Konten dari Pengguna

CIBEST Dasar Pengukuran Kesejahteraan Muslim, Motivasi Peningkatan Kesejahteraan

Arinda Gaby Trisilla
Mahasiswa Ilmu Ekonomi Syariah, IPB University
24 Maret 2022 20:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Arinda Gaby Trisilla tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Keluarga Sejahtera, Sumber : Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Keluarga Sejahtera, Sumber : Pribadi
ADVERTISEMENT
Islam memandang bahwa Allah Swt. telah menjamin kesejahteraan bagi setiap hamba-Nya dan makhluk yang bernyawa di muka bumi ini. Namun terlepas dari itu, jaminan tersebut tidak diberikan tanpa adanya usaha dari orang tersebut. Al-Qur’an telah menyinggung indikator kesejahteraan yang memperhatikan Maqashid syariah, diantaranya yaitu menyembah Allah Swt, menghilangkan rasa lapar hingga secukupnya, serta menghilangkan rasa takut dengan terciptanya rasa aman, nyaman, damai di dalam masyarakat.
ADVERTISEMENT
Menurut KBBI, kesejahteraan berasal dari kata ‘sejahtera’ yang memiliki arti aman, sentosa, makmur, serta selamat (Poerwadarminta, 1999: 887). Sedangkan menurut UU Nomor 11 tahun 2009, kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, sosial warga negara agar dapat hidup layak mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
Menurut Supriatna (1997), kemiskinan merupakan situasi serba terbatas yang terjadi bukan atas kehendak orang yang bersangkutan. Suatu penduduk dikatakan miskin ditandai dengan rendahnya tingkat pendapatan, produktivitas kerja, tingkat pendidikan, kesehatan gizi, serta kesejahteraan hidupnya, yang menunjukkan lingkaran ketidakberdayaan.
Terdapat dua kategori kemiskinan menurut Soemardjan (dalam Sumodingrat 1999:81), yaitu kemiskinan absolut kemiskinan relatif. Sedangkan bila dilihat dari kacamata Islam, Güner (2005) membedakan kemiskinan menjadi dua, yaitu kemiskinan spiritual kemiskinan material. Kemiskinan spiritual merupakan kemiskinan yang menunjukkan kebutuhan manusia yang fakir akan karunia dari Allah Swt. sedangkan kemiskinan material merupakan kemiskinan yang didasarkan oleh keadaan seseorang yang tidak dapat memenuhi kebutuhan materialnya.
ADVERTISEMENT
Analisis islami yang digunakan dalam menganalisis kemiskinan dari aspek material spiritual tersebut ialah Model CIBEST yang terdiri dari kuadran CIBEST dan indeks kemiskinan Islam. Model CIBEST dicetuskan pada tahun 2015 oleh Irfan Syauki Beik dan Laily Dwi Arsyianti dengan judul Construction of CIBEST Model as Measurement of Poverty Welfare Indices From Islamic Perspective. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa konsep kemiskinan dan kesejahteraan dalam perspektif Islam memperhatikan dimensi material dan spiritual. Selain itu, penelitian tersebut berhasil memformulasikan model CIBEST (Beik, 2016). Model CIBEST terdiri atas empat kuadran. Kuadran 1 (kuadran sejahtera), Kuadran 2 (kemiskinan material), kuadran 3 (kemiskinan spiritual), kuadran 4 (kemiskinan absolut). Unit analisis indeks CIBEST ini adalah keluarga/rumah tangga, karena keluarga/rumah tangga dipandang sebagai satu kesatuan yang utuh, seperti konsep yang ada di BKKBN.
ADVERTISEMENT
Kuadran CIBEST, Sumber : Pribadi
Indeks kesejahteraan mengukur kesejahteraan keluarga berdasarkan tingkat kecukupan secara material dan spiritual. Standar kebutuhan material ini didasarkan pada pemenuhan kebutuhan pakaian, makanan, rumah, pendidikan, kesehatan, transportasi, komunikasi, dan kebutuhan lain yang dianggap mendasar. Suatu rumah tangga/keluarga dapat dikatakan cukup secara material apabila mereka memiliki pendapatan di atas nilai MV (Material Value) yang didasarkan pada nilai standar Garis Kemiskinan yang ditetapkan oleh BKKBN.
Indeks kemiskinan spiritual dihitung berdasarkan 5 variabel seperti sholat, puasa, zakat infak, lingkungan keluarga, kebijakan pemerintah. Kemiskinan spiritual dalam keluarga dapat terjadi ketika suatu keluarga menganggap ibadah wajib seperti sholat dan puasa Ramadhan merupakan urusan masing-masing pribadi tidak perlu saling mengatur.
Indeks kemiskinan material menggambarkan keadaan jumlah rumah tangga/keluarga miskin secara material namun kaya secara spiritual (Kuadran II CIBEST). Pendekatan untuk menghitung standar garis kemiskinan ini adalah survei kebutuhan minimal keluarga, modifikasi garis kemiskinan BPS, menggunakan standar nishab/pendapatan minimal yang dikenai zakat.
ADVERTISEMENT
Indeks kemiskinan absolut yaitu perbandingan jumlah rumah tangga miskin secara material dan spiritual. Nilai indeksnya berkisar 0-1, makin kecil nilai indeksnya semakin rendah tingkat kemiskinan absolut pada rumah tangga/keluarga dalam suatu wilayah.
Cara Mengukur Tingkat Kesejahteraan dengan CIBEST
Indeks kesejahteraan
Rumusnya yaitu, W (jumlah keluarga sejahtera material dan spiritual) = w (indeks kesejahteraan; W lebih dari sama dengan nol dan kurang dari sama dengan satu) dibagi N (jumlah populasi (jumlah keluarga yang diobservasi)). Rumus kebutuhan material minimal suatu keluarga yaitu, MV (standar minimal kebutuhan materiil) = Jumlah Pi (harga barang dan jasa) dikalikan Mi (jumlah minimal barang dan jasa yang dibutuhkan).
Perhitungan skor spiritual individu anggota rumah tangga atau keluarga rumusnya yaitu, Hi (skor aktual anggota keluarga ke-i) = Vpi (skor shalat anggota keluarga ke-i) + Vfi (skor puasa anggota keluarga ke-i) + Vzi (skor zakat dan infak anggota keluarga ke-i) + Vhi (skor lingkungan keluarga menurut anggota keluarga ke-i) + Vgi (skor kebijakan pemerintah menurut anggota keluarga ke-i) dibagi 5. Selanjutnya hasil dari perhitungan tersebut digunakan untuk menentukan skor rata-rata kondisi spiritual keluarga (SH) dengan cara menjumlahkan seluruh skor anggota keluarga dibagi dengan jumlah anggota keluarga.
ADVERTISEMENT
Dari hasil skor SH dapat dihitung skor rata-rata kondisi spiritual keseluruhan keluarga yang diamati (SS) dengan cara menjumlahkan skor kondisi spiritual keluarga yang diamati dibagi jumlah keseluruhan keluarga yang diamati di suatu wilayah atau negara.
Indeks kemiskinan material
Cara menghitungnya, Pm (indeks kemiskinan materiil; Pm lebih dari sama dengan nol dan kurang dari sama dengan satu) = Mp (jumlah keluarga miskin secara materiil namun kaya secara spiritual) dibagi dengan N (jumlah populasi / total keluarga yang diamati).
Indeks kemiskinan spiritual
Cara menghitungnya, Ps (indeks kemiskinan spiritual; Pm lebih dari sama dengan nol dan kurang dari sama dengan satu) = Sp (jumlah keluarga miskin secara spiritual namun kaya secara materiil) dibagi dengan N (jumlah keluarga yang diamati).
ADVERTISEMENT
Indeks kemiskinan absolut
Cara menghitungnya, Pa (indeks kemiskinan absolut; Pa lebih dari sama dengan nol dan kurang dari sama dengan satu) = Ap (jumlah keluarga miskin secara spiritual dan miskin secara materiil) dibagi dengan N (jumlah keluarga yang diamati).
Setelah mendapatkan hasilnya, desain program untuk kuadran IV harus mencakup spiritual dan materiil, dimulai dari penguatan spiritual dilanjutkan penguatan materiil. Kuadran III fokus untuk mendorong peningkatan spiritualnya. Kuadran II fokus utamanya pada bantuan teknis dan keuangan. Perhitungan dengan metode CIBEST bermanfaat dalam perumusan program dan anggaran untuk pengentasan kemiskinan secara efektif.
ADVERTISEMENT
Islam mengajarkan pentingnya potensi dan kemampuan pada setiap diri umatnya untuk dikelola dan dikembangkan dan menjadi upaya menghindarkan diri dari keadaan miskin dengan efektif dan dinamis. Ulama Yusuf Qardhawi memberikan enam sarana pengentasan kemiskinan yang tentunya erat dengan prinsip maqashid syariah, yaitu bekerja, jaminan sanak keluarga, zakat, jaminan Baitul maal, kewajiban diluar zakat seperti membayar fidyah, dan sedekah secara sukarela.