang dapat membahayakan kesehatan. Perilaku kesehatan mengarah kepada tindakan atau langkah yang diambil oleh individu, kelompok masyarakat, maupun organisasi.
Kasl dan Cobb membagi tiga jenis perilaku kesehatan. Pertama mengenai perilaku preventif yang berarti masyarakat menjaga diri atau mencegah agar terhindar dari penyakit. Selanjutnya mengenai perilaku dalam merawat diri yang di mana tindakan dalam mempertahankan kesehatan dan meningkatkan kesehatan. Terakhir, Glanz dan Maddock mengatakan bahwa perilaku kesehatan ini dilakukan dalam jangka waktu yang panjang dan mereka menyebutnya dengan lifestyle atau gaya hidup yang berkesinambungan.
ADVERTISEMENT
Aktivitas Sosial di Perkotaan dapat Mempengaruhi Perilaku Individu terkait Kesehatan
Perilaku individu dalam kesehatan dapat dipengaruhi dari aktivitas sosial masyarakat. Mayoritas masyarakat perkotaan saat ini memiliki suatu health lifestyle. Hal ini dapat dilihat dari sebanyak 58 persen masyarakat perkotaan mempunyai keinginan untuk melakukan olahraga. Masyarakat kota menjadikan fitness sebagai sebuah kebutuhan dan tren untuk menjaga pola kesehatannya. Banyak masyarakat yang terpengaruh untuk menjaga perilaku health lifestyle dan pergi ke tempat gym.
Namun, tidak semua masyarakat yang berada di perkotaan memiliki kemampuan secara ekonomi untuk dapat pergi ke tempat fitness. Terdapat perbedaan antara aktivitas sosial masyarakat menengah ke atas dengan masyarakat menengah ke bawah. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas warga yang bermukim di pinggiran kali Jakarta. Salah satu warga yang ada di Kelurahan Rambutan, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur mengaku bahwa hampir semua masyarakat yang bermukim di daerah pinggir kali tidak memiliki septic tank, dan langsung membuang kotoran manusia langsung ke kali. Warga tersebut juga mengaku bahwa dia mengikuti masyarakat yang lain untuk melakukan hal tersebut (Achmad 2021). Kondisi tersebut membuktikan bahwa lingkungan sosial dapat mempengaruhi perilaku individu dalam menjaga pola kesehatan
ADVERTISEMENT
Solusi
Dinas Kesehatan dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta harus memberikan perhatian yang khusus kepada balita di Jakarta mengenai kasus malnutrisi. Jika kematian balita meningkat dikarenakan kasus tersebut, maka akan berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia. Pemerintah dan organisasi kesehatan harus aktif dalam melakukan sosialisasi serta pembinaan mengenai gizi buruk. Mereka juga harus cepat mendata agar permasalahan gizi buruk dapat segera terdeteksi, dan nantinya memberikan bantuan nutrisi kepada wilayah yang memang terdeteksi tinggi kasus gizi buruk pada balita.
Selain fokus terhadap solusi di atas, pemerintah juga dapat melakukan usaha preventif dengan melakukan tata ruang bangunan DKI Jakarta yang lebih baik, terutama membenahi masalah bangunan liar dan permukiman kumuh yang ada di Jakarta. Kita sebagai masyarakat juga dapat melakukan usaha pencegahan seperti menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari. Selanjutnya fasilitas septic tank atau pembuangan kotoran manusia perlu diperhatikan, dan kita sebagai masyarakat harus sadar akan kebersihan menjaga lingkungan.
ADVERTISEMENT
Referensi
Achmad, Nirmala Maulana. 2021. “Sanitasi Buruk Di Tengah Gemerlap Jakarta, Warga Buang Tinja Ke Kali.” Kompas.Com. Retrieved (https://megapolitan.kompas.com/read/2021/11/18/08491731/sanitasi-buruk-di-tengah-gemerlap-jakarta-warga-buang-tinja-ke-kali?page=all).
Alamsyah, Dedi, Maria Mexitalia, and Ani Margawati. 2015. “Beberapa Faktor Risiko Gizi Kurang Dan Gizi Buruk Pada Balita 12-59 Bulan.” Vokasi Kesehatan (111):131–35.
Anon. 2016. “Sanitasi Buruk Erat Kaitannya Dengan Kurang Gizi.” Detiknews. Retrieved (https://news.detik.com/adv-nhl-detikcom/d-3149468/sanitasi-buruk-erat-kaitannya-dengan-kurang-gizi).
Anon. 2019. “BPN Sebut Kawasan Kumuh Di Jakarta Utara Tertinggi.” CNN Indonesia. Retrieved (https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190528015410-20-398931/bpn-sebut-kawasan-kumuh-di-jakarta-utara-tertinggi).
Anon. 2020. “Pengertian Dan Karakteristik Permukiman Kumuh.” Perkim.Id. Retrieved (https://perkim.id/kawasan-kumuh/pengertian-dan-karakteristik-permukiman-kumuh/).
Anon. 2022. “Jakarta Alami Krisis Air Bersih.” Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral. Retrieved (https://www.esdm.go.id/id/berita-unit/badan-geologi/badan-geologi-jakarta-alami-krisis-air-bersih-).
Faisal, Abdul. 2022. “Potret Akses Warga Jakarta Terhadap Air Bersih.” Antara News. Retrieved (https://www.antaranews.com/berita/2773945/potret-akses-warga-jakarta-terhadap-air-bersih).
Harahap, Fitri Ramdhani. 2013. “Dampak Urbanisasi Bagi Perkembangan Kota Di Indonesia.” Society 1(1):35–45. doi: 10.33019/society.v1i1.40.
ADVERTISEMENT
Jayani, Dwi Hadya. 2021. “Diare Penyebab Utama Kematian Anak Di Indonesia Pada 2019.” Databoks. Retrieved (ttps://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/04/26/diare-penyebab-utama-kematian-anak-di-indonesia-pada-2019).
Murni, Ruaida. 2014. “Sumber Daya Dan Permasalahan Sosial Di Daerah Tertinggal: Kasus Desa Patoameme, Kabupaten Boalemo.” Sosio Konsepsia 4(1):260–73.
Natasha. 2022. “Kolaborasi Turunkan Kasus Malnutrisi, Ini Yang Dilakukan PMI Jakarta Timur Dan Amway.” Kedai Pena. Retrieved (https://www.kedaipena.com/kolaborasi-turunkan-kasus-malnutrisi-ini-yang-dilakukan-pmi-jakarta-timur-dan-amway/).
Purwanti, Teti. 2021. “RI Darurat Malnutrisi, Makanan Bergizi Belum Terjangkau.” CNBC INDONESIA. Retrieved (https://www.cnbcindonesia.com/news/20211201185938-4-295928/ri-darurat-malnutrisi-makanan-bergizi-belum-terjangkau).
Puspitasari, Vilda. 2022. “Isu Dan Permasalahan Pembangunan Perkotaan.” Kompas.Com. Retrieved (https://www.kompasiana.com/vilda33036/62a32cd5fca4e4547709c3c2/isu-dan-permasalahan-pembangunan-perkotaan).
Puspitawati, Natalia Sulistyarini, Tri. 2013. “SANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITA.” Jurnal STIKES Volume 6,.
Rizaty, Monavia Ayu. 2021. “Sebanyak 56,7% Penduduk Indonesia Tinggal Di Perkotaan Pada 2020.” Databoks. Retrieved (https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/08/18/sebanyak-567-penduduk-indonesia-tinggal-di-perkotaan-pada-2020).
ADVERTISEMENT
Setiyo Wati, Erni. 2017. “Stigma Negatif Pada Ibu Dengan Anak Gizi Buruk: Studi Fenomenolog.” Jurnal Kesehatan Volume VII:277–81.
Wahidin, Kudus Purnomo. 2021. “Sanitasi Buruk, PR Yang Belum Tuntas Di Jakarta.” Alinea.Id. Retrieved (https://www.alinea.id/nasional/sanitasi-buruk-pr-yang-belum-tuntas-di-jakarta-b1Xok9ods).
Wahyudi, Budi Faisaol, Sriyono, and Retno Indrawati. 2014. “Analisis Faktor Yang Berkaitan Dengan Kasus Gizi Buruk Pada Balita.” Jurnal Pediomaternal 3(1):83–91.