Konten dari Pengguna

Mengenal Gamophobia, Ketakutan Akan Komitmen Termasuk untuk Menikah

Generasi Milenial
Generasi Milenial
25 Agustus 2022 10:33 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Generasi Milenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Komitmen Dalam Hubungan Foto: Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Komitmen Dalam Hubungan Foto: Pexels
ADVERTISEMENT
Menjadi orang yang hati-hati setiap kali mengambil keputusan dalam berkomitmen, termasuk pernikahan, merupakan hal lumrah. Namun, bila terlalu hati-hati sampai cenderung takut, bisa jadi orang tersebut mengalami gamophobia.
ADVERTISEMENT
Lantas, sebenarnya apa itu gamophobia?
Jadi, mengutip Cleveland Clinic, gamophobia adalah ketakutan akan komitmen atau pernikahan. Jadi, gamophobia biasanya menghambat seseorang untuk menikmati kebahagian dari sebuah hubungan.
Bukan cuma komitmen terhadap percintaan, sih, tetapi bisa juga seperti menempuh pendidikan atau berkarier. Sering kali pengidap gamophobia mengalami cemas berlebih dalam berkomitmen sehingga biasanya tak bisa berlangsung lama.
Meski begitu, kebanyakan penderita gamophobia memang karena masalah asmara. Pengidapnya bisa mengalami cemas bahkan ketika melihat ada pasangan yang bisa bahagia berkomitmen.

Orang yang berisiko gamophobia

Ilustrasi Arti Komitmen dalam Hubungan Foto: Pexels
Biasanya, orang yang mengidap gangguan kepribadian ambang (BPD) cenderung menghindari komitmen. Sebab, masalah kepercayaan diri membuat karena terlalu takut ditinggalkan atau ditolak.
Namun, di luar gangguan kepribadian, faktor lain ada sejarah keluarga. Tumbuh dengan orang tua atau pasangan yang fobia atau mengidap gangguan kecemasan bisa bikin ikut-ikutan mengalaminya.
ADVERTISEMENT
Orang yang lahir sebagai perempuan juga lebih mungkin mengalaminya. Orang-orang tertentu yang mengalami perubahan genetik juga berisiko mengalami gangguan kecemasan dan fobia.

Penyebab gamophobia

Ilustrasi pasangan. Foto: Shutterstock
Penyebab utama gamophobia adalah trauma masa lalu. Anak-anak yang menyaksikan perceraian atau hubungan tidak sehat orang tua bisa jadi takut berkomitmen pas dewasa. Atau orang dewasa, patah hati berkali-kali, jadi tak ingin lagi berkomitmen karena takut.
Selain itu, ada juga takut berkomitmen dengan orang yang salah sehingga tak bisa menjalin hubungan saat datang sosok tepat. Tekanan agama dan budaya untuk segera menikah pun jadi alasan kuat.
Karena itu, kemunculan gamophobia, menurut peneliti, kemungkinan besar merupakan respons protektif, seakan: “Kalau tidak mau sakit hati, enggak usah ada komitmen dalam hubungan, dong.”
ADVERTISEMENT

Diagnosis dan komplikasi dari gamophobia

Ilustrasi Komitmen dalam Hubungan Foto: Pexels
Meski tampaknya bisa didiagnosis sendiri, gamophobia tetaplah gangguan yang harus didiagnosis ahli. Tidak ada tes khusus, biasanya penyedia layanan menggunakan evaluasi kesehatan mental. Mungkin akan ada rujukan ke profesional kesehatan mental spesialis fobia dan gangguan kecemasan.
Mengenai komplikasinya, gamophobia bisa berdampak negatif terhadap kesehatan mental dan fisik bila terus-terusan menjauhi orang yang disuka atau lari dari sebuah hubungan. Bila semakin parah, pengidapnya bisa mengalami:
Depresi dan muncul pikiran bunuh diri, disfungsi ereksi, gangguan kecemasan dan panik, serta gangguan penggunaan zat. (bob)