Konspirasi Politik di Balik Batalnya Piala Dunia U-20

Gregorian Tambuk
Lulusan Politeknik Pos Indonesia Prodi D4 Logistik Bisnis Warehouseman at PT Enseval Putera Megatrading
Konten dari Pengguna
30 Maret 2023 18:56 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Gregorian Tambuk tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Papan promosi Piala Dunia U-20 Indonesia 2023 di kawasan GBK Arena, Jakarta, Kamis (30/3/2023). Foto: Aprillio Akbar/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Papan promosi Piala Dunia U-20 Indonesia 2023 di kawasan GBK Arena, Jakarta, Kamis (30/3/2023). Foto: Aprillio Akbar/Antara Foto
ADVERTISEMENT
Piala Dunia U-20 di Indonesia resmi dibatalkan oleh FIFA, alasannya karena Indonesia dianggap belum siap untuk menyelenggarakan event tersebut. Dalam pernyataan di situs resmi FIFA, para petinggi FIFA menyebut bahwa tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada bulan Oktober 2022 lalu menjadi sumber masalah dalam keputusan pembatalan ini. Selain itu, di pernyataan tersebut FIFA juga menyinggung terkait situasi saat ini di Indonesia menjadi alasan dibalik pembatalan ini.
ADVERTISEMENT
Saya menyadari kondisi 'saat ini' yang dimaksud oleh FIFA adalah masalah kehadiran timnas Israel di Indonesia, terlebih lagi polemik timnas Israel sedang menjadi sendok panas selama sepekan terakhir. Saya tahu Indonesia tidak memiliki hubungan baik dengan Israel karena terkait dengan penjajahan negara itu terhadap Palestina, ditambah lagi konstitusi negara Indonesia yang berpegang teguh pada penolakan terhadap penjajahan.
Sepekan sebelum batalnya Piala Dunia U-20 di Indonesia, Gubernur Bali dan Gubernur Jawa Tengah yakni I Wayan Koster dan Ganjar Pranowo kompak menyatakan dengan tegas untuk menolak timnas Israel bertanding di Indonesia. Selain kedua Gubernur tersebut, beberapa partai politik, dan organisasi masyarakat juga terlebih dahulu menolak kehadiran timnas Israel di Indonesia.
Squad Timnas Israel U-20 Foto : VLADIMIR SIMICEK / AFP
Penolakan ini terasa janggal karena sebelumnya, tepatnya pada 11 Januari lalu I Wayan Koster selaku Gubernur Bali menyatakan siap mendukung perhelatan Piala Dunia U-20. Pernyataan itu beliau sampaikan dalam rapat bersama Menpora saat itu yakni Zainudin Amali, lebih anehnya lagi Ketua PSSI Erick Thohir sudah bekerja sama dengan Pemerintah dan pihak keamanan untuk menjamin keamanan peserta turnamen khususnya timnas Israel.
ADVERTISEMENT
Saya berpikir ini ada kaitannya dengan situasi politik di Indonesia mengingat tahun 2023 merupakan awal musim dari kompetisi politik yang puncaknya terjadi pada 2024. Di mana pada 2024 Indonesia akan melaksanakan pemilu, saya berasumsi bahwa tindakan Ganjar Pranowo, I Wayan Koster, dan beberapa partai politik merupakan salah satu strategi politik untuk memberikan kesan kepada masyarakat bahwa mereka adalah sosok nasionalis yang menentang penjajahan Israel atas Palestina, terlebih pernyataan Ganjar Pranowo dalam penolakannya menyinggung soal pendirian partai terhadap komitmen Bung Karno untuk terus mendukung Palestina.
Namun yang mengganggu pikiran saya adalah mengapa hal-hal seperti itu baru dibicarakan sekarang?
Tahun 2023 adalah waktu ideal untuk merancang strategi politik guna menentukan manuver seperti apa yang ingin dilakukan pada tahun 2024, ditambah lagi melimpahnya berbagai kasus di Indonesia yang berpotensi bisa digoreng untuk kepentingan politik, tepatnya dalam meningkatkan elektabilitas partai. Lebih ideal lagi tahun ini bertepatan dengan penyelenggaraan event Piala Dunia U-2o dan Israel adalah salah satu pesertanya. Kondisi tentunya menjadi gorengan hangat dan renyah bagi para politikus untuk menggunakan masalah Israel sebagai alat untuk melakukan manuver politik.
ADVERTISEMENT
Jika melihat dari pernyataan Ganjar Pranowo dan I Wayan Koster mengenai penolakannya terhadap timnas Israel, saya melihat bahwa mereka seperti mendapat instruksi untuk melakukan tindakan ini dengan tujuan untuk mencari aman. Sebab menurut pandangan saya jika mereka tetap teguh menerima timnas Israel di Indonesia, maka mereka akan dicap pendukung zionis dan pengkhianat negara oleh lawan politiknya dan itu tentunya akan membuat kepercayaan masyarakat menjadi menurun.
Namun jika melakukan penolakan mereka juga bisa dikecam karena mencampur olahraga dengan agenda politik dan tidak menghargai perjuangan dari pihak penyelenggara event yang sudah mempersiapkan hal ini sejak tahun 2019, saya melihat hal ini bagaikan simalakama tak berujung.
Politik memang sangat kejam, para pemain garuda muda adalah korban dari kekejaman para elite politik di atas sana. Mereka hanyalah pion yang dikorbankan guna kepentingan tertentu, bahkan Wali Kota Solo yakni Gibran Rakabuming turut menyindir tindakan para elite politik ini karena dianggap merugikan banyak pihak.
ADVERTISEMENT
Banyak orang yang sudah rela berkorban untuk suksesnya event ini, namun karena batalnya Piala Dunia U-20 membuat pengorbanan mereka sia-sia. Pemain timnas Indonesia juga banyak mengkritisi masalah ini dan menganggap para politikus itu tidak menghargai betapa kerasnya perjuangan mereka dalam mempersiapkan diri untuk ajang prestisius ini, sekali lagi agenda politik menjadi batu sandungan bagi kemajuan sepak bola Indonesia.