Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.97.0
Konten dari Pengguna
Helen Keller; Berjuang Meskipun Buta dan Tuli
11 Februari 2025 8:28 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Dickens Chandra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
![Sumber: https://pixabay.com/photos/calligraphy-story-ink-feather-7188024/](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01jkqnkntm6xrt3j1cc3fm489s.jpg)
ADVERTISEMENT
Helen Keller mungkin kita kenal sebagai penulis hebat yang buta dan tuli. Penulis hebat ini lahir dari pasangan Kate Adams Keller dan Colonel Arthur Keller pada 27 Juni 1880. Sayangnya, dia menjadi buta dan tuli ketika dia masih di usia 19 bulan. Meskipun berada dalam keadaan seperti itu, Helen Keller tetap melakukan hal-hal yang tidak pernah dipikirkan dapat dilakukan oleh seseorang yang buta dan tuli, seperti belajar cara membaca huruf braille dan menulis.
ADVERTISEMENT
Dengan kemampuannya yang pada umumnya tidak dimiliki oleh orang buta dan tuli, Helen Keller mulai menulis tentang kebutaan. Dia juga menulis buku tentang kehidupannya, memperjuangkan hak wanita dan pekerja, serta menjadi pengaruh yang besar bagi perawatan orang yang buta dan tuli. Semua hal ini membuat Helen Keller seorang tokoh yang sangat inspirasional, seorang tokoh yang mengatasi kelumpuhannya dan membantu banyak orang yang berada di dalam kondisi yang sama seperti dia.
Suatu hari, ketika Helen masih berusia 19 bulan, tiba-tiba ia sakit yang menyebabkan demamnya terlalu tinggi. Setelah demamnya turun, ayah ibunya memperhatikan bahwa Helen tidak merespons ketika bel tanda makan malam dibunyikan, atau ketika tangan melambai di depan wajahnya. Orang tuanya pun menyadari bahwa Helen telah kehilangan penglihatan dan pendengarannya sehingga mereka sangat berduka. Masa kanak-kanaknya Helen yang seharusnya penuh dengan warna, semuanya menjadi sunyi, hening dan gelap. Selama 6 tahun, hal-hal yang biasa ia lakukan hanyalah duduk sambil merenung. Helen tumbuh menjadi anak yang mudah mengamuk dengan luapan emosi setiap hari, menendang dan menjerit ketika ia merasa marah, dan tertawa cekikikan tak terkendali ketika merasa senang. Bahkan banyak kerabatnya mengira ia akan dimasukkan ke panti asuhan. Namun kenyataannya, perilaku ini sesungguhnya dimiliki oleh tingkat kecerdasannya yang tinggi, dan rasa frustasinya karena tidak dapat berkomunikasi dengan orang lain, saat ia menyadari ada orang lain bisa mengobrol yang tidak dapat ia ikuti.
ADVERTISEMENT
Di usianya genap 7 tahun, ia bertemu dengan seorang guru bernama Anne Mansfield Sullivan, yang akan memberikan harapan dan mengubah hidupnya untuk Helen. Anne muncul dalam kehidupan Helen pada bulan Maret 1887. Anne hanya berusia 14 tahun lebih tua dari Helen, ternyata Anne sedang mengalami gangguan penglihatan dan batu saja lulus sekolah. Kata pertama kali yang diajarkan oleh Anne kepada Helen adalah “Doll” dengan menggunakan bahasa isyarat dan mengeja di tangan Helen. Kata ini dipilih untuk membantu Helen memahami hadiah pemberian Anne kepadanya yang selama ini dia bawa kemana-mana, yaitu sebuah boneka. Mengajari Helen bukanlah sesuatu yang mudah, karena seringkali Helen menjadi frustasi atas kesulitan belajar yang dihadapi dengan Anne. Namun, Anne merupakan guru yang pantang menyerah, ia memiliki ide agar Helen bisa belajar lebih berkonsentrasi, dengan cara meminta keluarganya agar Helen pindah ke suatu tempat.
ADVERTISEMENT
Di tempat itu, Anne mengajarkan banyak hal seperti benda-benda sekitar dengan mengeja di tangan Helen. Kemudian, mereka pindah ke sebuah pondok di perkebunan setelah melewati kesulitan yang dramatis, hingga akhirnya Anne berhasil mengajarkan kata “Water” kepada Helen. Anne membantu Helen menghubungkan antara objek dan huruf-huruf itu dengan membawanya ke pompa air, menempatkan tangannya ke ujung pompa. Ia menekankan tuas untuk mengeluarkan air dingin sehingga mengenai tangan Helen, yang kemudian mengeja “water” di tangannya. Dari pagi sampai malam, Helen telah diajar 30 kata oleh Anne.
Pada usianya 10 tahun, dia ingin belajar berbicara. Maka Anne membawa Helen menemui Sarah Fuller di Horace School For The Deaf and Hard of Hearing di Boston. Ia ingin sekali mendapatkan kuliah, maka pada tahun 1898, dia masuk di Cambridge School For Young Ladies untuk mempersiapkan dirinya masuk ke Radcliffe Collage. Ternyata dia berhasil diterima di Radcliffe pada musim gugur 1900 dan menerima gelar cum laude Bachelor of Arts pada 1904 di usianya 24 tahun. Dia merupakan orang yang buta tuli pertama yang memperoleh gelar tersebut. Setelah lulus kuliah, Helen ingin mengetahui lebih banyak tentang dunia dan bagaimana dia bisa membantu orang lain dalam kehidupannya.
ADVERTISEMENT
Kisah Helen Keller menyebar hingga Massachusetts New England, sampai selebriti dan semua orang mengenalnya. Pada paruh abad 20, ia mempelajari tentang isu sosial, dan politik, termasuk hak bagi seorang perempuan, perdamaian dan pengendalian kelahiran. Dia pernah berpidato di depan Kongres untuk menyerukan peningkatan kesejahteraan bagi tunanetra. Di tahun 1915, bersama dengan perencana kota ternama yaitu George Kessler, dia mendirikan Helen Internasional. Lembaga fokus mempertaruhkan penyebab dan konsekuensi kebutaan, serta malnutrisi dan pada 1920, dia membantu mendirikan American Civil Liberties Union. Ketika American Federation for the Blind (AFB) berdiri pada 1921, Helen memiliki sarana efektif untuk mengupayakan perjuangannya. Ia bergabung dengan AFB pada 1924 dan bekerja untuk organisasi tersebut selama lebih dari 40 tahun. Yayasan membantu memberinya akses global untuk memperjuangkan hak-hak tunanetra, ia pun tidak akan membuang kesempatan itu. Sebagai hasil perjalanannya ke seluruh AS, komisi negara untuk tunanetra diciptakan, pusat rehabilitasi dibangun, dan pendidikan khusus bagi mereka.
ADVERTISEMENT
Pada 1936, Anne Mansfield Sullivan, guru tercintanya yang selama ini menemani Helen hingga lansia, meninggal dunia. Dikarenakan Anne mengalami koma setelah menderita trombosis koroner, yang membuat Helen menjadi sangat sedih. 10 tahun kemudian, ia diangkat menjadi konselor hubungan internasional untuk American Foundation of Overseas Blind. Pada 1946-1957, ia sudah melakukan perjalanan ke 35 negara di 5 benua. Helen memulai perjalanan terpanjang yang paling melelahkan dalam hidupnya. Selama lima bulan, dia sudah melintasi Asia, membawa inspirasi, dan dorongan kepada jutaan orang. Pertemuan Lions Clubs International Foundation pada 1961 di Washington DC menjadi penampilan terakhirnya di depan publik. Saat itu, dia menerima Lions Humanitarian Award untuk segala hal yang telah ia lakukan seumur hidupnya, terutama dalam mendorong semangat tunanetra dan program bantuan bagi mereka.
ADVERTISEMENT
Helen Adams Keller menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 1 Juni 1968 di Arcan Ridge, sebelum ulang tahunnya yang ke-88. Ia meninggal dengan tenang ketika tertidur. Abunya di tempatkan di samping abu guru tercintanya, yaitu Anne Mansfield Sullivan, di St Joseph’s Chapel of Washington Cathedral. Hingga akhir hayatnya, ia akan selalu ada bersama Anne Mansfield Sullivan dan memegang tangan Helen ketika sudah akhir hidupnya. Kondisi Helen memang begitu sulit, dan ia dikenang sebagai seorang aktivis terkenal dan dihormati oleh seluruh dunia.
Dengan kondisinya yang tidak memungkinkan, Helen tidak pernah berhenti untuk selalu berkarya bahkan menghasilkan buku tentang kisahnya yang menginspirasi banyak orang. Helen Keller adalah sosok yang luar biasa, dengan ketangguhan dan keuletan yang menginspirasi banyak orang. Meskipun lahir dalam keadaan tuli dan buta, ia tidak menyerah dan berjuang keras untuk memperoleh pendidikan serta berkomunikasi dengan dunia luar. Dengan bantuan gurunya, Anne Sullivan, Helen belajar menggunakan bahasa isyarat, braille, dan bahkan berbicara. Ia menjadi seorang penulis, pembicara, dan aktivis yang memperjuangkan hak-hak penyandang disabilitas serta hak-hak perempuan dan pekerja. Namun, perjalanan hidupnya tidak tanpa tantangan. Di masa muda, ia mengalami kesulitan dan frustasi akibat ketidakmampuannya untuk berkomunikasi dengan orang lain. Selain itu, akses pendidikan untuk penyandang disabilitas pada zamannya sangat terbatas, yang membuat perjuangannya semakin berat. Meski demikian, Helen Keller tetap berhasil mengatasi keterbatasannya dan memberikan inspirasi kepada dunia, membuktikan bahwa keterbatasan fisik tidak menghalangi seseorang untuk mencapai prestasi besar.
ADVERTISEMENT
References