Road Bike si Sepeda Sultan, Sejauh Mana Bertahan?

Generasi Milenial
Generasi Milenial
Konten dari Pengguna
7 Juli 2022 13:03 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Generasi Milenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Road Bike. Foto: road.cc
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Road Bike. Foto: road.cc
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tren sepeda di masyarakat secara umum tampaknya udah mulai menurun nih, guys. Padahal boom bike sempat jadi fenomena luar biasa pada 2020 lalu saat awal pandemi. Puncaknya, ketika pemerintah mulai melonggarkan pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Banyak orang mulai melakukan olahraga di luar ruangan. Di antara banyaknya pilihan olahraga nih, bersepeda menjadi yang paling banyak digemari.
Coba tebak, kenapa bersepeda? Karena bersepeda jadi salah satu olahraga yang dapat memenuhi sejumlah aspek sekaligus. Dengan bersepeda, orang bisa olahraga, menghirup udara di tempat terbuka, mendapat sinar matahari, jaga jarak, sekaligus menjadikannya konten medsos.
Jenis sepeda yang digunakan juga beragam, mulai dari sepeda lipat, MTB, hingga road bike. Di antara jenis sepeda itu, road bike menjadi salah satu yang mencuri perhatian. Selain karena kecepatannya saat melaju di jalanan beraspal, harganya juga bikin melongo. Bisa mencapai ratusan juta.

What?

Ilustrasi Road Bike. Foto: road.cc
Serius, guys. Khusus kalangan atas biasanya membeli dengan kisaran harga puluhan juta hingga ratusan juta rupiah. Harga yang amazing banget tentunya untuk sebuah sepeda. Tapi kenapa ya meski harganya mahal, namun banyak orang yang memilih road bike?
ADVERTISEMENT
Begini. Tren bersepeda road bike sebenarnya sudah ada pasar dan peminatnya sendiri. Bahkan sebelum pandemi. Namun, fenomena boom bike saat awal pandemi membuat road bike banyak diburu sama seperti jenis-jenis sepeda lainnya.
Bermula dari masyarakat yang mulai menghidupkan kembali sepeda lamanya di masa pandemi. Mereka mulai menggunakan sepeda untuk keliling kompleks bareng keluarga atau teman di hari Minggu. Atau sekadar bersepeda pagi untuk cari sarapan.
Lambat laun, mereka mulai bersepeda keluar kompleks. Lebih jauh dan lebih jauh lagi. Nah, sampai akhirnya mereka melihat rombongan pesepeda road bike yang kelihatannya ringan, cepat, dengan outfit yang keren. Hingga mereka pun tertarik dan mulai mencoba road bike.

Hmm… begitu.

Sejumlah pesepeda memacu kecepatan saat berlangsungnya uji coba pemberlakuan lintasan road bike di jalan layang non tol (JLNT) Kampung Melayu-Tanah Abang, Jakarta, Minggu (23/5). Foto: Akbar Nugroho Gumay/ANTARA FOTO
Yap. Road bike ini banyak juga yang menyebutnya sebagai sepeda balap. Sesuai namanya, jenis sepeda ini pada dasarnya diperuntukkan melintasi jalanan yang lebih mulus, rata, dan menempuh jarak lebih jauh. Yang jadi acuan adalah kecepatan. Termasuk kecepatan untuk melahap tanjakan yang nggak terlalu terjal.
ADVERTISEMENT
Ban road bike yang tipis membuat jenis sepeda ini dapat meluncur lebih cepat dengan sedikit tenaga. Karena efisiensi dan kecepatannya yang ekstrem, road bike ini nggak cocok dipakai untuk sepeda santai, guys. Jenis sepeda ini juga nggak cocok dipakai bersepeda bareng jenis sepeda lain.

Bisa gitu ya…

Bahkan, road bike ini mendapat perlakuan khusus di jalanan lho, guys. Di Jakarta misalnya. Pemprov DKI sempat membuka jalur khusus untuk pesepeda road bike. Jalur ini berada di Jalan Layang Non Tol (JLNT) Casablanca, Kampung Melayu-Tanah Abang.
Nggak hanya itu. Pada 2020 lalu saat tren bersepeda lagi hype banget, Pemprov DKI juga sempat mengusulkan agar dibukakan satu jalur tol untuk pesepeda.
Dan, tahukah kamu, hanya road bike yang diusulkan masuk tol. Kenapa? Karena road bike ini bisa ngebut dengan kecepatan rata-rata 40 km/jam. Berbeda dengan jenis non road bike yang hanya 20-25 km/jam.
ADVERTISEMENT
Kesannya kayak diskriminatif sama pesepeda lain, sih. Nggak heran jika kebijakan-kebijakan yang dianggap memanjakan pesepeda sultan ini menuai pro dan kontra, baik bagi pesepeda lain maupun para pengendara bermotor.

Kok disebut sepeda sultan?

Ilustrasi Road Bike. Foto: road.cc
Bagaimana nggak sepeda sultan, guys. Meski ada produk lokal yang kisaran harganya Rp5 juta-Rp6 juta, umumnya road bike dijual di kisaran harga puluhan hingga ratusan juta rupiah. Belum lagi dengan aksesori dan outfit yang mereka kenakan seperti helm, jersey, celana pad, kacamata, hingga sepatu.
Dalam situs belanja online, helm untuk pesepeda road bike harganya bisa mencapai Rp5 jutaan. Belum lagi dengan jersey bajunya yang harganya bisa sampai Rp4 jutaan, celana Rp4 jutaan, kacamata dengan harga rata-rata Rp2 jutaan, dan sepatu road bike yang harganya bisa mencapai Rp14 juta.
ADVERTISEMENT
Kebayang nggak tuh banyaknya biaya yang dikeluarkan untuk semua perlengkapan road bike, mulai dari sepeda, aksesori, hingga outfit yang dikenakan? Tapi itu nggak jadi persoalan, sih. Toh, mereka yang benar-benar hobi dan sultan tentunya nggak mempermasalahkannya.

Iya juga, sih. But...

Yang jadi masalah justru bagi orang lain ketika kesultanan mereka dibawa ke jalan. Misalnya ketika para pesepeda road bike ini konvoi di luar jalur secara berkelompok dan dikawal patwal. Nggak jarang, inilah yang sering menimbulkan gesekan antara pesepeda road bike dengan pengguna jalan lainnya.
Masih ingat dong dengan foto viral pemotor berpelat AA yang acungkan jari tengah ke rombongan pesepeda road bike pada Mei 2021 di kawasan Dukuh Atas, Jakarta Pusat?
Memang, saat itu banyak banget berita soal konflik pesepeda road bike dengan pengendara bermotor, sih. Tapi itu dulu, ya guys ya. Saat ini, udah nggak ada lagi seiring tren bersepeda secara umum yang nggak terlalu hype lagi. Meskipun begitu, tren road bike ini diprediksi tetap stabil.
ADVERTISEMENT

Lho, kok bisa?

Ilustrasi sepeda road bike. Foto: Unsplash
Malahan nih, dalam sebuah laporan kumparanBISNIS, Asosiasi Pengusaha Sepeda Indonesia (Aspindo) menyebut road bike makin berjaya ketika Brompton cs mulai merana. Harganya juga lebih stabil.
Karena kejenuhan pasar akibat perang harga gila-gilaan para penjual sepeda musiman saat pandemi, banyak orang yang kemudian mulai pindah ke road bike.
Mereka ini tentunya adalah orang-orang kaya yang ingin memaksimalkan eksistensi, hobi, tentu saja kesehatan diri. Hanya saja, pada kenyataannya road bike nggak selalu identik dengan harganya yang selangit, kan?
Banyak kok jenis road bike dengan harga di kisaran harga Rp5 juta. Kualitasnya juga sudah bagus kalau sekadar untuk memenuhi hobi kita bersepeda. Manfaat kesehatan dan kebugaran tubuh yang kita dapat kayaknya juga sama.
ADVERTISEMENT
Ya… sekalipun harga sepeda yang kita gunakan nggak sultan banget. Sekalipun kita nggak pernah pamer berapa kilometer jarak yang kita tempuh melalui aplikasi histori perjalanan.
Lagian, apalagi yang lebih utama dari bersepeda? Kesehatan atau eksistensi?