Konten dari Pengguna

Menggugah Pemahaman atas Isu Mental dalam Film Kembang Api (2023)

Galih Akbar isra
Creative Director of Tim Kechil Creative Agency. Ilmu Komunikasi Universitas Andalas
25 April 2024 16:10 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Galih Akbar isra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Film Kembang Api. ASEAN Cinema/TMDB
zoom-in-whitePerbesar
Film Kembang Api. ASEAN Cinema/TMDB
ADVERTISEMENT
Hingar-bingar industri hiburan yang kerap menyajikan hiburan yang ringan dan pelarian dari realitas, film-film kadang-kadang muncul sebagai sebuah wahana yang lebih dari sekadar hiburan semata. Mereka menyentuh dimensi lebih dalam dalam kehidupan, mendorong kita untuk merenung tentang isu-isu yang kompleks dan serius yang mungkin terlewatkan dalam hiruk-pikuk keseharian. Kembang Api, film yang digawangi oleh Herwin Novianto, adalah salah satu dari karya semacam itu. Dalam narasinya yang penuh emosi dan tegang, film ini tidak hanya mengeksplorasi, tetapi juga mengkritik stigma sosial yang melekat pada isu yang cukup gelap, yakni bunuh diri.
ADVERTISEMENT
Kembang Api yang dirilis bulan Maret 2023 ini mengisahkan tentang empat orang yang bertemu dalam sebuah gudang untuk meledakkan diri bersama. Namun, mereka terjebak dalam time loop, di mana mereka terus bangun di hari yang sama, sebelum mereka berhasil bunuh diri. Film ini berhasil mengeksplorasi permasalahan mental dengan cara yang mendalam dan menyentuh.
Salah satu aspek yang paling mencolok dan signifikan dari film ini adalah kritik yang tajam terhadap stigma sosial yang masih berakar kuat dalam masyarakat, ketika berbicara tentang bunuh diri. Realitas di Indonesia menunjukkan bahwa adanya stigma di mana mereka yang melakukan pertimbangan atau percobaan bunuh diri enggan mencari mencari bantuan profesional karena takut dianggap lemah, ini adalah suatu yang serius, di mana hal ini tidak hanya menggambarkan sebuah kesenjangan dalam akses bantuan, tetapi juga mencerminkan sejauh mana stigma sosial bisa merusak dan mengisolasi individu yang sedang mengalami penderitaan.
Film Kembang Api. ASEAN Cinema/TMDB
Film Kembang Api berhasil menghadirkan karakter-karakter yang kompleks dan relatable. Penonton akan merasa bersimpati dan terkoneksi dengan karakter-karakter tersebut. Hal ini dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang permasalahan mental. Keempat karakter dalam film ini memiliki trauma dan masalahnya masing-masing.
ADVERTISEMENT
Kembang Api muncul sebagai refleksi yang kuat atas realitas ini. Film ini tidak hanya menghadirkan karakter-karakter yang berjuang dengan keinginan bunuh diri, tetapi juga memberikan pandangan yang lebih dalam dan manusiawi. Di dalam narasinya yang berfokus pada perjalanan emosional karakter-karakter ini, film ini dengan tajam menunjukkan bahwa perjuangan melawan masalah mental dan keinginan bunuh diri bukan sekadar tanda kelemahan atau rasa putus asa.
Dalam menghadapi stigma sosial ini, Kembang Api memberikan suara kepada individu yang selama ini dikurung dalam bayang-bayang prasangka dan stereotip. Film ini membuka pintu pada kompleksitas batin setiap karakter, merinci perasaan dan pertentangan yang mungkin dialami oleh individu dalam posisi serupa. Dalam perjalanan mereka untuk mencari pemahaman dan makna, karakter-karakter ini mencerminkan potret kehidupan nyata yang mungkin pernah kita temui atau rasakan.
ADVERTISEMENT
Lebih jauh lagi, film ini tidak hanya berfokus pada kritik semata. Dalam pesan-pesannya yang kuat, Kembang Api menawarkan celah untuk perubahan dan pemahaman. Melalui narasi yang terstruktur dalam pengulangan waktu, film ini menyoroti kompleksitas dari tindakan bunuh diri, dan bagaimana hal tersebut tidak bisa direduksi menjadi sebuah tindakan yang sederhana. Karakter-karakter terperangkap dalam lingkaran waktu yang sama ini tumbuh dan berkembang, menemukan arti dan tujuan baru dalam hidup mereka yang sebelumnya tak terbayangkan.
Namun, pesan film ini juga lebih dari sekadar narasi. Ia juga menjadi sebuah panggilan kepada kita untuk lebih terbuka, berani, dan peduli. Kembang Api mengingatkan kita bahwa salah satu langkah pertama untuk mengatasi masalah stigma sosial ini adalah dengan memahami permasalahan tersebut secara lebih mendalam. Dengan menghadirkan realitas yang kompleks dan bervariasi dari karakter-karakternya, film ini mendorong kita untuk melihat di balik stereotip, mendengar lebih banyak cerita nyata, dan membuka pintu untuk perbincangan yang lebih produktif.
Film Kembang Api. ASEAN Cinema/TMDB
Film Kembang Api juga menggunakan visual yang kuat untuk mengkritik stigma sosial terhadap bunuh diri. Film ini menggunakan warna-warna yang gelap dan suram untuk menciptakan suasana yang muram dan mencekam. Film ini juga menggunakan adegan-adegan kekerasan dan bunuh diri untuk menggambarkan dampak dari stigma sosial tersebut. Selain itu, lewat filosofi “urip iku urup” yang di sepanjang film digaungkan, Kembang Api berhasil menyampaikan pesan bahwa hidup itu harus bermakna dan bermanfaat bagi orang lain. Film ini menunjukkan bahwa kita tidak sendirian dalam menghadapi masalah, dan bahwa ada harapan untuk bisa menemukan makna hidup.
ADVERTISEMENT
Secara keseluruhan, Kembang Api adalah bukti nyata akan daya transformasi yang dimiliki oleh seni film. Film ini adalah cermin bagi masyarakat kita yang terkadang terjebak dalam persepsi sempit dan prasangka. Dengan berani mengeksplorasi isu permasalahan mental dan mengkritik stigma sosial terhadap bunuh diri, karya ini tidak hanya menghibur, tetapi juga mengajak kita untuk membuka mata dan hati kepada realitas yang lebih luas dan lebih mendalam. Melalui narasi yang memukau dan pesan yang kuat, Kembang Api bukan hanya mengenai film, tetapi juga tentang transformasi sosial dan pengertian yang lebih mendalam.