Konten dari Pengguna

Pengaruh Pandemi COVID-19 pada Kesehatan Mental

Ikhsan Fadlika Syauqi
Nama saya Ikhsan Fadlika Syauqi saya mahasiswa dari UIN Syarid Hidayatullah Jakarta
2 Desember 2021 16:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ikhsan Fadlika Syauqi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi gangguan mental, pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi gangguan mental, pixabay.com
ADVERTISEMENT
Seperti yang kita tahu, pada masa pandemi banyak berita simpang siur sehingga memunculkan stres dan rasa cemas berlebih yang mempengaruhi kesehatan mental. Biasanya gejala awal orang yang terganggu kesehatan mentalnya selalu merasa cemas, merasa selalu dalam ancaman, dan tidak mau bicara jika dibiarkan gejala nya akan semakin parah seperti sulit menentukan pilihan, tidak bisa membedakan yang baik atau yang buruk, tidak mau makan menyakiti diri sendiri dan yang paling buruk adalah kematian.
ADVERTISEMENT
Tentu saja, pada masa pandemi belum banyak orang yang mengetahui tentang kesehatan mental akan tetapi, banyak juga yang sudah tahu tetapi lebih memilih untuk menghiraukannya dan tidak memberi tahu kepada orang lain. Menurut (WHO) kesehatan mental yang terganggu pada masa pandemi berupa pola tidur dan makan yang tidak teratur, rasa cemas terhadap kesehatan diri sendiri dan orang yang disayangi, serta sulit tidur memperparah kondisi orang yang memiliki gangguan penyakit lain.
Kita perlu peka terhadap fenomena kesehatan mental. Bisa kita lihat tidak sedikit orang yang menyakiti dirinya sendiri karena gangguan mental, ini membuktikan bahwa kesehatan mental tidak hanya berpengaruh pada psikis tetapi juga psikis maka dari itu kita harus menyelamatkan orang-orang yang tidak tahu apa-apa soal kesehatan mental terutama pada anak introvert. Karena anak introvert merupakan tipe anak yang malu untuk berbicara walaupun hanya berdua.
ADVERTISEMENT
Awal mula rusaknya kesehatan mental adalah karena sikap yang tidak tahu apa itu kesehatan mental, lalu juga karena terlalu memaksakan diri dengan keadaan yang tidak nyaman serta rasa takut untuk menceritakan tentang masalah yang dialami pada orang. Mereka memilih untuk tidak bercerita karena merasa takut dan tidak ingin membebani orang lain.
Edukasi terhadap kesehatan mental harusnya sudah disebarluaskan agar semua orang paham dengan pentingnya kesehatan mental yang baik. Media sosial sebagai tempat yang paling banyak penggunanya harus memasukkan ilmu-ilmu tentang kesehatan mental ketimbang membagikan hal yang menambah depresi. Karena banyak orang memandang gangguan mental yang dialami seseorang sebagai sesuatu yang palsu dan di buat-buat.
Kesalahpahaman tersebut akan membuat penderita merasa depresi karena mengira tidak ada tempat yang aman lagi untuknya, dan akhirnya para penderita tidak ingin keluar rumah. Seharusnya orang yang menderita mendapatkan perhatian dari orang-orang di sekitarnya dan mendapatkan kasih sayang dari orang terdekat.
ADVERTISEMENT
Kita harus menghentikan kesalahpahaman mengenai kesehatan mental agar tidak menimbulkan kerugian pada diri sendiri dan orang lain. Dilansir dari World Health Organization (WHO), dampak gangguan kesehatan mental sudah mendunia. Para penderita bercerita mereka harus melawan pikiran-pikiran dan ketakutan mereka. Selain itu, mereka juga harus mengkonsumsi obat penenang agar emosinya tidak meledak secara tiba-tiba.
Ruang lingkup kesehatan mental dapat dikatakan cukup luas. Topik kesehatan mental masih sangat abu-abu di kalangan masyarakat. oleh karena itu, kita harus memiliki bukti yang valid jika ingin menyampaikan informasi tentang kesehatan mental agar tidak menciptakan stigma yang salah di masyarakat.
Sebut saja, pandangan stres yang jarang diketahui oleh masyarakat tentang lingkungan seperti adanya suatu kejadian yang membuat seseorang memiliki pengalaman buruk, faktor genetik atau keturunan, dan faktor biologis tubuh seperti tidak seimbangnya zat kimia yang berada di dalam otak. Edukasi tersebut sangat perlu dilakukan agar masyarakat mengetahui faktor-faktor gangguan kesehatan mental yang dapat menyerang siapa saja.
ADVERTISEMENT
Kebiasaan tidak bicara dan hanya diam saat sedang merasa stres harus mulai kita kurangi. Ketika kita sudah merasa ada yang aneh dengan diri kita cari orang terdekat lalu coba untuk bercerita. Disebutkan bahwa diagnosis dapat ditegakkan ketika seseorang mulai sulit tidur, malas makan, tidak bersemangat hidup dan rasa cemas yang berlebih.
Alangkah baiknya, kita segera mencari dokter spesialis kesehatan mental atau segera ke psikolog supaya gangguan kesehatan mental tidak semakin parah. Jika hanya dibiarkan saja akan memicu tindakan menyakiti diri sendiri atau pikiran untuk bunuh diri.
Oleh karena itu kita harus lebih berhati-hati dan memikirkan akibat jika kita bersikap secara sembarangan. Jangan sampai kita memaksakan diri untuk baik kepada orang lain, sehingga timbul perasaan sakit hati.
ADVERTISEMENT
Selain itu, masih banyak cara lain yang lebih baik untuk mengendalikan kesehatan mental agar kita tidak mudah stres yaitu, dengan cara menjauhi lingkungan yang tidak sehat dan juga bercerita dengan orang terdekat bisa dengan keluarga atau teman karena dengan bercerita beban pikiran kita akan terasa lebih ringan.
Referensi
Salsabila, N. A. (2021). Menage Kesehatan Mental di Masa Pandemi.