Konten dari Pengguna

Thrifting Sang Budaya Populer

MHD Farrel Al Rizal
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Andalas
22 Maret 2023 19:12 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari MHD Farrel Al Rizal tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Calon pembeli memilih pakaian impor bekas di Pasar Senen, Jakarta, Jumat (8/7/2022). Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Calon pembeli memilih pakaian impor bekas di Pasar Senen, Jakarta, Jumat (8/7/2022). Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Thrifting, atau kegiatan membeli barang-barang bekas atau second-hand, telah menjadi budaya populer yang semakin meningkat di kalangan masyarakat. Selama beberapa tahun terakhir, thrifting telah menjadi populer di seluruh dunia, terutama di kalangan muda. Hal ini terlihat dari banyaknya toko-toko barang bekas atau second-hand yang muncul di kota-kota besar, serta adanya platform online seperti Depop, Vinted, dan Etsy yang menyediakan pasar bagi para penjual dan pembeli barang bekas.
ADVERTISEMENT
Sejak beberapa tahun terakhir, banyak influencer dan selebritas yang membagikan pengalaman mereka mencari barang-barang unik dan vintage di toko-toko barang bekas. Kegiatan ini menarik minat penggemar mereka, yang kemudian mulai mencoba thrifting sendiri dan membagikan temuan mereka di media sosial.
Kegiatan ini lalu menyebar secara global, di mana seseorang bisa membeli barang-barang bekas dari seluruh dunia melalui aplikasi belanja online. Dulu, thrifting dianggap sebagai kegiatan yang dijalankan oleh orang-orang yang mencari cara hemat untuk berbelanja, tetapi sekarang menjadi semacam tren dan gaya hidup yang diikuti oleh orang-orang dari berbagai latar belakang.
Pasa Ateh Kota Bukittinggi, Provinsi Sumatera Barat (Selasa, 22/03/2023). Foto: MHD. Farrel Al Rizal/Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Andalas

Ada beberapa faktor yang mendorong munculnya tren thrifting ini, yaitu;

Pertama, thrifting dianggap sebagai alternatif yang ramah lingkungan dan berkelanjutan terhadap konsumsi berlebihan. Dengan membeli barang bekas, kita dapat mengurangi limbah dan polusi yang dihasilkan oleh produksi barang baru. Selain itu, thrifting juga dapat membantu mengurangi penggunaan sumber daya yang berlebihan, seperti bahan bakar dan air, yang digunakan dalam proses produksi barang baru.
ADVERTISEMENT
Kedua, thrifting juga dianggap sebagai cara yang ekonomis untuk berbelanja. Dengan membeli barang bekas, kita dapat memperoleh barang dengan harga yang lebih murah dibandingkan membeli barang baru. Kita juga dapat menemukan barang-barang unik dan vintage yang sulit ditemukan di toko-toko konvensional. Hal ini membuat thrifting menjadi pilihan yang menarik bagi banyak orang, terutama bagi mereka yang memiliki anggaran terbatas.
Ketiga, thrifting juga dianggap sebagai cara untuk mengekspresikan kreativitas dan gaya pribadi. Dengan memilih dan memadukan barang-barang bekas yang berbeda-beda, kita dapat menciptakan gaya yang unik dan memperlihatkan kreativitas.
Tidak hanya itu, thrifting juga menunjukkan bahwa barang-barang bekas masih dapat memiliki nilai dan kegunaan, sehingga mendorong masyarakat untuk mempertimbangkan opsi pembelian barang bekas daripada membeli barang baru. Banyak orang yang juga menemukan kesenangan dalam mencari barang-barang unik dan langka di toko-toko barang bekas. Thrifting memberikan pengalaman yang berbeda dari berbelanja di pusat perbelanjaan, di mana seseorang harus menelusuri berbagai rak dan menggali harta karun tersembunyi.
ADVERTISEMENT