Konten dari Pengguna

Manajemen Sembrono ala Chelsea

Gregorian Tambuk
Lulusan Politeknik Pos Indonesia Prodi D4 Logistik Bisnis Warehouseman at PT Enseval Putera Megatrading
27 Februari 2023 11:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Gregorian Tambuk tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pemain Tottenham Hotspur Harry Kane berebut bola dengan sejumlah pemain Chelsea pada pertandingan lanjutan Liga Inggris di Stadion Tottenham Hotspur, London, Inggris, Minggu (26/2/2023).  Foto: Paul Childs/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Pemain Tottenham Hotspur Harry Kane berebut bola dengan sejumlah pemain Chelsea pada pertandingan lanjutan Liga Inggris di Stadion Tottenham Hotspur, London, Inggris, Minggu (26/2/2023). Foto: Paul Childs/REUTERS
ADVERTISEMENT
Saya baru saja selesai menonton pertandingan Chelsea vs Spurs, hasilnya seperti biasa- kalah lagi. Dua gol dari Oliver Skipp dan Harry Kane cukup membawa Spurs menghajar Chelsea dengan skor 2-0.
ADVERTISEMENT
Performa Chelsea dalam paruh musim Premier League 2022/2023 bisa dibilang mengecewakan, saat ini Chelsea tertahan di peringkat-10 klasemen.
Pencapaian ini sungguh ironis, mengingat biaya transfer yang dikeluarkan untuk merekrut banyak pemain baru yang jumlahnya tidak sedikit. Total ada 550,8 juta poundsterling atau sekitar 10,1 triliun rupiah uang yang dikeluarkan untuk membeli 17 pemain baru. Angka itu sungguh fantastis, bahkan mengalahkan total biaya transfer dari seluruh klub di Serie-A dan Bundesliga.
Biaya yang tidak sepadan dengan prestasi Chelsea saat ini, terlebih sebagian besar pemain direkrut pada paruh musim. Kondisi tersebut jelas membuat proses adaptasi menjadi lebih sulit mengingat kompetisi sudah berjalan.
Manajer Chelsea Graham Potter sebelum pertandingan Chelsea vs Brighton & Hove Albion di Stadion Komunitas American Express, Brighton, Inggris, Sabtu (29/10/2022). Foto: Action Images via Reuters/John Sibley
Pelatih Chelsea, Graham Potter, menjadi orang yang paling disorot atas rentetan hasil buruk ini. Namun apakah benar Graham Potter menjadi sumber masalah di Chelsea? Hal ini masih diperdebatkan oleh para suporter Chelsea termasuk saya sendiri.
ADVERTISEMENT
Graham Potter adalah pelatih berkebangsaan Inggris yang sebelumnya adalah pelatih Brighton & Hove Albion. Bersama Brighton dia secara konsisten membawa klub tersebut berada di sepuluh besar klasemen selama 2 musim beruntun.
Pencapaian yang membuat pemilik anyar Chelsea, yaitu Todd Boehly langsung kepincut. Chelsea langsung menunjuk Graham Potter sebagai suksesor Thomas Tuchel.
Semua awalnya berlangsung baik, Chelsea tidak terkalahkan selama 9 pertandingan beruntun. Graham Potter berjasa membawa klub asal London tersebut melenggang mulus ke babak 16 besar Liga Champions Eropa. Padahal sebelumnya Chelsea sempat terancam gagal lolos dari fase grup.
Pelatih Chelsea Graham Potter saat melawan FC Salzburg pada pertandingan Grup E Liga Champions di Stamford Bridge, London, Inggris. Foto: David Klein/REUTERS
Awal mula rentetan hasil buruk Potter dimulai saat berkunjung ke mantan klubnya, yakni Brighton & Hove Albion dalam lanjutan pertandingan Premier League. Chelsea harus takluk dengan skor telak 4-1 oleh tim berjuluk the seaguls itu.
ADVERTISEMENT
Sejak saat itu Chelsea seperti terperosok ke jurang dalam tak berdasar. Dari 12 pertandingan yang dijalani Chelsea hanya mampu meraih 2 kemenangan, 6 kali kalah, dan 4 kali imbang.
Masalah Chelsea sungguh kompleks, Graham Potter yang minim jam terbang melatih klub elite dan gaya manajerial dari Todd Boehly ditengarai menjadi sumber masalah di klub berjulukan the blues ini.
Saya mempunyai pandangan bahwa Todd Boehly adalah orang yang senang mengambil keputusan sepihak tanpa melibatkan seluruh jajaran direksi Chelsea.
Pemilik baru Chelsea Todd Boehly terlihat di tribun sebelum pertandingan Chelsea vs Wolverhampton Wanderers di Stamford Bridge, London, Inggris, Sabtu (7/5/2022). Foto: Tony Obrien/REUTERS
Bukti nyata dari hal ini adalah tentang keputusan pria asal Amerika Serikat itu dalam mendatangkan puluhan pemain baru pada jeda kompetisi yang menurut saya sebagian besar pemain tidak memiliki kecocokan dengan gaya bermain dari Graham Potter.
ADVERTISEMENT
Graham Potter, menurut saya sedang bingung menentukan gaya permainan apa yang cocok diterapkan pada Chelsea dengan melimpahnya pemain bintang di setiap lini.
Sebelum kedatangan rombongan pemain yang menurut saya seperti kumpulan orang di Stasiun transit Manggarai, Chelsea perlahan sudah mulai memiliki gambaran permainan yang jelas.
Namun ketika rombongan pemain itu tiba Graham Potter seperti mengatur ulang set play yang sudah berjalan cukup baik sehingga menimbulkan kekacauan dalam permainan Chelsea.
Terlebih sebagian besar pemain rekrutan anyar adalah pemain muda minim pengalaman. Hanya Enzo Fernandez dan Joao Felix yang memiliki performa bagus menurut pandangan saya.
Pemilik baru Chelsea Todd Boehly terlihat di tribun sebelum pertandingan Chelsea vs Wolverhampton Wanderers di Stamford Bridge, London, Inggris, Sabtu (7/5/2022). Foto: Tony Obrien/REUTERS
Gaya manajemen dari Todd Boehly menurut saya harus diperbaiki, dalam dunia manajemen kita tentu mengenal istilah actuating yaitu pembagian tugas berdasarkan divisi. Setiap divisi memiliki peranan penting dalam roda perusahaan.
ADVERTISEMENT
Ini juga berlaku bagi Chelsea, Todd Boehly sepertinya harus mulai mempercayakan klub kepada orang-orang yang ahli di bidangnya. Dia hanya perlu mengontrol seluruh kegiatan operasional klub apakah sudah berjalan sesuai visi dan misi yang dibuat olehnya ketika pertama datang ke Chelsea.
Masalah perekrutan pemain, menurut saya Todd Boehly tidak perlu sampai campur tangan dalam menentukan pemain mana yang ingin dibeli.
Chelsea mempunyai tim scouting yang bisa berdiskusi dengan pelatih mengenai target pemain incaran serta mampu melakukan analisis mendalam terhadap pemain yang ingin dibeli.
Kesimpulan yang bisa didapat adalah Graham Potter hanya perlu diberikan keleluasaan dalam urusan teknis pemain tanpa campur tangan orang-orang di luar staf kepelatihan.