Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Bahasa, Politik, dan Bentuk Istilah yang Berkembang di Masyarakat
15 Juli 2022 16:31 WIB
Tulisan dari Galih Adisurya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
‘Politik’ mungkin sudah terdengar tidak asing lagi, seringkali kita jumpai seperti cuitan media sosial yang membungkus isu dan wacana politik di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Apa yang melatarbelakangi fenomena tersebut? fenomena mengenai isu dan wacana politik yang banyak beredar dalam media sosial saat ini. Ya, mengingat bahwa politik merupakan suatu kepentingan, maka tentunya isu dan wacana politik tersebut beredar karena adanya suatu kepentingan yang hendak dicapai dalam isu dan wacana yang disampaikan.
Politik merupakan suatu rangkaian yang diciptakan secara sengaja maupun memanfaatkan situasi atau keadaan tertentu untuk memenuhi suatu tujuan tertentu.
Bahasa merupakan salah satu kendaraan penting yang digunakan dalam dunia politik. Mengapa demikian? Sebab bahasa merupakan cara seseorang berkomunikasi; menyampaikan pesan pikiran dan gagasan terhadap khalayak. Bahasa dapat bersifat manipulatif juga persuasif, mampu mempengaruhi, membujuk, hingga menggiring pikiran seseorang maupun opini publik terhadap suatu hal tertentu.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu Bahasa Politik bertanggung jawab sebagai alat propaganda sosial-politik juga sebagai konter dari propaganda sosial-politik tersebut.
Saat ini tidak jarang ditemukan istilah “tukang bakso”, yang mana istilah ini merujuk pada Intel yang menyamar. Dalam istilah tersebut juga mencakup wacana politik, bahwa Intel tersebut sedang melakukan penyelidikan guna menangkap seseorang yang dianggap mengkritik pemerintah. Istilah “tukang bakso” sangat lekat juga dengan istilah “takut hilang” Ketika seseorang enggan membahas atau mengkritik politik yang terlalu sensitif. Sebab wacana tersebut terbangun karena adanya kasus aktivis yang hilang antah berantah; diculik atau ditangkap oleh aparatur negara.
Secara tidak langsung hal tersebut memiliki konotasi bahwa sedemikian rupa ego kekuasaan hingga praktiknya dalam membungkam suara bising kritikan. Meskipun begitu penggunaan istilah “tukang bakso” dan “takut hilang” dibawakan dengan konteks yang jenaka sebagai guyon yang secara tidak langsung mengkritik pemerintah kala itu.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, pada pemilu 2019 yang lalu terdapat juga beberapa istilah yang timbul seperti “cebong” dan “kampret”. Dua istilah tersebut terdapat wacana politik di dalamnya.
Istilah cebong sendiri merupakan sebutan dari pihak yang tidak suka atau tidak setuju dengan Jokowi kepada pendukung Jokowi dalam pilpres 2019. Asal mula istilah tersebut adalah hobi Jokowi yang suka memelihara kodok, maka disebutlah cebong (asal muasal dari kodok).
Istilah kampret muncul sebagai sebutan untuk pihak yang tidak suka atau tidak setuju dengan Jokowi maupun pemerintah. Asal muasal penyebutan istilah tersebut tidak begitu jelas, namun ada yang menganggap bahwa hanya karena kata "kampret" ini cukup menjengkelkan dan mengganggu, seperti apa yang dilakukan pihak yang tidak suka atau tidak setuju dengan Jokowi; menyebarkan hoax dan lainnya.
ADVERTISEMENT
Istilah-istilah diatas merupakan contoh dari penggunaan bahasa terkait wacana politik yang ada di masyarakat saat ini. Kira-kira istilah apa lagi yang akan muncul dan berkembang pada pemilu 2024 nanti?