Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.97.1
Konten dari Pengguna
Analisis Pengguna MRT Saat Pandemi, Apakah Memuaskan?
9 Desember 2021 15:02 WIB
Tulisan dari Gregorius Adrian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
![Pengguna MRT, Sumber Foto: unsplash.com](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1638976108/oksdv3n3xqey6lgzoxkx.jpg)
ADVERTISEMENT
Pandemi COVID-19 ini merupakan masa yang sulit bagi semua orang, orang-orang memiliki permasalahan sendiri mengenai cara untuk melewati pandemi yang sudah berusia satu tahun ini. Berbagai sektor pun terdampak akibat dari pandemi COVID-19 ini, sektor ekonomi sangat terdampak oleh pandemi COVID-19 yang menyebabkan pembatasan berbagai aktivitas bisnis masyarakat dan alur impor ekspor Indonesia sempat terhenti karena pembatasan secara penuh (lockdown) yang dilaksanakan oleh berbagai negara.
ADVERTISEMENT
Keadaan transportasi umum di Indonesia masih dapat bertahan sampai saat ini, meskipun pada awalnya transportasi umum sempat mengalami kendala dengan tidak beroperasinya beberapa angkutan umum di Jakarta pada Bulan April karena Jakarta sedang diadakan PSBB total.
Munculnya pandemi COVID-19 tidak dapat dipungkiri sangat berdampak terhadap transportasi umum, kebijakan yang dibuat oleh pemerintah pusat yaitu PSBB total sangat berdampak terhadap penutupan sementara dan mengakibatkan beberapa transportasi umum harus mengalami kerugian finansial yang cukup besar. Namun, semenjak dibukanya kembali transportasi umum pada bulan Mei, transportasi umum mengalami kerugian yang besar karena kemunculan pandemi COVID-19.
MRT juga mengalami kerugian yang cukup besar dalam pandemi COVID-19, Direktur PT MRT Jakarta mengatakan bahwa, pengguna transportasi umum MRT mengalami penurunan yang cukup signifikan pada tahun 2020. Penumpang MRT sebelum pandemi mencapai rata-rata 88 ribu orang per harinya, sedangkan penumpang MRT setelah WFH diberlakukan mencapai 45 ribu orang per harinya.
ADVERTISEMENT
Sekarang, bagaimana perilaku pengguna MRT sebelum dan setelah pandemi?
Mengutip dari penelitian yang menggunakan wordcloud untuk meneliti tentang perilaku dari pengguna MRT pada tahun 2019, masyarakat di Jakarta cenderung berhubungan dengan konteks-konteks negatif, seperti "tidak tertib", "viral", "gelantungan",dll. Hal ini membuktikan bahwa respon masyarakat terhadap peraturan yang ditetapkan di wilayah MRT tidak diterapkan dengan bijaksana.
Namun, masa pandemi menunjukan tren yang positif mengenai perilaku dari pengguna MRT Jakarta. Hal ini menunjukan bahwa pengguna MRT sadar akan pemberitaan negatif yang sedang terjadi di tahun 2019 dan ingin untuk mengubah perilaku mereka di tahun 2020. Hal ini sejalan dengan filosofi perubahan sosial menurut Gillian (1948), yaitu suatu kejadian terjadi akibat adanya perubahan dari lingkungan, kebudayaan, dan penduduk yang baru di masyarakat. Salah satu faktor pendukung dari perubahan tersebut merupakan sanksi sosial pelaku yang amat kuat, yaitu foto atau video pelaku yang berada di internet.
ADVERTISEMENT
Apakah perilaku pengguna MRT berpengaruh terhadap kerugian yang dialami oleh pihak MRT?
Menurut penelitian dari Victoria Transport Policy Institute, kepuasan konsumen dan ekonomi merupakan faktor-faktor yang berkaitan dengan transportasi umum, salah satunya adalah pendapatan dari transportasi umum dan kepercayaan yang diberikan masyarakat kepada transportasi tersebut. Jika kepercayaan masyarakat tinggi, maka pendapatan yang diraih pun akan tinggi.
Perilaku pengguna MRT sangat berpengaruh terhadap kerugian yang dialami, karena perilaku pengguna MRT memberikan pengaruh kepada jumlah penumpang dari MRT itu sendiri. jika perilaku dari pengguna MRT saja tidak mencerminkan keselamatan dan kesehatan penumpangnya, maka jumlah penumpangnya akan memiliki tren yang negatif dan sebaliknya.
Maka dari itu, perilaku yang diperlihatkan oleh pengguna MRT patut diapresiasi selama masa pandemi, karena sudah berhasil menerapkan protokol kesehatan yang ketat selama perjalanan dan dapat meninggalkan kebudayaan lama yang tidak sehat, seperti membuang sampah sembarangan, duduk sembarangan, dll.
ADVERTISEMENT
Referensi
Retaduari, E. A. (2020). Cegah Penyebaran Corona, MRT Tutup 2 Stasiun Lagi Mulai Besok. Detik.com. https://news.detik.com/berita/d-4987060/cegah-penyebaran-corona-mrt-tutup-2-stasiun-lagi-mulai-besok
Defianti, I. (2020). Pandemi Covid-19, Penumpang MRT Jakarta Mengalami Penurunan. Merdeka.com. https://www.merdeka.com/jakarta/pandemi-covid-19-penumpang-mrt-jakarta-mengalami-penurunan.html
Tempo. (2021). 16 Syarat Naik MRT Selama Pandemi Covid-19, Salah Satunya Dilarang Ngobrol. Tempo.com. https://metro.tempo.co/read/1477770/16-syarat-naik-mrt-selama-pandemi-covid-19-salah-satunya-dilarang-ngobrol
Andi, S.P (2020). Analisis Perilaku SosialPengguna Moda Transportasi Perkotaan: Studi KasusMass Rapid Transit(MRT) DKI Jakarta. https://workingpapers.bappenas.go.id/index.php/bwp/article/view/74/56. Diakses pada 9 Desember 2021.